KA’BAH SEBAGAI SEMESTA ALAM: BUKTI ILMIAH ORANG
NON-MUSLIM MEMBENARKAN ISLAM
Oleh : Tomy Muhlisin Ahmad
Semakin tuanya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
juga semakin pesat. Zaman milenium saat ini, manusia dari pelbagai belahan bumi
saling berlomba-lomba membangun peradabannya masing-masing. Perbedaan pandangan
yang menjadikan manusia bersuku-suku dan hidup mandiri membangun komunitasnya.
Hukum alam memberi jawaban bahwa yang baik selalu
menang dan yang batil selalu kalah. Kajian sejarah yang jauh melenceng
mengakibatkan adanya suatu perbedaan pendapat dan keyakinan. Al-Qur’an dan
hadits merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan melalui malakat Jibril as
kepada nabi Muhammad SAW sebagai bukti kebenaran.
Ayat-ayat al-Qur’an merupakan kalam Allah, di dalamnya
terdapat ilmu pengetahuan dan sains. Banyak ilmuan non-Muslim membuktikan
kebenaran dari al-Qur’an dan hadits. Mereka harus mengakui bahwa al-Qur’an
merupakan wahyu Allah SWT melalui akal pikirannya.
Contoh dalam kajian Ka’bah sebagai pusat bumi, tidak
hanya kaum Muslim sendiri yang membuktikan kebenaran wahyu Allah. Tetapi, umat
non-Muslim sendirilah yang membuktikan dan mengakuinya.
Islam sebagai
agama rahmatan lil alamin (kedamaian
alam semesta). Nabi Muhammad SAW pembawa risalah tersebut, yaitu ajaran yang
mengatur seluruh aspek kehidupan. Baik manusia dengan makhluk hidup lainnya,
maupun manusia dengan Tuhannya. Agar terciptanya keteraturan di muka bumi ini.
Berjalannya waktu serta
diikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat. Manusia dari pelbagai
belahan bumi dan latar belakang yang berbeda saling kompetitif atas penemuan
ilmiahnya. Sisi lain dari hasil penelitian maupun fakta kajian ilmiah yang
dilakukan ilmuan masa klasik hingga kontemporer, baik Muslin maupun non Muslim.
Mengenai hal-hal yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits.
Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang
astronot Neil Amstrong dari USA. Dia orang pertama kali yang menginjakkan kakinya
di bulan pada 1870 menggunakan pesawat ruang angkasa USA bernama Apollo,
bersama rekannya Buzz Aldrin. Saat itu, dia melakukan beberapa penelitian,
termasuk penemuannya yang terbilang luar biasa, yakni mendengar suara, setelah
dilakukan penelitian, ternyata berasal dari bumi. Sebenarnya Neil Amstrong masih
merasa asing dengan suara tersebut.
Selang waktu 30
tahun setelah berhasil mendaratkan kakinya di bulan. Saat
itu dia diundang untuk mengisi seminar di Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir. Saat
Neil Amstrong menyampaikan presentasinya, kemudian adzan berkumandang
menunjukkan waktu shalat, moderator menghentikan presentasinya untuk
mendengarkan sejenak. Tiba-tiba Neil Amstrong berseru, “Ini dia suara yang
pertama kali aku dengar saat mendarat di bulan.” refleknya.
Setelah peristiwa tersebut, ketertarikan
Neil Amstrong terhadap Islam makin bertambah. Kemudian Neil Amstrong menemui
salah satu profesor di Universitas Al-Azhar. Tidak lama dari pertemuan itu,
Neil Amstrong menyatakan diri masuk Islam. Namun, media asing (non Muslim)
tidak memberitakannya, karena ketidaksukaannya pada Islam. “Memang aku
kehilangan pekerjaanku, tetapi aku menemukan Allah” kata Neil, perihal
keputusan pemecatannya.Peristiwa lainnya,
dilakukan oleh astronot wanita India bernama Sunita Williams yang pertama
kalinya menginjakkan kakinya di bulan pada 02 Juli 2007 silam. Dia lahir di
Ohio pada 19 September 1965 dari keturunan India-Slovenia. Sunita Williams
menikah dengan Michael J. William, seorang Polis Federal di Oregon,
USA.Sebagai astronot wanita pertama India, Sunita
Williams memegang
rekod perjalanan luar angkasa terlama untuk seorang wanita. Selama 195 hari dan
berjalan 29 jam, 17 menit. Ekspedisi dalam rangka kajian ilmiahnya, Sunita Williams dengan bantuan teleskop menemukan
fenomena alam yang sangat aneh dan menakjubkan ketika pandangannya diarahkan menuju
ke bumi. Ketika bagian permukaan wilayah lainnya nampak sangat gelap, ternyata
ada dua tempat yang sangat terang daripada permukaan bumi lainnya. Hasil
penyelidikkan mengungkapkan bahwa bagian tersebut adalah kota Mekkah dan
Madinah. Bagian dari wilayah Saudi Arabia.
Tidak hanya itu, Sunita Williams juga menemukan peristiwa aneh lainnya,
fenomena yang ditangkapnya merupakan sebuah gelombang suara, pada dasarnya gelombang
suara yang dihasilkan dari bumi tidak mampu meretasi (terdengar) ke luar
angkasa atau sampai ke bulan. Tetapi, pada faktanya suara tersebut terdengar
sampai ke telinganya Williams. Asal dari kota Mekkah dan Madinah berupa
kumandang adzan. Kejadian tersebut sama halnya dengan astronot pertama yaitu Neil
Amstrong yang mendengar suara adzan pada saat di bulan.
Ka’bah pada awalnya dipercaya
dibangun oleh malaikat, mulanya Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Jibril
as untuk membangun tempat thawaf yang sama tepat di bawah arsy Allah, sebab
dibangunnya Ka’bah di bumi karena banyaknya malaikat yang thawaf di bawah
arsy-Nya. Kemudian malaikat Jibril as turun ke bumi tepat di bawah arsy Allah
SWT mengepakkan sayapnya sehingga terbentuklah pondasi Ka’bah yang sangat kuat.
Pada masa nabi Adam as, Ka’bah
dibangun kembali, kemudian dipelihara oleh Sys, anaknya. Masa nabi Nuh as
Ka’bah terkena banjir air bah yang sangat dasyhat sehingga mengakibatkan
hancurnya bangunan Ka’bah. Ribuan tahun kemudian Ka’bah kembali dibangun oleh nabi
Ibrahim as dan anaknya, Ismail as., sampai kepada masa nabi Muhammad SAW juga
mengalami beberapa renovasi. Selanjutnya dirawat oleh komunitas Quraisy,
diwariskan ke umat Muslimin saat ini.
Menurut ilmuan Mesir, Muhammad
Jamaluddin; Ka’bah menjadi pengingat sekaligus mengaitkan umat manusia dengan
Tuhannya. Oleh karenanya, Ka’bah dipahami sebagai titik pusat bumi yang
terhubung langsung dengan arsy Allah tepat di atasnya pembentuk poros imajiner
bumi dan langit.
Ka’bah adalah lambang hubungan
keabadian dan sekaligus kefanaan. Ibadah shalat dari posisi di berbagai penjuru
menghadap ke satu pusat orientasi, yakni Ka’bah. Ketika ia diposisikan sebagai
pusat, maka ia adalah titik. Titik, bentuk bulatan atau lingkaran diasosiasikan
dengan keabadian dan kesempurnaan (Mukjizat ka’bah, Muhammad Jamaluddin).
Sebagai konstruksi, dari sebuah
titik yang bulat ia mengembang meruang ke empat sudutnya membentuk kubus, yang
berdasar pada segi empat. Benda segi empat adalah lambang sebuah bentukan yang
tak sempurna atau fana. Lingkaran yang memancar menjadi segi empat atau segi
empat yang membungkus lingkaran, yang asal dan bentuknya, ditambah keberadaan
Hijr Ismail sebagai satu kesatuan ruang Ka’bah yang lagi-lagi mengambil bentuk
tak sempurna: setengah lingkaran mengukuhkan simbolisasi hubungan keabadian dan
kefanaan. Sementara itu ibadah thawaf, bergerak tujuh kali mengelilingi Ka’bah
sambil berdo’a, merupakan bentuk kontemplasi di jalur kesemestaan (Achmad Fanani,
Arsitektur Masjid).
Istilah Ka’bah, dalm al-Qur’an
memiliki maksud spiritual yang mendalam, yang minimal ditampakkan oleh adanya
batu meteor yang disebut hajar aswad, yang dikirim Allah khusus untuk
Ka’bah itu. Makah istilah Ka’bah dalam dalam surat al-Maidah ayat 95 dan 97
harus dihubungkan dengan kata Ka’bain pada surat al-Maidah ayat 6.
Ka’bain (dua matakaki), tempat kaki
berputar untuk melangkah. Maka Ka’bah memiliki arti Mata Bumi tempat planet ini
berputar pada sumbunya sejak awal penciptaan sampai badai Nuh melanda. Sumbu
putaran itu adalah kutub utara seperti dimaksudkan dalam surat Nuh ayat 14 dan
surat At-Tin ayat 2-3 (manusia dan ekonomi, 57). Maka kedudukan Makkah
al-Mukarramah dimana Ka’bah berdiri sebenarnya merupakan pusat bumi (Muhammad
Solikhin, Musuh Sampai Kiamat).
Daftar Pustaka
Fanani, Achmad. 2009. Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang.
Solikhin, Muhammad, 2011. Musuh Sampai Kiamat. ttp: Garudhawaca.
Jamaluddin,
Muhammad. 2011. Mukjizat Ka’bah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar