Ayo Sinau...!!!

Rabu, 18 Mei 2016

Al-Qur’an dan IPTEK: Ka’bah sebagai Semesta Alam (Bukti Ilmiah Orang Non-Muslim Membenarkan Islam)



KA’BAH SEBAGAI SEMESTA ALAM: BUKTI ILMIAH ORANG NON-MUSLIM MEMBENARKAN ISLAM

Oleh : Tomy Muhlisin Ahmad 






Semakin tuanya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin pesat. Zaman milenium saat ini, manusia dari pelbagai belahan bumi saling berlomba-lomba membangun peradabannya masing-masing. Perbedaan pandangan yang menjadikan manusia bersuku-suku dan hidup mandiri membangun komunitasnya.
Hukum alam memberi jawaban bahwa yang baik selalu menang dan yang batil selalu kalah. Kajian sejarah yang jauh melenceng mengakibatkan adanya suatu perbedaan pendapat dan keyakinan. Al-Qur’an dan hadits merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan melalui malakat Jibril as kepada nabi Muhammad SAW sebagai bukti kebenaran.
Ayat-ayat al-Qur’an merupakan kalam Allah, di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan dan sains. Banyak ilmuan non-Muslim membuktikan kebenaran dari al-Qur’an dan hadits. Mereka harus mengakui bahwa al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT melalui akal pikirannya.
Contoh dalam kajian Ka’bah sebagai pusat bumi, tidak hanya kaum Muslim sendiri yang membuktikan kebenaran wahyu Allah. Tetapi, umat non-Muslim sendirilah yang membuktikan dan mengakuinya.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin (kedamaian alam semesta). Nabi Muhammad SAW pembawa risalah tersebut, yaitu ajaran yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Baik manusia dengan makhluk hidup lainnya, maupun manusia dengan Tuhannya. Agar terciptanya keteraturan di muka bumi ini.
Berjalannya waktu serta diikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat. Manusia dari pelbagai belahan bumi dan latar belakang yang berbeda saling kompetitif atas penemuan ilmiahnya. Sisi lain dari hasil penelitian maupun fakta kajian ilmiah yang dilakukan ilmuan masa klasik hingga kontemporer, baik Muslin maupun non Muslim. Mengenai hal-hal yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits.
Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang astronot Neil Amstrong dari USA. Dia orang pertama kali yang menginjakkan kakinya di bulan pada 1870 menggunakan pesawat ruang angkasa USA bernama Apollo, bersama rekannya Buzz Aldrin. Saat itu, dia melakukan beberapa penelitian, termasuk penemuannya yang terbilang luar biasa, yakni mendengar suara, setelah dilakukan penelitian, ternyata berasal dari bumi. Sebenarnya Neil Amstrong masih merasa asing dengan suara tersebut.
Selang waktu 30 tahun setelah berhasil mendaratkan kakinya di bulan. Saat itu dia diundang untuk mengisi seminar di Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir. Saat Neil Amstrong menyampaikan presentasinya, kemudian adzan berkumandang menunjukkan waktu shalat, moderator menghentikan presentasinya untuk mendengarkan sejenak. Tiba-tiba Neil Amstrong berseru, “Ini dia suara yang pertama kali aku dengar saat mendarat di bulan.” refleknya.
Setelah peristiwa tersebut, ketertarikan Neil Amstrong terhadap Islam makin bertambah. Kemudian Neil Amstrong menemui salah satu profesor di Universitas Al-Azhar. Tidak lama dari pertemuan itu, Neil Amstrong menyatakan diri masuk Islam. Namun, media asing (non Muslim) tidak memberitakannya, karena ketidaksukaannya pada Islam. “Memang aku kehilangan pekerjaanku, tetapi aku menemukan Allah” kata Neil, perihal keputusan pemecatannya.Peristiwa lainnya, dilakukan oleh astronot wanita India bernama Sunita Williams yang pertama kalinya menginjakkan kakinya di bulan pada 02 Juli 2007 silam. Dia lahir di Ohio pada 19 September 1965 dari keturunan India-Slovenia. Sunita Williams menikah dengan Michael J. William, seorang Polis Federal di Oregon, USA.Sebagai astronot wanita pertama India, Sunita Williams memegang rekod perjalanan luar angkasa terlama untuk seorang wanita. Selama 195 hari dan berjalan 29 jam, 17 menit. Ekspedisi dalam rangka kajian ilmiahnya, Sunita Williams dengan bantuan teleskop menemukan fenomena alam yang sangat aneh dan menakjubkan ketika pandangannya diarahkan menuju ke bumi. Ketika bagian permukaan wilayah lainnya nampak sangat gelap, ternyata ada dua tempat yang sangat terang daripada permukaan bumi lainnya. Hasil penyelidikkan mengungkapkan bahwa bagian tersebut adalah kota Mekkah dan Madinah. Bagian dari wilayah Saudi Arabia.
Tidak hanya itu, Sunita Williams juga menemukan peristiwa aneh lainnya, fenomena yang ditangkapnya merupakan sebuah gelombang suara, pada dasarnya gelombang suara yang dihasilkan dari bumi tidak mampu meretasi (terdengar) ke luar angkasa atau sampai ke bulan. Tetapi, pada faktanya suara tersebut terdengar sampai ke telinganya Williams. Asal dari kota Mekkah dan Madinah berupa kumandang adzan. Kejadian tersebut sama halnya dengan astronot pertama yaitu Neil Amstrong yang mendengar suara adzan pada saat di bulan.
Ka’bah pada awalnya dipercaya dibangun oleh malaikat, mulanya Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Jibril as untuk membangun tempat thawaf yang sama tepat di bawah arsy Allah, sebab dibangunnya Ka’bah di bumi karena banyaknya malaikat yang thawaf di bawah arsy-Nya. Kemudian malaikat Jibril as turun ke bumi tepat di bawah arsy Allah SWT mengepakkan sayapnya sehingga terbentuklah pondasi Ka’bah yang sangat kuat.
Pada masa nabi Adam as, Ka’bah dibangun kembali, kemudian dipelihara oleh Sys, anaknya. Masa nabi Nuh as Ka’bah terkena banjir air bah yang sangat dasyhat sehingga mengakibatkan hancurnya bangunan Ka’bah. Ribuan tahun kemudian Ka’bah kembali dibangun oleh nabi Ibrahim as dan anaknya, Ismail as., sampai kepada masa nabi Muhammad SAW juga mengalami beberapa renovasi. Selanjutnya dirawat oleh komunitas Quraisy, diwariskan ke umat Muslimin saat ini.
Menurut ilmuan Mesir, Muhammad Jamaluddin; Ka’bah menjadi pengingat sekaligus mengaitkan umat manusia dengan Tuhannya. Oleh karenanya, Ka’bah dipahami sebagai titik pusat bumi yang terhubung langsung dengan arsy Allah tepat di atasnya pembentuk poros imajiner bumi dan langit.
Ka’bah adalah lambang hubungan keabadian dan sekaligus kefanaan. Ibadah shalat dari posisi di berbagai penjuru menghadap ke satu pusat orientasi, yakni Ka’bah. Ketika ia diposisikan sebagai pusat, maka ia adalah titik. Titik, bentuk bulatan atau lingkaran diasosiasikan dengan keabadian dan kesempurnaan (Mukjizat ka’bah, Muhammad Jamaluddin).
Sebagai konstruksi, dari sebuah titik yang bulat ia mengembang meruang ke empat sudutnya membentuk kubus, yang berdasar pada segi empat. Benda segi empat adalah lambang sebuah bentukan yang tak sempurna atau fana. Lingkaran yang memancar menjadi segi empat atau segi empat yang membungkus lingkaran, yang asal dan bentuknya, ditambah keberadaan Hijr Ismail sebagai satu kesatuan ruang Ka’bah yang lagi-lagi mengambil bentuk tak sempurna: setengah lingkaran mengukuhkan simbolisasi hubungan keabadian dan kefanaan. Sementara itu ibadah thawaf, bergerak tujuh kali mengelilingi Ka’bah sambil berdo’a, merupakan bentuk kontemplasi di jalur kesemestaan (Achmad Fanani, Arsitektur Masjid).
Istilah Ka’bah, dalm al-Qur’an memiliki maksud spiritual yang mendalam, yang minimal ditampakkan oleh adanya batu meteor yang disebut hajar aswad, yang dikirim Allah khusus untuk Ka’bah itu. Makah istilah Ka’bah dalam dalam surat al-Maidah ayat 95 dan 97 harus dihubungkan dengan kata Ka’bain pada surat al-Maidah ayat 6.
Ka’bain (dua matakaki), tempat kaki berputar untuk melangkah. Maka Ka’bah memiliki arti Mata Bumi tempat planet ini berputar pada sumbunya sejak awal penciptaan sampai badai Nuh melanda. Sumbu putaran itu adalah kutub utara seperti dimaksudkan dalam surat Nuh ayat 14 dan surat At-Tin ayat 2-3 (manusia dan ekonomi, 57). Maka kedudukan Makkah al-Mukarramah dimana Ka’bah berdiri sebenarnya merupakan pusat bumi (Muhammad Solikhin, Musuh Sampai Kiamat).





Daftar Pustaka
Fanani, Achmad. 2009. Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang.
Solikhin, Muhammad, 2011. Musuh Sampai Kiamat. ttp: Garudhawaca.
Jamaluddin, Muhammad. 2011. Mukjizat Ka’bah.

Tidak ada komentar: