Ayo Sinau...!!!

Sabtu, 21 Mei 2016

Al-Qur'an dan IPTEK: Tadarus al-Qur’an sebagai Penyembuh Kesehatan Mental dan Fisik

TADARUS AL-QUR’AN SEBAGAI PENYEMBUH KESEHATAN MENTAL DAN FISIK

Oleh: Tomy Muhlisin Ahmad




A.    Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan petunjuk jalan kebenaran, tidak mengandung keraguan di dalamnya, serta kemuliaan dan kesuciannya membawa berita gembira bagi yang membaca dan meyakininya. Keagungan Al-Qur’an bukanlah perkara subjektivitas dari manusia yang menilainya. Bagi manusia yang benar-benar pernah membacanya dengan teliti, entah dia seorang Muslim ataupun bukan, akan mengakui kehebatannya. Keistimewaan dan kesempunaan Al-Qur’an meliputi segala aspek kehidupan manusia secara substansial,  yang bukan saja membawa kesejahteraan dan kebahagiaan pribadi seorang, namun juga bagi masyarakat di mana dan kapan saja.
Salah satu dari aspek yang dibahas yaitu Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Al-Qur’an mustahil berfungsi sebagai kitab teori Ilmu Pengetahuan yang selalu berubah ketika teori baru dikemukakan. Karena banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan kesesuaian dengan hasil observasi, teori, dan penemuan Ilmu Pengetahuan modern yang merupakan kesempurnaan dari nikmat Allah kepada makhluk manusia ciptaan-Nya. Ilmu Pengetahuan merupakan petunjuk atau keterbukaan hati atas bimbingan Allah, dan Kitab Al-Qur’an merupakan suatu kesatuan media untuk tunduk patuh kepada Allah, serta sudah menunjukkan kunci-kunci tentang kebesaran dan keesaan-Nya dengan menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk manusia bahkan menyempurnakan kenikmatan-kenikmatan tersebut secara total, lahir dan batin. Al-Qur’an merupakan tuntunan untuk menempuh hidup yang akan membuat kita berhasil dan selamat di dunia dan akhirat apabila kita jadikan acuan dalam menjalani hidup ini. Oleh sebab itu, kita dapat memahaminya dengan tadarus, sebagai upaya untuk menangkap pesan dengan proses mengurai simbol ciptaan manusia yang sudah disepakati bersama.[1]
B.     Pengertian Tadarus Al-Qur’an
Tadarus  berasal dari kata darosa-yadrusu, yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji, dan mengambil pelajaran. Lalu ditambah huruf ta' di depannya sehingga menjadi tadaarosa-yatadaarosu, maka maknanya bertambah menjadi saling belajar atau mempelajari secara lebih mendalam. Berarti tadarus Al-Qur’an yaitu mempelajari secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
Adapun dalil Tentang Membaca & Menghafal Al-Qur’an
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (QS Al-Fathir: 29-30)
Disebutkan dalam shahih Bukhari dari sahabat Utsman bin Affan R.A, Rasul SAW bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
Rasul SAW juga bersabda: “Bacalah Al-Qur’an sesungguhnya dia akan datang di hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya”. [HR Muslim].
Hifzhul Qur'an merupakan ciri orang yang diberi ilmu
"Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS Al-Ankabuut 29:49).[2]
C.    Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti Al-Qur’an secara etimologis bacaan karena Al-Qur’an diturunkan memang untuk dibaca. Banyak sekali keistimewaan bagi orang yang ingin menyibukkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an. Banyak hadist yang menyebutkan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut.
1.    Menjadi Manusia yang Terbaik
Orang yang membaca Al-Qur’an adalah manusia yang terbaik dan manusia yang paling utama. Tidak ada manusia di atas bumi ini yang lebih baik daripada orang yang mau belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Dengan demikian, profesi pengajar Al-Qur’an adalah profesi yang terbaik di antara sekian banyak profesi.
2.    Mendapatkan Kenikmatan Tersendiri
Membaca Al-Qur’an adalah kenikmatan yang luar biasa. Seseorang yang sudah merasakan kenikmatan membacanya, tidak akan bosan sepanjang malam dan siang. Bagaikan nikmat harta kekayaan di tangan orang shaleh merupakan kenikmatan yang besar, karena dibelanjakan ke Jalan yang benar dan tercapai apa yang diinginkan.
3.    Derajat yang Tinggi
Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah mukmin sejati yang harum lahir batin, harum aromanya dan enak rasanya, bagaikan jeruk dan sesamanya. Maksudnya, orang tersebut mendapat derajat yang tinggi, baik disisi Allah maupun di sisi manusia.
4.    Bersama Para Malaikat
Orang yang membaca Al-Qur’an dengan fashih dan mengamalkannya, akan bersama dengan malaikat yang mulia derajatnya. Orang yang membaca Al-Qur’an dengan tajwid sederajat dengan para malaikat. Artinya, derajat orang tersebut sangat dekat kepada Allah seperti malaikat. Jika seseorang dekat dengan Tuhan, tentu segala doa dan hajatnya dikabulkan oleh Allah.
5.    Syafa’at Al-Qur’an
Al-Qur’an memberi syafa’at bagi seseorang yang membacanya dengan benar dan baik, serta memperhatikan adab-adabnya. Diantaranya merenungkan maknanya dan mengamalkan. Maksud memberi syafa’at adalah memohonkan pengampunan bagi pembacanya dari segala dosa yang ia lakukan. Maka orang yang ahli membaca Al-Quran jiwanya bersih, dekat dengan Tuhan.
6.    Kebaikan Membaca Al-Qur’an
Seseorang yang membaca Al-Qur’an mendapat pahala yang berlipat ganda, satu huruf diberi pahala sepuluh kebaikan. Tidak ada sistem perekonomian di dunia ini yang semurah Tuhan. Jika seseorang khatam Al-Qur’an yang sejumlah hurufnya 1.025.000 kebaikan.
7.    Keberkahan Al-Qur’an
Orang yang membaca Al-Qur’an, baik dengan hafalan maupun dengan melihat mushaf akan membawa kebaikan atau keberkahan dalam hidupnya bagaikan sebuah rumah yang dihuni oleh pemiliknya dan tersedia segala perabotan yang diperlukan. Sebaliknya, orang yang tidak terdapat Al-Qur’an dalam hatinya bagaikan rumah yang kosong tidak berpenghuni dan perabotan. Maka rumah akan menjadi kosong, kotor dan berdebu, bahkan di huni setan atau makhluk halus yang akan menyesatkan manusia. Demikianlah hati orang yang tidak membaca Al-Qur’an, akan terjadi kekosongan jiwa tidak ada dzikir kepada Allah dan kotor berdebu hatinya, akan membuat orang sesat dari jalan yang lurus.[3]
D.    Al-Qur’an sebagai Penyembuh Kesehatan Mental
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada penutup para Nabi dan para Rasul, Muhammad SAW, dihimpun dalam bentuk mushaf, diriwayatkan secara mutawatir dari generasi ke generasi, membacanya termasuk ibadah serta mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an mulia yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. Bukanlah semata-mata kitab agama atau fikih, melainkan sebuah kitab yang komprehensif, yang menghimpun semua bidang ilmu pengetahuan, semua aspek kehidupan, dan segala bentuk kebijaksanaan, sekaligus keagungan dan kemuliaan akhlak, serta keindahan dan kemegahan karya sastra. Di antara bidang ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah kedokteran atau ilmu pengobatan, Al-Qur’an sejatinya merupakan obat yang menyembuhkan dan menyehatkan manusia. Al-Qur’an juga merupakan petunjuk dan rahmat bagi seluruh manusia. Sebagaimana firman Allah SWT QS. Yunus ayat 57:
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS. Yunus: 57)
Al-Qur’an memang merupakan penyembuh dan rahmat bagi orang yang hatinya dipenuhi keimanan, senantiasa membuka hatinya sehingga nilai-nilai Al-Qur’an bersinar disana. Al-Qur’an benar-benar dapat menyembuhkan aneka macam penyakit yang sering kali bersarang di dalam hati manusia berupa penyakit syahwat, keraguan, kegelisahan, keresahan, juga amarah dan kebencian. Semua itu karena nilai-nilai Al-Qur’an itu akan melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan rasa aman dalam hatinya. Akhirnya akan merasakan kenikmatan yang tidak pernah dan tidak akan bisa dirasakan oleh orang-orang yang lalai dari mengingat Allah.
Ketika tadarus Al-Qur’an hal tersebut akan terjadi, maka seseorang itu akan mengutamakan makna yang dikehendaki Allah dibanding makna yang ditunjukkan dan dikehendaki manusia. Dengan begitu, setiap saat berusaha meraih ridha Allah dan berjuang agar menjadi hamba yang diridhai oleh Allah, keridhaannya lebih dicintai dibanding kehendak syahwat dan hawa nafsu. Al-Qur’an juga mengandung dalil dan bukti yang menunjukkan kekuasaan dan keagungan serta menghilangkan keraguan dalam dada setiap orang yang berusaha memahaminya sehingga secara bertahap keraguan dalam hati mereka digantikan oleh keyakinan. Jika hati telah selamat dan bebas dari penyakit, niscaya seluruh tubuh pun akan menjadi sehat dan selamat. Begitu pula sebaliknya, jika hati rusak atau digerogoti penyakit maka rusak pula seluruh tubuh.
Ketika seorang hamba telah memahami dan meyakini Al-Qur’an, niscaya ia akan mendapatkan dua macam penyembuhan sekaligus, yaitu penyembuhan maknawi berupa bertambahnya pemahaman dan pengetahuan serta penyembuhan lahiriah dari segala penyakit yang merusak tubuh. Metode penyembuhan dengan Al-Qur’an meliputi dua cara, yaitu: pembacaan dan pengalaman ajaran-ajaran Al-Qur’an.. Keutamaan yang didapatkannya akan semakin besar jika ia membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an di kesunyian malam.[4]
Adapun dengan tadarus Al-Qur’an sebagai penyembuh kesehatan mental terdapat pada  QS. Al-Hujurat ayat  9-10,
             Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
            Dijelaskan setelah ayat yang lalu bahwa Allah SWT memperingatkan kepada orang-orang mukmin supaya waspada dalam menerima berita yang disampaikan oleh orang fasik. Maka dalam ayat ini Allah menerangkan tentang apa yang bisa saja terjadi akibat berita seperti itu seperti, pertengkaran antara dua kelompok yang kadang-kadang akhirnya menyebabkan peperangan. Oleh sebab itu, Allah SWT menyuruh orang-orang mukmin supaya menghilangkan pengaruh dari perkataan orang fasik itu dan agar mereka memperbaiki hubungan antara dua kelompok tersebut.
            Jika salah satu diantara keduanya berlaku aniaya terhadap yang lain, maka perangilah kelompok yang Aniaya tersebut, sehingga mereka mau kembali berdamai, dengan cara mencegahnya dari kedzaliman secara langsung, kalau hal itu mungkin dilakukan, atau dengan mengajak pemerintah untuk memenuhi mereka. Namun, bila yang berlaku aniaya itu pemerintah sendiri, maka wajiblah orang-orang Islam untuk mencegahnya dengan cara memberi nasehat atau lebih dari itu, dengan syarat jangan sampai hal itu menimbulkan huru hara yang lebih parah lagi.[5]
            Berdasarkan ayat tersebut dapat dijelaskan pula bahwasanya dengan tadarus Al-Qur’an kita akan mendapatkan penyembuh kesehatan mental yaitu berupa selalu menjaga, memelihara, serta membimbing diri menuju perdamaian sebagaimana yang wajib dilakukan antara dua kelompok, wajib pula bagi persaudaraan yang telah disebut. Ada juga perintah supaya merendahkan diri dihadapan Allah, hal tersebut bertujuan agar mendapat rahmat Allah SWT. Salah satu caranya yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
E.     Energi Penyembuhan dengan Al-Qur’an
1.    Keserasian yang Sempurna pada Kata dan Huruf Al-Qur’an
        Al-Qur’an mengandung keserasian yang sangat teliti, yang tidak ditemukan dalam kitab atau buku apapun yang pernah dimiliki manusia. Setelah melewati kajian berkali-kali dalam waktu panjang, saya meyakini bahwa kata dan huruf-huruf Al-Quran ini telah ditata oleh Allah dengan sempurna. Seseorang yang hendak melakukan ruqyah syar’iyyah maka dia akan membaca surat al-fatihah sebanyak 7 kali. Hal ini dilakukan orang-orang yang akan melakukan terapi lantunan Al-Quran.
2.    Keseimbangan dan Keserasian Irama dalam Ayat-ayat Al-Qur’an
             Saat mendengarkan Kalam Allah Swt, anda merasakan bahwa Kalam ini tidak seperti syair, tidak pula prosa, dan tidak serupa dengan jenis-jenis kalam manusia. Anda akan merasakan ada irama khas yang tidak bisa temukan dalam kalimat lain, apapun  itu. Irama ayat-ayat Al-Qur’an ini sesuai dengan irama otak manusia karena Allah Swt telah memberikan getaran (gelombang) natural yang khas bagi segala sesuatu di ala mini. Ketika menciptakan manusia, pada otak setiap individu, Allah ciptakan suatu irama dan getaran natural yang sejalan dengan irama Al-Qur’an.
     Beberapa studi menunjukkan bahwa suara yang memiliki irama serasi memiliki efek besar bagi vitalitas dan stabilitas otak. Suara dan irama yang serasi juga berpengaruh terhadap skala detak jantung serta menjadikan otak lebih energik dan segar sehingga lebih mampu mengarahkan sistem kekebalan tubuh melawan berbagai penyakit. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an juga memperbaiki sistem kekebalan sel karena berpengaruh dari getaran suara yang sehat dan serasi sehingga sel mampu bekerja secara optimal.
3.    Setiap Ayat Sarat dengan Makna
Allah telah menurunkan Al-Qur’an yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Allah sudah meletakkan energi penyembuh yang luar biasa di setiap ayat dalam kitab-Nya. Dan energi tersebut dapat berpengaruh terhadap segala sesuatu. Sebagai contoh yaitu pada kata “hadza Al-Qur’an” maka kita mengerti bahwa jika Al-Qur’an yang ada di tangan kita ini, dengan segala huruf, kata, ayat dan suratnya. Apabila diturunkan kepada gunung, niscaya ia akan bergetar, berguncang dan hancur karena beratnya Kalam Allah Swt. Oleh karena itu, bisa kita katakan bahwa Kalam Allah Swt sangat berpengaruh terhadap segala macam penyakit.
4.    Pengalaman Nyata yang Tak Terbantahkan
Sejak 14 abad yang lalu hingga saat ini, jutaan manusia telah disembuhkan Al-Qur’an. Ini adalah bukti terbesar yang menunjukkan kekuatan (pengaruh) Kalam Allah Swt ini dalam menyembuhkan penyakit. Saat Kalam Allah dibacakan terhadap pasien itu, ia akan melihat bahwa tubuh mereka segera memberi respon terhadap pengobatan baru ini. Bagaimana tidak, sementara dia berhadapan dengan penyembuhan yang mutlak. Keyakinan yang dipegang oleh orang yang beriman akan banyak menambah kemungkinan untuk sembuh.[6]
F.     Pengaruh Lantunan Ayat-ayat Al-Qur’an
Beberapa bulan yang lalu, para ilmuan di University of Rochester mengakui bahwa pengobatan kimiawi untuk penyakit kanker lebih besar bahayanya daripada manfaatnya. Para peneliti di Universitas tersebut menemukan bahwa obat kimia itu membawa bahaya bagi otak dalam jangka panjang. Mereka mengatakan bahwa inilah kali pertama para ilmuan mulai memahami bahaya tersebut, sekaligus mencari solusi yang tepat dan aman. Doctor. Mark Noble, ketua tim dokter (peneliti), mengatakan bahwa obat kanker kimia itu membunuh sekitar 70-100% sel sehat, angka ini tentu jauh lebih banyak daripada apa yang dilakukannya terhadap sel kanker itu sendiri (sekitar 40-80%). Dari sinilah terlihat kebutuhan untuk mencari sarana (alat) pengobatan lain yang lebih aman dan lebih bermanfaat. Penyembuhan dengan suara adalah alternative yang paling ideal.
Mayoritas peneliti Barat meyakini adanya pengaruh luar biasa pada suara. Tapi mereka belum menemukan getaran suara yang tepat yang bisa menyembuhkan penyakit. Tetapi kita umat pewaris kitab suci teragung, memiliki rahasia yang menyembuhkan yaitu Al-Qur’an Al-Karim, Kalam Allah Swt. Bacaan Al-Qur’an merupakan sejumlah getaran suara yang sampai kepada telinga, mengalir ke dalam otak lalu membawa efek kepadanya melalui medan elektronik yang dilahirkan dalam sel-sel. Kemudian sel-sel akan merespon medan-medan tersebut dan mengimbangi getarannya. Perubahan getaran inilah yang kita temukan dan kita pahami setelah melalui pengalaman panjang dan berulang-ulang.
Ditinjau dari sudut pandang medis atau tinjauan ilmu kedokteran dan fisiologi, suara lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan dengan tajwid yang benar dan disertai kekhusyukan niscaya akan berpengaruh besar kepada kesehatan dan kebugaran tubuh. Pengaruh suara lantunan ayat-ayat Al-Qur’an itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Pengaruh Lantunan Ayat Al-Qur’an terhadap Sel-Sel Tubuh
        Salah satu rahasia yang menyebabkan otak kita dapat bekerja, berfikir, dan mengingat  adalah program yang sangat rumit dan halus yang terus bekerja di dalam sel otak. Jika ada kerusakan atau penyimpangan sedikit saja dalam program tersebut, niscaya pengaruhnya akan dirasakan oleh sebagian bahkan oleh seluruh tubuh yang pada gilirannya tidak akan menyebabkan ketidakseimbangan. Para ilmuwan telah menemukan bahwa sel-sel tubuh dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk oleh gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang suara, dan lain-lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa sel yang terdapat pada seluruh bagian tubuh manusia bergetar dengan getaran yang terbatas. Secara umum, pergerakan atau getaran sel-sel itu mengikuti bentuk tertentu yang dipengaruhi oleh suara-suara yang ada disekitarnya.
        Dari perspektif ini dapat dikatakan bahwa penyakit apapun yang menyerang salah satu bagian tubuh niscaya akan mempengaruhi bagian-bagian tubuh lainnya. Akibatnya, fungsi dan metabolisme bagian-bagian tubuh yang lain akan terganggu dan rusak. Seperti itulah, gelombang suara bekerja mempengaruhi sel-sel tubuh. Ketika tubuh dihadapkan pada suara tertentu, suaru itu akan mempengaruhi keseimbangan gelombang di dalam tubuh dan mempengaruhi dengan cara tertentu bagian tubuh yang sedang mendapat gangguan sehingga bagian tubuh itu akan merespons suara tersebut dengan getaran-getaran tertentu yang sinyalnya akan dikirimkan ke pusat sistem syaraf yang mengatur seluruh fungsi tubuh. Dengan kata lain, suara yang diperdengarkan pada sel-sel tubuh akan memicu sel-sel untuk merespons dan memperbaiki kerusakan sistemnya sehingga bisa kembali pada kondisi semula.  
             Menurut Fabien Maman bahwa sebagian proses interaksi antara suara dari luar dan getaran suara sel-sel tubuh ternyata dapat memecah dan menghancurkan sel-sel kanker. Bentuk dan lingkaran medan elektromagnetik pada sebuah sel berubah ketika sel itu dihadapkan pada gelombang suara yang berjalan bolak-balik. Medan elektromagnetik itu berbeda-beda sesuai dengan jenis suara yang diperdengarkan kepadanya. Seperti sel kanker yang hancur lebur ketika dihadapkan pada gelombang suara Al-Qur’an. Gambaran sel tersebut bahkan pernah diambil dari kamera Kirlian (fotografi atau kamera aura). Dengan demikian, suara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam penyembuhan.
             Ilmuwan lain, Masaru Emoto menetapkan bahwa medan elektromagnetis pada bagian-bagian air sangat dipengaruhi oleh suara. Ia juga menemukan bahwa suara Al-Qur’an dapat mengubah partikel-partikel air sehingga menjadi lebih baik, teratur dan tersusun rapi. Jika kesimpulan Emoto itu kita hubungkan dengan fakta bahwa 70% bagian tubuh kita merupakan unsur-unsur air maka tentu saja suara yang kita dengar atau suara yang bergerak disekitar tubuh kita akan berpengaruh besar terhadap pengaturan dan penataan kembali partikel-partikel air di dalam sel-sel tubuh. Pada gilirannya, perubahan dan getaran-getaran sel tubuh itu akan mempengaruhi kesembuhan bahkan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
2.    Pengaruh Lantunan Al-Qur’an terhadap Jantung
     Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28:
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d: 28)
Hingga beberapa dasawarsa ini ke belakang, kita masih belum bisa memahami secara ilmiah mengapa zikir dan mengingat Allah dapat menciptakan ketenangan dan keteduhan jiwa atau hati. Pada akhirnya, sesuai perekembangan ilmu pengetahuan manusia, para ilmuawan mulai melihat adanya hubungan tak terpisahkan antara suara dan kecerdasan serta kesehatan manusia. Hanya saja, mereka belum bisa sampai pada kesimpulan yang terperinci  dan benar-benar jelas. Tetapi mereka bersama para dokter di Polandia pernah melakukan penelitian dan menemukan  bahwa serangan jantung yang dialami para pasien telah merusak dan menurunkan kekuatan pikiran dan daya ingat mereka. Namun mereka ditempatkan atau berada dalam lingkungan yang kondusif dan menyenangkan, termasuk diperdengarkan suara-suara yang enak, daya ingat dan kekuatan pikiran mereka meningkat secara signifikan. Seperti itulah musik mempengaruhi penyembuhan penyakit jantung. Jika musik memiliki pengaruh seperti itu maka Al-Qur’an tentu yang merupakan firman Allah SWT memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dan hebat. Serta memiliki daya penyembuhan yang jauh lebih dahsyat pula.
3.    Pengaruh Suara Al-Qur’an terhadap Kulit
Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat 23:
Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun. (QS. Az-Zumar: 23)
Ayat tersebut dengan jelas menyebutkan pengaruh Al-Qur’an terhadap kulit dan ternyata para ilmuwan modern juga menemukan bahwa gelombang suara dapat mempengaruhi sel-sel kulit. Mungkin menjadi salah satu temuan penting di zaman modern bahwa ternyata kulit memiliki kemampuan yang menakjubkan untuk menyimpan pengetahuan dan mengingatnya. Sebagaimana kita ketahui, sentuhan atau rabaan merupakan salah satu indra yang sangat penting yang dimiliki manusia. Melalui sentuhan kita bisa mempersepsi realitas yang ada disekeliling kita. Proses sentuhan dilakukan melalui ujung-ujung saraf yang terdapat pada kulit yang kemudian mengirimkan sinyal ke otak melalui jaringan urat saraf. Jaringan saraf berujung pada atau di antara sel-sel epidermis, lapisan luar kulit. Melalui jaringan saraf pada kulit itulah kita bisa mempersepsi dan mengenali, untuk kemudian mengingat segala yang kita sentuh dan kita raba.
4.    Pengaruh Suara Al-Qur’an terhadap Pertumbuhan Janin
Berbagai penelitian dalam bidang embriologi dan ilmu kebidanan menunjukkan bahwa pertumbuhan janin di dalam kandungan dipengaruhi situasi dan kondisi ibunya serta lingkungan di sekitarnya. Tetapi ada penelitian terbaru mengungkap bahwa faktor genetika bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi sikap, sifat, dan keistimewaan yang akan dimiliki oleh janin yang sedang dikandung. Salah satu faktor pembentuk yang sangat penting adalah lingkungan tempat tumbuh janin itu, termasuk kondisi tubuh ibunya, kondisi jiwanya, sifat, sikap, serta perilaku si ibu selama mengandung janin itu. Juga keseimbangan makanan yang dikonsumsi oleh ibu harus diperhatikan.
Dengan demikian, kondisi kejiwaan ibu mempengaruhi pertumbuhan fisikal dan mental janin yang dikandungnya. Ketenangan dan kenyamanan yang dirasakan si ibu ketika membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an juga akan dirasakan oleh janin yang dikandungnya, sehingga misalnya si janin tidak banyak bergerak-gerak di dalam rahim dan cenderung lebih tenang. Lebih jauh, kelak setelah dilahirkan jiwa dan hidupnya akan senantiasa dipengaruhi oleh Al-Qur’an. Seperti, ia akan lebih cepat mengenal ungkapan atau kalimat-kalimat Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, serta berusaha mempelajarinya kelak ketika ia tumbuh lebih besar.
Penelitian lain menunjukkan bahwa seorang bayi yang ketika di dalam Rahim sering diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an di antara suara-suara lainnya, ia akan merasa tertarik setiap kali mendengar bacaan Al-Qur’an meskipun ia masih bayi dan menyusu. Jadi begitulah memperbanyak bacaan Al-Qur’an dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an selama masa kehamilan akan meningkatkan ikatan antara si anak dari sisi mental dan emosional dengan Al-Qur’an, sehingga kelak ia akan berusaha mempelajari, meghafal, dan mencintainya.[7]
G.    Al-Qur’an sebagai Penyembuh Kesehatan Fisik
Testimoni
Abdeldaem Al-Kaheel mengatakan bahwa “ketika saya bersama Al-Qur’an sehari semalam 24 jam. Bahkan saat  tidur, saya tinggalkan radio yang berbunyi bacaan Al-Qur’an untuk saya dengarkan sampai tertidur. Tetapi ketika itu, saya belum mengetahui bila ada metode belajar dan menghafal saat tidur. Setelah beberapa bulan, saya rasakan ada perubahan besar pada tubuh. Terasa seperti seluruh organ tubuh bergetar mengikuti suara Al-Qur’an yang saya dengarkan. Kemudian saya mempelajari Al-Quran dengan cara mendengarkannya juga. Saya katakan pula  pada teman bahwa mendengarkan Al-Qur’an seperti menyeting ulang program sel otak secara keseluruhan. Ini  saya alami sejak dua puluh tahun yang lalu. Tapi saya terkejut ketika beberapa hari yang lalu saya mendapatkan pernyataan para ilmuan yang menyatakan bahwa pengobatan terhadap penyakit yang sulit disembuhkan adalah dengan cara memprogram kembali sel otak yang bersangkutan. Mereka menggunakan akustik getaran semacam suara musik.
Sejumlah kalangan medis yang menggunakan metode penyembuhan dengan suara   yang menyimpulkan beberapa hal penting. Misalnya seorang perempuan AS yang bernama Anne Williams yang menempuh pengobatan dengan suara musik. Tapi hasil yang dipeoleh masih sangat terbatas sampai saat ini, karena alunan musik yang dijadikan metode ini tidak mampu memberi pengaruh yang diinginkan sel otak. Meskipun metode penyembuhan seperti ini disebutkan telah berhasil secara mengagumkan dalam mengobati penyakit kanker usus, tumor otak ganas dan beberapa penyakit lainnya. Penelitian juga menyebutkan bahwa semua orang yang mendengarkan suara musik yang mereka buat, mampu menciptakan kemampuan berfikir yang lebih inovatif.
Saya ingin menyampaikan kepada anda, bahwa berbagai perubahan yang saya alami disebabkan mendengarkan bacaan Al-Quran dalam waktu yang lama dan sering, saya menjadi lebih kuat dan segar ketimbang sebelum saya melakukan hal itu. Saya merasa bahwa imunitas tubuh saya meningkat dengan baik. Berkomunikasi saya dengan orang lain juga lebih baik. Al-Quran juga telah memicu unsur kreatifitas dalam pikiran saya. Dan apa yang saya rasakan itu tidak lain adalah sebagai buah dari membaca Al-Quran.
Dengan itu, solusi paling baik untuk seluruh penyakit adalah Al-Quran. Pernyataan ini merupakan hasil dari pengalaman panjang yang saya alami. Disini  saya bersaksi, bahwa banyak penyakit yang saya alami sembuh melalui pengobatan Al-Quran, setelah tim medis tidak mampu mengobatinya. Karena sesuatu yang terpengaruh dengan tilawah Al-Quran dan mendengarkan ayat-ayat Al-Quran, getaran neuronnya akan stabil kembali. Bahkan menambahkan kemampuannya untuk melakukan prinsipilnya secara sangat baik”. [8]
Selain itu, Ibu Eni dari Jakarta sudah satu tahun menderita kanker payudara stadium III, sudah berobat ke mana-­mana belum juga sembuh. Beliau kemudian berobat ke Jogja dengan cara menjalani terapi selama 3 hari. Salah satu resep penyembuhan dengan al-Qur'an. Beliau  berkata “tahap pertama saya disuruh membaca: Qs. al-Isroh ayat 1-98/Qs. al-Kahfi (18) ayat 1-74 dibaca seminggu sekali sebanyak 4x. Setelah selesai membaca bacaan di atas, saya membaca bacaan : Qs. al-Ma'un (67) ayat 1-7/Qs. al-Hasyr (59) ayat 1-21/Qs. al-Qomar (55) ayat 1-55/Qs. al-Hasyr (59) ayat 22-24/Qs. al-­Hujurat (49) ayat 1-18/Qs. al-Fatihah (1) ayat 1­7 dibaca seminggu sekali sebanyak 4 kali. Alhamdulillah baru satu bulan seluruh penyakit lenyap dan saya terbebas dari kanker payudara. Sungguh luar biasa, al-Qur'an itu”.[9]
H.    Keterpaduan Islam Dengan IPTEK Terkait Tadarus Al-Qur’an
1.   Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam berdasarkan Al-Qur’an
Islam sebagai agama terakhir di antara agama-agama samawi (Yahudi-Nasrani-Islam) sering digambarkan secara keliru oleh orang-orang Barat sebagai agama yang kolot, penuh kekerasan, tanpa kasih sayang, dan tidak berdasarkan akal sehat.  Padahal peradaban yang dibangun umat Islam dengan berdasarkan Kitab Suci Al-Qur’an merupakan peradaban yang mencerahkan. Bagi para pemikir, ilmuwan modern dan orang-orang besar dari kalangan mana pun yang meneliti Islam dengan seksama mengakui bahwa Islam tidaklah disebarkan melalui pemaksaan, kekerasan, ataupun pedang seperti yang dituduhkan. Seperti Napoleon Bonaparte yang sangat dikagumi dunia, pernah mengungkapkan harapannya yang hendak menyatukan orang-orang terpelajar dan cendekia bijak dari seluruh negeri untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip berdasarkan Al-Qur’an sehingga membawa kebahagiaan bagi manusia.
Al-Qur’an secara gamblang memang memberikan ruang yang luas dan dorongan bagi pemeluk agama Islam untuk menggunakan akal sehat dan hati nuraninya dalam menerima kebenaran yang dijelaskannya. Dengan atau tanpa pengakuan dari orang-orang kafir sekalipun, Al-Qur’an tetap sebagai kitab suci yang amat logis dalam memberikan petunjuk ke arah kejayaan umat Islam yang mengimaninya. Dalam banyak ayat, Al-Qur’an menggalakkan umat Islam untuk memikirkan dan merenungkan tanda-tanda yang ditebarkan oleh Allah SWT agar manusia dapat benar-benar yakin dalam menerima kebenaran. Baru setelah keyakinan itu melekat dalam kalbunya, kepatuhan total atau penyerahan diri akan bermakna. Syariat Islam yang seolah-olah penuh dengan formalitas yang amat membatasi akan mudah dipahami dan dipatuhi. Al-Qur’an pun menegaskan bagaimana Allah meninggikan derajat orang yang berilmu disbandingkan dengan orang yang tidak berpengetahuan. Sebagaimana firman Allah dalm QS. A-Mujadilah ayat 11
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah: 11)
Al-Qur’an juga menegaskan  bahwa setiap individu Muslim dikehendaki memiliki kesadaran dan pengetahuan dalam menyikapi dan menerima sesuatu yang datang kepadanya, berupa penemuan, informasi, maupun pengetahuan. Ikut-ikutan adalah sikap mental yang tidak Qurani, yang harus dijauhi umat Islam. Apa saja yang akan dilakukan seorang Muslim harus berdasarkan pertimbangan akal budi dan hati nuraninya yang telah mendapat masukan dari apa yang dilihat dan didengar. Sikap kritis yang tidak menerima begitu saja informasi apa pun yang  datang kepadanya dan cerdas memutuskan apa yang akan dilakukannya adalah sikap yang saintifik. Islam begitu menghargai sikap saintifik ini seperti ditegaskan dalam QS. Al-Isra’ ayat 36
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Maka tidaklah mengejutkan apabila Dr. Maurice Bucaille mengambil kesimpulan bahwa: “it comes as no surprise to learn that religion and science have always been considered to be twin sisters by Islam”. Apabila beliau menyadari bahwa Islam memberi tempat tinggi kepada ilmu pengetahuan, dan hal ini sebenarnya lumrah saja bagi umat Muslim.[10]
2.      Hubungan antara Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan serta Agama
Di dalam agama Islam segala aspek kehidupan dibahas, dengan Al-Qur’an sebagai kitab yang menjadi sumbernya. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang jelas bagi kaum yang mau menggunakan akalnya. Al-Quran tidak meninggalkan yang kecil ataupun yang besar kecuali mencatatnya, bahkan memperhatikan segala hal pada wilayah kerajaannya baik secara zhahir maupun batin, memaparkan dalil tentangnnya. Tiada satu pun perkara baru yang diperbuat manusia, demikian pula ilmu pengetahuan manusia kecuali pasti ada dalilnya. Manusia akan memperoleh kejelasan tentang hal-hal itu dengan kemajuan ilmu pengetahuannya, ijtihadnya, dan pertambahan pengetahuan serta ilmunya terhadap alam semesta, menurut kemampuan masing-masing dan sesuai zamannya sendiri-sendiri. Namun betapun kemampuan bertambah dan ilmu berkembang cepat, dia tetap saja tidak dapat menggapai kesempurnaan yang dimiliki oleh Allah SWT, sungguh Maha Besar Allah.
Sekarang kita melihat manusia sebagaimana yang dijelaskan oleh QS. Ar-Rahman ayat 33 bahwa terbang menembus antariksa, menjelajahnya dan berjalan berdasar pengetahuannya tentang ruang angkasa itu. Sesungguhnya batas meluas atau menyempit, bertambah atau berkurang itu hanyalah batas penjuru langit dan bumi, tidak mungkin manusia dapat menghitungnya, kecuali dengan izin Allah. Alam semesta ini sangatlah luas, tiada yang mengetahui akhir kesudahannya kecuali Allah semata. Setiap ilmu kita bertambah maka seolah akhir kesudahannya semakin jauh dari kita.[11]
I.       Kesimpulan  
Tadarus Al-Qur’an yaitu mempelajari secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Adapun tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, diantaranya: menjadi manusia yang terbaik, mendapatkan kenikmatan tersendiri, derajat yang tinggi, bersama para malaikat, syafa’at Al-Qur’an, kebaikan membaca Al-Qur’an dan keberkahan Al-Qur’an.
Al-Qur’an bukan hanya  kitab agama, melainkan sebuah kitab yang komprehensif, yang menghimpun semua bidang ilmu pengetahuan, semua aspek kehidupan, dan segala bentuk kebijaksanaan, sekaligus keagungan dan kemuliaan akhlak, serta keindahan dan kemegahan karya sastra. Di antara bidang ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah kedokteran atau ilmu pengobatan, Al-Qur’an sejatinya merupakan obat yang menyembuhkan dan menyehatkan manusia. Energi penyembuhan dengan Al-Qur’an baik secara mental maupun fisik dapat ditunjukkan karena adanya beberapa hal yang terdapat di dalamnya, antara lain: keserasian yang sempurna pada kata dan huruf Al-Qur’an, keseimbangan dan keserasian irama dalam ayat-ayat Al-Qur’an, setiap ayat sarat dengan makna, dan pengalaman nyata yang tak terbantahkan. Selain itu, ditinjau dari sudut pandang medis atau tinjauan ilmu kedokteran dan fisiologi, suara lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan dengan tajwid yang benar dan disertai kekhusyukan niscaya akan berpengaruh besar kepada kesehatan dan kebugaran tubuh. Terutama pada sel-sel tubuh, jantung, otak, kulit dan pertumbuhan janin. Bahkan banyak orang yang menunjukkan kesaksiannya terhadap penyembuhan baik fisik maupun mental yang didapatkan dari Al-Qur’an.
Al-Qur’an juga menegaskan  bahwa setiap orang Islam dikehendaki memiliki kesadaran dan pengetahuan dalam menyikapi dan menerima sesuatu yang datang kepadanya, berupa penemuan, informasi, maupun pengetahuan. Ikut-ikutan adalah sikap mental yang tidak Qurani, yang harus dijauhi umat Islam. Apa saja yang akan dilakukan seorang Muslim harus berdasarkan pertimbangan akal budi dan hati nuraninya yang telah mendapat masukan dari apa yang dilihat dan didengar. Sikap kritis yang tidak menerima begitu saja informasi apa pun yang  datang kepadanya dan cerdas memutuskan apa yang akan dilakukannya adalah sikap yang saintifik. Maka dari itu, Islam memberi tempat tinggi kepada ilmu pengetahuan.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1987. Tafsir Al-Maraghi 26. Semarang: Toha Putra.
 Dhaim Al-Kaheel Abdul. 2012. Lantunan Qur’an untuk Penyembuhan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Mahran, Jamaluddin dan ‘Abdul ‘Aziz H. M.. 2015. Al-Qur’an Bertutur Tentang Makanan dan Obat-obatan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Majid Khon, Abdul. 2011. Praktikum Qira’at. Jakarta: Amzah.
Muhammad Elzaky, Jamal. 2011. Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta: Zaman.
S. Djamil, Agus. 2004. Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan. Bandung: PT Mizan Pustaka.
https://www.quranic-healing.com/2012/08/mukjizat-getaran-suara-tilawah-al-quran.html  Diakses pada tanggal 17 November 2015  pukul 20.02 WIB


(Oleh: Fatonah Gian Zahara, M. Rukhun Nur, dan Ida Puji Rusmiati)



[1] Agus S. Djamil, Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), hlm. 49-58.

[3] Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 55-60.
[4] Jamal Muhammad Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2011), hlm. 393-405.

[5] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 26, (Semarang: Toha Putra, 1987 ), hlm. 217-219.
[6] Abdul Dhaim Al-Kaheel, Lantunan Qur’an untuk Penyembuhan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2012), hlm. 49-61.
[7] Jamal Muhammad Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, … , hlm. 406-417.
[8] https://www.quranic-healing.com/2012/08/mukjizat-getaran-suara-tilawah-al-quran.html  Diakses pada tanggal 17 November 2015  pukul 20.02 WIB
[10] Agus S. Djamil, Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan, … , hlm. 45-49.
[11] Jamaluddin Mahran dan ‘Abdul ‘Aziz H. M., Al-Qur’an Bertutur Tentang Makanan dan Obat-obatan,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), hlm. 35-37.

Tidak ada komentar: