MANUSIA MAKHLUK PALING MULIA
Oleh: Tomy Muhlisin Ahmad
A. Manusia Makhluk Paling Mulia
Dalam Tafsir QS. Al-Isra ayat 70
1. QS. Al-Isra ayat 70
۞وَلَقَدۡ
كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ
وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ
خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا ٧٠
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan
2. Ma’na Mufrodat
Kata karrama di ambil dari akar kata karaman
yang berarti kemuliaan. Karramna berarti Kami (Allah) telah
memuliakan. Adanya tsydid pada lafadz karramna menunjukan banyaknya
kemuliaan yang di berikan Allah kepada Manusia. Kemuliaan
yang diberikan Allah kepada manusia, adalah anugerah berupa keistimewaan yang sifatnya
internal. Dalam kontek ayat ini, manusia dianugerahi Allah keistimewaan yang
tidak dianugerahkan kepada selainnya dan itulah yang menjadikan manusia mulia
serta harus dihormati, walaupun ia telah menjadi mayat. Darah, harta, dan
kehormatan manusia tidak boleh dialirkan dan dirampas begitu saja. Semuanya harus dihormati dan dimuliakan.[1]
3. Munasabah
Pada ayat-ayat
yang lalu, Allah telah menjelaskan tentang aneka ragam nikmat yang telah
dianugerahkan kepada hambaNya agar mereka dapat memanfaatkannya. Pada ayat ini,
Allah menerangkan bahwa Bani Adam merupakan makhluk termulia yang dianugerahi berbagai
nikmat seperti alat transportasi dan rezeki yang baik, serta diunggulkan dari
makhluk yang lain.[2]
4. Tafsir Ayat
Setelah pada ayat sebelumnya Allah
bersumpah dengan buah-buahan yang bermanfaat atau tempat-tempat yang mulia itu,
Allah menegaskan bahwa dia telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan
psikis terbaik. Dari segi fisik, misalnya, hanya manusia yang berdiri
tegak sehingga otaknya bebas berfikir, yang menghasilkan ilmu dan tangannya
juga bebas bergerak untuk merealisasikan ilmunya itu, sehingga melahirkan
teknologi. Bentuk manusia adalah yang paling indah dari semua makhluknya. Dari
segi psikis hanya manusia yang memiliki perasaan yang sempurna. Dan lebih-lebih lagi
hanya manusia yang beragama. Banyak lagi keistimewaan manusia dari segi fisik
dan psikis yang tidak mungkin di uraikan di sini.
Penegasan Allah bahwa
Dia telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis terbaik itu
mengandung arti bahwa fisik dan psikis manusia itu pelu di jaga, di pelihara
dan di tumbuh kembangkan. Fisik manusia di pelihara dan di kembangkan dengani
gizi yang cukup dan menjaga kesehatannya. Dan
psikis manusia di pelihara dan di tumbuh kembangkan dengan memberinya agama dan
pendidikan yang baik. Bila fisik dan psikis manusia di jaga dan di pelihara,
maka manusia akan dapat memberikan kemanfaatan yang besar pada alam ini. Dengan demikian dia
akan menjadi makhluk termulia.[3]
Manusia makhluk yang di ciptakan sempurna
oleh Allah, Struktur kemampuan fisik-psikis manusia dalam proses mengetahui
berbeda menurut tingkat dan kualitas kemampuannya, namun pada hakikatnya semua
merupakan satu kesatuan. Proses pembentukan ilmu pengetahuan dalam diri manusia
melibatkan kedua unsur secara bersamaan. Menurut Al-Farabi manusia memperoleh
pengetahuan tentang sesuatu melalui daya berfikir, daya menghayal dan daya
mengindra.
Dengan karakter tak jauh berbeda,
Anton bakker dan Achmad Charris Zubair juga mengemukakan pendapat tentang hasil
pencapaian pengetahuan dalam empat klasifikasi tingkatan dengan istilah:
pengetahuan indrawi, pengetahuan naluri, pengetahuan rasional, dan pengetahuan
intuitif atau imajenatif. Di sebut pengetahuan indrawi karena bersumber dari
kemampuan mengindra manusia, pengetahuan naluri karena bersumber dari kemampuan
naluriah manusia, pengetahuan rasional karena bersumber dari kemampuan
berfikir, dan di sebut kemampuan intuitif karena bersumber dari kemampuan
berimajenasi dalam diri manusia, semua itu karena Allah telah menciptakan
manusia sebagai makhluk yang sempurna.[4]
B. Manusia Makhluk Paling Mulia Dalam Tafsir Q.S.
At Tin Ayat 4
1. Q.S. At Tin Ayat 4
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ
تَقۡوِيمٖ ٤
Artinya: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya
2. Arti Mufrodat
Kata (خلقنا) khalaqna
Kami telah menciptakan berasal dari kata (خلق) khalaqa dan ( نا ) na yang berfungsi
sebagai kata ganti nama, kata na (Kami) yang menjadi akta
ganti nama itu menunjuk kepada jama’ (banyak), tetapi juga bisa digunakan untuk
menunjuk satu pelaku saja dengan maksut mengagungkan pelaku tersebut. Para raja biasa menunjuk dirinya menggunakan kata kami, begitu
juga Allah. Dari sisi lain penggunaan kata ganti bentuk jama’ itu (kami) yang
menunjuk pada Allah mengisyaratkan keterlibatan-Nya dalam perbuatan yang
ditunjuk oleh kata yang dirangkaikan dengan kata ganti tersebut. Jadi,
kata khalaqna mengisyaratkan keterlibatan selain Allah dalam
penciptaan manusia. Dalam hal ini yakni bapak ibu manusia. Dalam Q.S. Al
Mukminun (23) : 14, Allah menegaskan bahwa Dia adalah Ahsan Al Khaliqin
sebaik-baiknya pencipta.
Kata ( الانسان ) Al
Insan/manusia yang dimaksud ayat ini, menurut Al Qutubi bahwa
manusia-manusia yang durhaka pada Allah, pendapat ini bertentangan dengan para
tafsir lain karena adanya pengecualian yaitu kecuali orang-orang yang beriman.
Ini menunjukkan bahwa “manusia” yang dimaksut ayat ini jenis manusia pada
umumnya mencakup mukmin atau kafir, bahkan Asy Syathi merumuskan bahwa
semua kata al insan dalam Al Qur’an berbentuk definitif
yaitu dengan menggunakan kata sandang ( ال )
/ al berarti menegaskan jenis manusia secara umum.
Kata ( تقويم
) taqwim diartikan sebagai menunjuk suatu sesuatu memiliki
( قوم ) qiwam yaitu
bentuk fisik yang pas dengan fungsinya.[5]
3. Asbabun Nuzul Surat
at-Tiin
Walaupun asbabun nuzul untuk ayat 4 surat At-tin tidak di ketemukan dalam
reverensi pemakalah. Maka, kami uraikan asbabun nuzul surat At-tin sebagai
pembanding serta pelengkap yang berhubungan dengan surat At-tin.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas
bahwa firman Allah at-Tiin ayat 5 “kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang
serendah-rendahnya” mengandung arti dikembalikan ke tingkat pikun (seperti bayi
lagi). Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah saw pernah ditanya tentang
kedudukan orang-orang pikun. Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya (at-Tiin
ayat 6), yang menegaskan bahwa mereka yang beriman dan beramal sholeh sebelum
pikun, akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.[6]
4. Munasabah
Dalam surat Al Insyirah, Allah SWT menjelaskan
perintah kepada Nabi Muhammad SAW
selaku manusia sempurna. Penegasan tentang
nikmat-nikmat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan pernyataan
Allah bahwa disamping kesukaran ada kemudahan karena itu diperintahkan kepada
Nabi agar tetap melakukan amal-amal saleh dan bertawakkal kepada-Nya. Maka
dalam surat At Tiin, diterangkan bahwa manusia itu adalah makhluk Allah yang
mempunyai kesanggupan baik lahir maupun batin. Kesanggupannya itu menjadi
kenyataan bilamana mereka mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW[7].
5. Tafsir Ayat
Sungguh Allah telah menciptakan
manusia dengan sebaik-baiknya. Mereka
di beri kemampuan menundukan binatang dan tumbuh-tumbuhan ke bawah
kekuasaannya. Bahkan akal manusia dan
pikirannya dapat menundukkan tabiat atau perilaku alam, betapapun sangat
kerasnya, untuk beberapa maksud dan memenuhi kebutuhannya. Manusia
makan dengan tangannya, tidak seperti binatang yang makan dan minum langsung
menggunakan mulutnya. Allah
pun menjadikan manusia dengan perawakan yang tegak, sehingga mampu membuahkan
berbagai hasil karnya yang menakjubkan.
Akan tetapi manusia tidak menyadari
keistimewaannya itu, dan menyangka manusia sama dengan makhluk lain. Karenanya
meraka mengerjakan apa yang sesungguhnya tidak di benarkan oleh akal sehatnya
dan tidak di sukai oleh fitrahnya.[8]
C. Hubungan Manusia dengan Pendidikan
Ada satu kata atau istilah, yaitu “belajar”
yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia sebagai manusia yang telah
diciptakan sempurna oleh Allah SWT. Sebagai mana telah di firmankan Allah dalam
surat Al Isra’ ayat 70 dan surat At Tin ayat 4. Karena aktivitas belajar itulah
yang membedakan manusia dengan makhluk lain seperti
binatang misalnya. Karena aktivitas belajar pula yang mengantarkan seorang
manusia menjadi berilmu, yang selanjutnya memosisikan manusia menjadi makhluk
yang paling mulia diantara makhluk yang ada di muka bumi ini. Karena
belajarlah, manusia bisa bertahan hidup dan bias memenuhi apa yang menjadi
kebutuhan hidupnya. Karena belajarlah, manusia bisa memecahkan masalah
kehidupan yang dihadapi. Karena belajarlah, manusia bisa mengembangkan budayanya, dan karena
belajar pula, manusia bisa menguasai alam dan bisa mengubah wajah dunia ini.
Coba kita perhatikan bagaimana kehidupan binatang,
apapun jenisnya. Binatang hanya mengandalkan instink untuk dapat
memenuhi hidupnya dan mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupan binatang
dari waktu ke waktu hanya begitu-begitu saja. Tidak ada
binatang yang mampu mengembangkan kreativitas untuk memperbaiki derajat
kehidupannya. Persoalan ada binatang yang dianggap pandai, sehingga dapat
mengikuti perintah manusia, itu juga hanya sebatas instinknya saja, bukan hasil
belajar.
Dalam kehidupan manusia, belajar adalah kata kunci yang
menjadi ciri sekaligus potensi bagi umat manusia. Belajar telah menjadi
atribut manusia. Potensi belajar merupakan kodrat sekaligus fitroh bawaan
sebagai karunia dari Sang Maha Pencipta, Allah, swt. Belajar adalah kebutuhan
hakiki dalam hidup manusia di muka bumi ini. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa belajar adalah “energi kehidupan” umat manusia yang dapat
mengusung harkat kemanusiaannya menjadi sosok beradab dan bermartabat. Sehingga, manusia bukan saja sebagai makhluk yang
sempurna tetapi juga mulia.[9]
D. Kesimpulan
Manusia memang di ciptakan
paling sempurna dan sang pencipta sendiri yang telah mengabarkannya. sebagaimana yang telah di
jelaskan dalam tafsir QS.
Al-Isra ayat 70 dan dalam tafsir Q.S. At Tin Ayat 4. Sekarang tugas manusia adalah menjaga kesempurnaannya, dengan memilah dan
memilih sifat-sifat, memahami dan mengenalinya, dan mengambil sifat-sifat yang
baik sehingga menjadi makhluk yang mulia, sebagai pegangan dan pedoman di dalam
setiap ucapan, tindakan dan perbuatan manusia.
Jadi, manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna dan mulia adalah manusia yang mau
menyempurnakan kesempurnaannya dan memuliakan kemuliannya dan menjaganya.
Jika manusia memperturutkan
hawa nafsunya maka pada hakikatnya mereka “memilih” sifat binatang dan
menjadikan dirinya mendapatkan keburukan, kerendahan atau kenistaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Agama. Al-qur’an
dan Tafsirnya Jilid V dan X. Jakarta: Lentera Hati. 2010.
Muliawan, Jasa
ungguh. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Hasbi, Tengku Muhammad. Tafsir Al-qur’anul majid
Annur. Semarang: Rizki Putra. 2003.
Jalaludin As-suyuthi. Sebab
Turunnya Al-qur’an. Jakarta: Gema Insani. 2008.
http://jecklyn.blogspot.co.id/2011/12/tafsir-surat-at-tin.html di akses pada tanggal 18 maret 2016 pukul 11.15 WIB.
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-insyirah.html di unduh pada tanggal 18 maret 2016 pukul 13.15 WIB.
https://ulilalbabjong.wordpress.com/2012/01/23/manusia-adalah-makhluk-pembelajar/ di unduh pada tanggal 16
maret 2016 pukul 21.00 WIB.
Oleh: Dede Wijayanto, Panggah Santoso, Ubaidillah, Hendri
[1]Kementerian Agama, al-Qur’an dan Tafsiranya Jilid V,(Jakarta:
Lentera Hati, 2010). Hlm. 517
[2]Kementerian Agama, al-Qur’an dan Tafsiranya Jilid V,. . . ,Hlm. 518
[3]
Departemen Agama, Al-qur’an dan Tafsirnya
Jilid X, (Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, 2010), Hal. 713
[4]
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam
Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Hal. 28-29
[5]http://jecklyn.blogspot.co.id/2011/12/tafsir-surat-at-tin.html di unduh pada tanggal 18 maret 2016 pukul 11.15 WIB
[6]Jalaludin As-suyuthi, Sebab Turunnya Al-qur’an, (Jakarta: Gema
Insani, 2008). Hal. 632
[7]http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-insyirah.htmldi unduh pada tanggal 18 maret 2016 pukul 13.15 WIB
[8]
Tengku Muhammad Hasbi As-sidqi, Tafsir
Al-qur’anul majid Annur, (semarang: Rizki Putra, 2003), Hal. 4638-4639
[9]https://ulilalbabjong.wordpress.com/2012/01/23/manusia-adalah-makhluk-pembelajar/ di akses pada tanggal 16 maret 2016 pukul
21.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar