TADARUS AL-QUR’AN SEBAGAI PENYEMBUH
KESEHATAN MENTAL DAN FISIK
Oleh: Tomy Muhlisin Ahmad
A.
Pendahuluan
Al-Qur’an
merupakan petunjuk jalan kebenaran, tidak mengandung keraguan di dalamnya,
serta kemuliaan dan kesuciannya membawa berita gembira bagi yang membaca dan
meyakininya. Keagungan Al-Qur’an bukanlah perkara subjektivitas dari manusia
yang menilainya. Bagi manusia yang benar-benar pernah membacanya dengan teliti,
entah dia seorang Muslim ataupun bukan, akan mengakui kehebatannya. Keistimewaan
dan kesempunaan Al-Qur’an meliputi segala aspek kehidupan manusia secara
substansial, yang bukan saja membawa
kesejahteraan dan kebahagiaan pribadi seorang, namun juga bagi masyarakat di
mana dan kapan saja.
Salah
satu dari aspek yang dibahas yaitu Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Al-Qur’an mustahil berfungsi sebagai kitab teori Ilmu Pengetahuan yang selalu
berubah ketika teori baru dikemukakan. Karena banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang
menunjukkan kesesuaian dengan hasil observasi, teori, dan penemuan Ilmu
Pengetahuan modern yang merupakan kesempurnaan dari nikmat Allah kepada makhluk
manusia ciptaan-Nya. Ilmu Pengetahuan merupakan petunjuk atau keterbukaan hati
atas bimbingan Allah, dan Kitab Al-Qur’an merupakan suatu kesatuan media untuk
tunduk patuh kepada Allah, serta sudah menunjukkan kunci-kunci tentang
kebesaran dan keesaan-Nya dengan menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi
untuk manusia bahkan menyempurnakan kenikmatan-kenikmatan tersebut secara
total, lahir dan batin. Al-Qur’an merupakan tuntunan untuk menempuh hidup yang
akan membuat kita berhasil dan selamat di dunia dan akhirat apabila kita
jadikan acuan dalam menjalani hidup ini. Oleh sebab itu, kita dapat memahaminya
dengan tadarus, sebagai upaya untuk menangkap pesan dengan proses mengurai
simbol ciptaan manusia yang sudah disepakati bersama.[1]
B.
Pengertian
Tadarus Al-Qur’an
Tadarus berasal dari kata darosa-yadrusu, yang
artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji, dan mengambil pelajaran.
Lalu ditambah huruf ta' di depannya sehingga menjadi tadaarosa-yatadaarosu,
maka maknanya bertambah menjadi saling belajar atau mempelajari secara lebih
mendalam. Berarti tadarus Al-Qur’an yaitu mempelajari secara mendalam hal-hal
yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
Adapun dalil Tentang Membaca & Menghafal Al-Qur’an
“Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri”. (QS Al-Fathir: 29-30)
Disebutkan dalam shahih Bukhari dari
sahabat Utsman bin Affan R.A, Rasul SAW bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang
yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
Rasul SAW juga bersabda: “Bacalah
Al-Qur’an sesungguhnya dia akan datang di hari kiamat sebagai pemberi syafaat
bagi yang membacanya”. [HR Muslim].
Hifzhul Qur'an merupakan ciri orang
yang diberi ilmu
"Sebenarnya,
Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi
ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang
zalim." (QS
Al-Ankabuut 29:49).[2]
C.
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Membaca
Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang mempunyai berbagai keistimewaan
dan kelebihan dibandingkan dengan membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti
Al-Qur’an secara etimologis bacaan karena
Al-Qur’an diturunkan memang untuk dibaca. Banyak sekali keistimewaan bagi orang
yang ingin menyibukkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an. Banyak hadist yang
menyebutkan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut.
1. Menjadi Manusia yang Terbaik
Orang
yang membaca Al-Qur’an adalah manusia yang terbaik dan manusia yang paling utama.
Tidak ada manusia di atas bumi ini yang lebih baik daripada orang yang mau
belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Dengan demikian, profesi pengajar Al-Qur’an
adalah profesi yang terbaik di antara sekian banyak profesi.
2. Mendapatkan Kenikmatan Tersendiri
Membaca
Al-Qur’an adalah kenikmatan yang luar biasa. Seseorang yang sudah merasakan
kenikmatan membacanya, tidak akan bosan sepanjang malam dan siang. Bagaikan
nikmat harta kekayaan di tangan orang shaleh merupakan kenikmatan yang besar,
karena dibelanjakan ke Jalan yang benar dan tercapai apa yang diinginkan.
3. Derajat yang Tinggi
Seorang
mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah mukmin sejati yang
harum lahir batin, harum aromanya dan enak rasanya, bagaikan jeruk dan
sesamanya. Maksudnya, orang tersebut mendapat derajat yang tinggi, baik disisi
Allah maupun di sisi manusia.
4. Bersama Para Malaikat
Orang
yang membaca Al-Qur’an dengan fashih
dan mengamalkannya, akan bersama dengan malaikat yang mulia derajatnya. Orang
yang membaca Al-Qur’an dengan tajwid sederajat dengan para malaikat. Artinya,
derajat orang tersebut sangat dekat kepada Allah seperti malaikat. Jika
seseorang dekat dengan Tuhan, tentu segala doa dan hajatnya dikabulkan oleh
Allah.
5. Syafa’at Al-Qur’an
Al-Qur’an
memberi syafa’at bagi seseorang yang membacanya dengan benar dan baik, serta
memperhatikan adab-adabnya. Diantaranya merenungkan maknanya dan mengamalkan.
Maksud memberi syafa’at adalah memohonkan pengampunan bagi pembacanya dari
segala dosa yang ia lakukan. Maka orang yang ahli membaca Al-Quran jiwanya
bersih, dekat dengan Tuhan.
6. Kebaikan Membaca Al-Qur’an
Seseorang
yang membaca Al-Qur’an mendapat pahala yang berlipat ganda, satu huruf diberi
pahala sepuluh kebaikan. Tidak ada sistem perekonomian di dunia ini yang
semurah Tuhan. Jika seseorang khatam Al-Qur’an yang sejumlah hurufnya 1.025.000
kebaikan.
7. Keberkahan Al-Qur’an
Orang
yang membaca Al-Qur’an, baik dengan hafalan maupun dengan melihat mushaf akan
membawa kebaikan atau keberkahan dalam hidupnya bagaikan sebuah rumah yang dihuni
oleh pemiliknya dan tersedia segala perabotan yang diperlukan. Sebaliknya,
orang yang tidak terdapat Al-Qur’an dalam hatinya bagaikan rumah yang kosong
tidak berpenghuni dan perabotan. Maka rumah akan menjadi kosong, kotor dan
berdebu, bahkan di huni setan atau makhluk halus yang akan menyesatkan manusia.
Demikianlah hati orang yang tidak membaca Al-Qur’an, akan terjadi kekosongan
jiwa tidak ada dzikir kepada Allah dan kotor berdebu hatinya, akan membuat
orang sesat dari jalan yang lurus.[3]
D.
Al-Qur’an sebagai Penyembuh Kesehatan Mental
Al-Qur’an
adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada penutup para Nabi dan para
Rasul, Muhammad SAW, dihimpun dalam bentuk mushaf, diriwayatkan secara
mutawatir dari generasi ke generasi, membacanya termasuk ibadah serta mukjizat
terbesar Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an mulia yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. Bukanlah semata-mata kitab agama atau fikih,
melainkan sebuah kitab yang komprehensif, yang menghimpun semua bidang ilmu
pengetahuan, semua aspek kehidupan, dan segala bentuk kebijaksanaan, sekaligus
keagungan dan kemuliaan akhlak, serta keindahan dan kemegahan karya sastra. Di
antara bidang ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah kedokteran
atau ilmu pengobatan, Al-Qur’an sejatinya merupakan obat yang menyembuhkan dan
menyehatkan manusia. Al-Qur’an juga merupakan petunjuk dan rahmat bagi seluruh
manusia. Sebagaimana firman Allah SWT QS. Yunus ayat 57:
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS.
Yunus: 57)
Al-Qur’an
memang merupakan penyembuh dan rahmat bagi orang yang hatinya dipenuhi
keimanan, senantiasa membuka hatinya sehingga nilai-nilai Al-Qur’an bersinar
disana. Al-Qur’an benar-benar dapat menyembuhkan aneka macam penyakit yang
sering kali bersarang di dalam hati manusia berupa penyakit syahwat, keraguan,
kegelisahan, keresahan, juga amarah dan kebencian. Semua itu karena nilai-nilai
Al-Qur’an itu akan melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan rasa aman dalam
hatinya. Akhirnya akan merasakan kenikmatan yang tidak pernah dan tidak akan bisa
dirasakan oleh orang-orang yang lalai dari mengingat Allah.
Ketika
tadarus Al-Qur’an hal tersebut akan terjadi, maka seseorang itu akan
mengutamakan makna yang dikehendaki Allah dibanding makna yang ditunjukkan dan
dikehendaki manusia. Dengan begitu, setiap saat berusaha meraih ridha Allah dan
berjuang agar menjadi hamba yang diridhai oleh Allah, keridhaannya lebih dicintai
dibanding kehendak syahwat dan hawa nafsu. Al-Qur’an juga mengandung dalil dan
bukti yang menunjukkan kekuasaan dan keagungan serta menghilangkan keraguan
dalam dada setiap orang yang berusaha memahaminya sehingga secara bertahap
keraguan dalam hati mereka digantikan oleh keyakinan. Jika hati telah selamat
dan bebas dari penyakit, niscaya seluruh tubuh pun akan menjadi sehat dan
selamat. Begitu pula sebaliknya, jika hati rusak atau digerogoti penyakit maka
rusak pula seluruh tubuh.
Ketika
seorang hamba telah memahami dan meyakini Al-Qur’an, niscaya ia akan
mendapatkan dua macam penyembuhan sekaligus, yaitu penyembuhan maknawi berupa
bertambahnya pemahaman dan pengetahuan serta penyembuhan lahiriah dari segala
penyakit yang merusak tubuh. Metode penyembuhan dengan Al-Qur’an meliputi dua
cara, yaitu: pembacaan dan pengalaman ajaran-ajaran Al-Qur’an.. Keutamaan yang
didapatkannya akan semakin besar jika ia membaca dan merenungkan ayat-ayat
Al-Qur’an di kesunyian malam.[4]
Adapun
dengan tadarus Al-Qur’an sebagai penyembuh kesehatan mental terdapat pada QS. Al-Hujurat ayat 9-10,
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang
beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang
satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia
telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu
Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. Orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.
Dijelaskan setelah ayat yang lalu
bahwa Allah SWT memperingatkan kepada orang-orang mukmin supaya waspada dalam
menerima berita yang disampaikan oleh orang fasik. Maka dalam ayat ini Allah
menerangkan tentang apa yang bisa saja terjadi akibat berita seperti itu
seperti, pertengkaran antara dua kelompok yang kadang-kadang akhirnya
menyebabkan peperangan. Oleh sebab itu, Allah SWT menyuruh orang-orang mukmin
supaya menghilangkan pengaruh dari perkataan orang fasik itu dan agar mereka
memperbaiki hubungan antara dua kelompok tersebut.
Jika salah satu diantara keduanya
berlaku aniaya terhadap yang lain, maka perangilah kelompok yang Aniaya
tersebut, sehingga mereka mau kembali berdamai, dengan cara mencegahnya dari
kedzaliman secara langsung, kalau hal itu mungkin dilakukan, atau dengan
mengajak pemerintah untuk memenuhi mereka. Namun, bila yang berlaku aniaya itu
pemerintah sendiri, maka wajiblah orang-orang Islam untuk mencegahnya dengan
cara memberi nasehat atau lebih dari itu, dengan syarat jangan sampai hal itu
menimbulkan huru hara yang lebih parah lagi.[5]
Berdasarkan ayat tersebut dapat
dijelaskan pula bahwasanya dengan tadarus Al-Qur’an kita akan mendapatkan
penyembuh kesehatan mental yaitu berupa selalu menjaga, memelihara, serta
membimbing diri menuju perdamaian sebagaimana yang wajib dilakukan antara dua
kelompok, wajib pula bagi persaudaraan yang telah disebut. Ada juga perintah
supaya merendahkan diri dihadapan Allah, hal tersebut bertujuan agar mendapat
rahmat Allah SWT. Salah satu caranya yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
E.
Energi Penyembuhan dengan Al-Qur’an
1.
Keserasian
yang Sempurna pada Kata dan Huruf Al-Qur’an
Al-Qur’an mengandung keserasian yang
sangat teliti, yang tidak ditemukan dalam kitab atau buku apapun yang pernah
dimiliki manusia. Setelah melewati kajian berkali-kali dalam waktu panjang,
saya meyakini bahwa kata dan huruf-huruf Al-Quran ini telah ditata oleh Allah
dengan sempurna. Seseorang yang hendak melakukan ruqyah syar’iyyah maka dia
akan membaca surat al-fatihah sebanyak 7 kali. Hal ini dilakukan orang-orang
yang akan melakukan terapi lantunan Al-Quran.
2.
Keseimbangan
dan Keserasian Irama dalam Ayat-ayat Al-Qur’an
Saat
mendengarkan Kalam Allah Swt, anda merasakan bahwa Kalam ini tidak seperti
syair, tidak pula prosa, dan tidak serupa dengan jenis-jenis kalam manusia.
Anda akan merasakan ada irama khas yang tidak bisa temukan dalam kalimat lain,
apapun itu. Irama ayat-ayat Al-Qur’an
ini sesuai dengan irama otak manusia karena Allah Swt telah memberikan getaran
(gelombang) natural yang khas bagi segala sesuatu di ala mini. Ketika
menciptakan manusia, pada otak setiap individu, Allah ciptakan suatu irama dan
getaran natural yang sejalan dengan irama Al-Qur’an.
Beberapa studi menunjukkan bahwa suara yang
memiliki irama serasi memiliki efek besar bagi vitalitas dan stabilitas otak.
Suara dan irama yang serasi juga berpengaruh terhadap skala detak jantung serta
menjadikan otak lebih energik dan segar sehingga lebih mampu mengarahkan sistem
kekebalan tubuh melawan berbagai penyakit. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an juga
memperbaiki sistem kekebalan sel karena berpengaruh dari getaran suara yang
sehat dan serasi sehingga sel mampu bekerja secara optimal.
3. Setiap Ayat Sarat dengan Makna
Allah
telah menurunkan Al-Qur’an yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Allah
sudah meletakkan energi penyembuh yang luar biasa di setiap ayat dalam
kitab-Nya. Dan energi tersebut dapat berpengaruh terhadap segala sesuatu.
Sebagai contoh yaitu pada kata “hadza
Al-Qur’an” maka kita mengerti bahwa jika Al-Qur’an yang ada di tangan kita
ini, dengan segala huruf, kata, ayat dan suratnya. Apabila diturunkan kepada
gunung, niscaya ia akan bergetar, berguncang dan hancur karena beratnya Kalam
Allah Swt. Oleh karena itu, bisa kita katakan bahwa Kalam Allah Swt sangat
berpengaruh terhadap segala macam penyakit.
4. Pengalaman Nyata yang Tak Terbantahkan
Sejak
14 abad yang lalu hingga saat ini, jutaan manusia telah disembuhkan Al-Qur’an.
Ini adalah bukti terbesar yang menunjukkan kekuatan (pengaruh) Kalam Allah Swt
ini dalam menyembuhkan penyakit. Saat Kalam Allah dibacakan terhadap pasien
itu, ia akan melihat bahwa tubuh mereka segera memberi respon terhadap
pengobatan baru ini. Bagaimana tidak, sementara dia berhadapan dengan
penyembuhan yang mutlak. Keyakinan yang dipegang oleh orang yang beriman akan
banyak menambah kemungkinan untuk sembuh.[6]
F.
Pengaruh Lantunan Ayat-ayat Al-Qur’an
Beberapa bulan yang lalu, para ilmuan di
University of Rochester mengakui bahwa pengobatan kimiawi untuk penyakit kanker
lebih besar bahayanya daripada manfaatnya. Para peneliti di Universitas
tersebut menemukan bahwa obat kimia itu membawa bahaya bagi otak dalam jangka
panjang. Mereka mengatakan bahwa inilah kali pertama para ilmuan mulai memahami
bahaya tersebut, sekaligus mencari solusi yang tepat dan aman. Doctor. Mark
Noble, ketua tim dokter (peneliti), mengatakan bahwa obat kanker kimia itu
membunuh sekitar 70-100% sel sehat, angka ini tentu jauh lebih banyak daripada
apa yang dilakukannya terhadap sel kanker itu sendiri (sekitar 40-80%). Dari
sinilah terlihat kebutuhan untuk mencari sarana (alat) pengobatan lain yang
lebih aman dan lebih bermanfaat. Penyembuhan dengan suara adalah alternative
yang paling ideal.
Mayoritas peneliti Barat meyakini adanya
pengaruh luar biasa pada suara. Tapi mereka belum menemukan getaran suara yang
tepat yang bisa menyembuhkan penyakit. Tetapi kita umat pewaris kitab suci
teragung, memiliki rahasia yang menyembuhkan yaitu Al-Qur’an Al-Karim, Kalam
Allah Swt. Bacaan Al-Qur’an merupakan sejumlah getaran suara yang sampai kepada
telinga, mengalir ke dalam otak lalu membawa efek kepadanya melalui medan
elektronik yang dilahirkan dalam sel-sel. Kemudian sel-sel akan merespon
medan-medan tersebut dan mengimbangi getarannya. Perubahan getaran inilah yang
kita temukan dan kita pahami setelah melalui pengalaman panjang dan
berulang-ulang.
Ditinjau dari sudut pandang medis atau
tinjauan ilmu kedokteran dan fisiologi, suara lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang
dibacakan dengan tajwid yang benar dan disertai kekhusyukan niscaya akan
berpengaruh besar kepada kesehatan dan kebugaran tubuh. Pengaruh suara lantunan
ayat-ayat Al-Qur’an itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh
Lantunan Ayat Al-Qur’an terhadap Sel-Sel Tubuh
Salah
satu rahasia yang menyebabkan otak kita dapat bekerja, berfikir, dan mengingat adalah program yang sangat rumit dan halus
yang terus bekerja di dalam sel otak. Jika ada kerusakan atau penyimpangan
sedikit saja dalam program tersebut, niscaya pengaruhnya akan dirasakan oleh
sebagian bahkan oleh seluruh tubuh yang pada gilirannya tidak akan menyebabkan
ketidakseimbangan. Para ilmuwan telah menemukan bahwa sel-sel tubuh dipengaruhi
oleh berbagai hal, termasuk oleh gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang
suara, dan lain-lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa sel yang terdapat pada seluruh
bagian tubuh manusia bergetar dengan getaran yang terbatas. Secara umum,
pergerakan atau getaran sel-sel itu mengikuti bentuk tertentu yang dipengaruhi
oleh suara-suara yang ada disekitarnya.
Dari perspektif ini dapat dikatakan
bahwa penyakit apapun yang menyerang salah satu bagian tubuh niscaya akan
mempengaruhi bagian-bagian tubuh lainnya. Akibatnya, fungsi dan metabolisme
bagian-bagian tubuh yang lain akan terganggu dan rusak. Seperti itulah,
gelombang suara bekerja mempengaruhi sel-sel tubuh. Ketika tubuh dihadapkan
pada suara tertentu, suaru itu akan mempengaruhi keseimbangan gelombang di
dalam tubuh dan mempengaruhi dengan cara tertentu bagian tubuh yang sedang
mendapat gangguan sehingga bagian tubuh itu akan merespons suara tersebut
dengan getaran-getaran tertentu yang sinyalnya akan dikirimkan ke pusat sistem
syaraf yang mengatur seluruh fungsi tubuh. Dengan kata lain, suara yang
diperdengarkan pada sel-sel tubuh akan memicu sel-sel untuk merespons dan
memperbaiki kerusakan sistemnya sehingga bisa kembali pada kondisi semula.
Menurut
Fabien Maman bahwa sebagian proses interaksi antara suara dari luar dan getaran
suara sel-sel tubuh ternyata dapat memecah dan menghancurkan sel-sel kanker. Bentuk
dan lingkaran medan elektromagnetik pada sebuah sel berubah ketika sel itu
dihadapkan pada gelombang suara yang berjalan bolak-balik. Medan
elektromagnetik itu berbeda-beda sesuai dengan jenis suara yang diperdengarkan
kepadanya. Seperti sel kanker yang hancur lebur ketika dihadapkan pada
gelombang suara Al-Qur’an. Gambaran sel tersebut bahkan pernah diambil dari
kamera Kirlian (fotografi atau kamera aura). Dengan demikian, suara memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam penyembuhan.
Ilmuwan
lain, Masaru Emoto menetapkan bahwa medan elektromagnetis pada bagian-bagian
air sangat dipengaruhi oleh suara. Ia juga menemukan bahwa suara Al-Qur’an
dapat mengubah partikel-partikel air sehingga menjadi lebih baik, teratur dan
tersusun rapi. Jika kesimpulan Emoto itu kita hubungkan dengan fakta bahwa 70%
bagian tubuh kita merupakan unsur-unsur air maka tentu saja suara yang kita
dengar atau suara yang bergerak disekitar tubuh kita akan berpengaruh besar
terhadap pengaturan dan penataan kembali partikel-partikel air di dalam sel-sel
tubuh. Pada gilirannya, perubahan dan getaran-getaran sel tubuh itu akan
mempengaruhi kesembuhan bahkan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
2. Pengaruh
Lantunan Al-Qur’an terhadap Jantung
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28:
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d: 28)
Hingga
beberapa dasawarsa ini ke belakang, kita masih belum bisa memahami secara
ilmiah mengapa zikir dan mengingat Allah dapat menciptakan ketenangan dan
keteduhan jiwa atau hati. Pada akhirnya, sesuai perekembangan ilmu pengetahuan
manusia, para ilmuawan mulai melihat adanya hubungan tak terpisahkan antara
suara dan kecerdasan serta kesehatan manusia. Hanya saja, mereka belum bisa
sampai pada kesimpulan yang terperinci
dan benar-benar jelas. Tetapi mereka bersama para dokter di Polandia
pernah melakukan penelitian dan menemukan
bahwa serangan jantung yang dialami para pasien telah merusak dan
menurunkan kekuatan pikiran dan daya ingat mereka. Namun mereka ditempatkan
atau berada dalam lingkungan yang kondusif dan menyenangkan, termasuk
diperdengarkan suara-suara yang enak, daya ingat dan kekuatan pikiran mereka
meningkat secara signifikan. Seperti itulah musik mempengaruhi penyembuhan
penyakit jantung. Jika musik memiliki pengaruh seperti itu maka Al-Qur’an tentu
yang merupakan firman Allah SWT memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dan
hebat. Serta memiliki daya penyembuhan yang jauh lebih dahsyat pula.
3.
Pengaruh Suara Al-Qur’an terhadap Kulit
Allah SWT
berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat 23:
Allah telah menurunkan Perkataan yang
paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah
petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin
pun.
(QS. Az-Zumar: 23)
Ayat
tersebut dengan jelas menyebutkan pengaruh Al-Qur’an terhadap kulit dan
ternyata para ilmuwan modern juga menemukan bahwa gelombang suara dapat
mempengaruhi sel-sel kulit. Mungkin menjadi salah satu temuan penting di zaman
modern bahwa ternyata kulit memiliki kemampuan yang menakjubkan untuk menyimpan
pengetahuan dan mengingatnya. Sebagaimana kita ketahui, sentuhan atau rabaan
merupakan salah satu indra yang sangat penting yang dimiliki manusia. Melalui
sentuhan kita bisa mempersepsi realitas yang ada disekeliling kita. Proses
sentuhan dilakukan melalui ujung-ujung saraf yang terdapat pada kulit yang
kemudian mengirimkan sinyal ke otak melalui jaringan urat saraf. Jaringan saraf
berujung pada atau di antara sel-sel epidermis, lapisan luar kulit. Melalui
jaringan saraf pada kulit itulah kita bisa mempersepsi dan mengenali, untuk
kemudian mengingat segala yang kita sentuh dan kita raba.
4.
Pengaruh Suara Al-Qur’an terhadap Pertumbuhan Janin
Berbagai
penelitian dalam bidang embriologi dan ilmu kebidanan menunjukkan bahwa
pertumbuhan janin di dalam kandungan dipengaruhi situasi dan kondisi ibunya
serta lingkungan di sekitarnya. Tetapi ada penelitian terbaru mengungkap bahwa
faktor genetika bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi sikap, sifat, dan
keistimewaan yang akan dimiliki oleh janin yang sedang dikandung. Salah satu
faktor pembentuk yang sangat penting adalah lingkungan tempat tumbuh janin itu,
termasuk kondisi tubuh ibunya, kondisi jiwanya, sifat, sikap, serta perilaku si
ibu selama mengandung janin itu. Juga keseimbangan makanan yang dikonsumsi oleh
ibu harus diperhatikan.
Dengan
demikian, kondisi kejiwaan ibu mempengaruhi pertumbuhan fisikal dan mental
janin yang dikandungnya. Ketenangan dan kenyamanan yang dirasakan si ibu ketika
membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an juga akan dirasakan oleh janin yang
dikandungnya, sehingga misalnya si janin tidak banyak bergerak-gerak di dalam
rahim dan cenderung lebih tenang. Lebih jauh, kelak setelah dilahirkan jiwa dan
hidupnya akan senantiasa dipengaruhi oleh Al-Qur’an. Seperti, ia akan lebih
cepat mengenal ungkapan atau kalimat-kalimat Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an,
menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, serta berusaha mempelajarinya kelak ketika ia
tumbuh lebih besar.
Penelitian
lain menunjukkan bahwa seorang bayi yang ketika di dalam Rahim sering
diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an di antara suara-suara lainnya, ia akan
merasa tertarik setiap kali mendengar bacaan Al-Qur’an meskipun ia masih bayi
dan menyusu. Jadi begitulah memperbanyak bacaan Al-Qur’an dan mendengarkan
bacaan Al-Qur’an selama masa kehamilan akan meningkatkan ikatan antara si anak
dari sisi mental dan emosional dengan Al-Qur’an, sehingga kelak ia akan
berusaha mempelajari, meghafal, dan mencintainya.[7]
G.
Al-Qur’an sebagai Penyembuh Kesehatan Fisik
Testimoni
Abdeldaem Al-Kaheel mengatakan bahwa
“ketika saya bersama Al-Qur’an sehari semalam 24 jam. Bahkan saat tidur, saya tinggalkan radio yang berbunyi
bacaan Al-Qur’an untuk saya dengarkan sampai tertidur. Tetapi ketika itu, saya
belum mengetahui bila ada metode belajar dan menghafal saat tidur. Setelah
beberapa bulan, saya rasakan ada perubahan besar pada tubuh. Terasa seperti
seluruh organ tubuh bergetar mengikuti suara Al-Qur’an yang saya dengarkan.
Kemudian saya mempelajari Al-Quran dengan cara mendengarkannya juga. Saya
katakan pula pada teman bahwa
mendengarkan Al-Qur’an seperti menyeting ulang program sel otak secara
keseluruhan. Ini saya alami sejak dua
puluh tahun yang lalu. Tapi saya terkejut ketika beberapa hari yang lalu saya
mendapatkan pernyataan para ilmuan yang menyatakan bahwa pengobatan terhadap
penyakit yang sulit disembuhkan adalah dengan cara memprogram kembali sel otak
yang bersangkutan. Mereka menggunakan akustik getaran semacam suara musik.
Sejumlah kalangan medis yang
menggunakan metode penyembuhan dengan suara
yang menyimpulkan beberapa hal penting. Misalnya seorang perempuan AS
yang bernama Anne Williams yang menempuh pengobatan dengan suara musik. Tapi
hasil yang dipeoleh masih sangat terbatas sampai saat ini, karena alunan musik
yang dijadikan metode ini tidak mampu memberi pengaruh yang diinginkan sel
otak. Meskipun metode penyembuhan seperti ini disebutkan telah berhasil secara
mengagumkan dalam mengobati penyakit kanker usus, tumor otak ganas dan beberapa
penyakit lainnya. Penelitian juga menyebutkan bahwa semua orang yang
mendengarkan suara musik yang mereka buat, mampu menciptakan kemampuan berfikir
yang lebih inovatif.
Saya ingin menyampaikan kepada anda,
bahwa berbagai perubahan yang saya alami disebabkan mendengarkan bacaan Al-Quran
dalam waktu yang lama dan sering, saya menjadi lebih kuat dan segar ketimbang
sebelum saya melakukan hal itu. Saya merasa bahwa imunitas tubuh saya meningkat
dengan baik. Berkomunikasi saya dengan orang lain juga lebih baik. Al-Quran
juga telah memicu unsur kreatifitas dalam pikiran saya. Dan apa yang saya
rasakan itu tidak lain adalah sebagai buah dari membaca Al-Quran.
Dengan itu, solusi paling baik untuk
seluruh penyakit adalah Al-Quran. Pernyataan ini merupakan hasil dari
pengalaman panjang yang saya alami. Disini saya bersaksi, bahwa banyak penyakit yang saya
alami sembuh melalui pengobatan Al-Quran, setelah tim medis tidak mampu
mengobatinya. Karena sesuatu yang terpengaruh dengan tilawah Al-Quran dan
mendengarkan ayat-ayat Al-Quran, getaran neuronnya akan stabil kembali. Bahkan
menambahkan kemampuannya untuk melakukan prinsipilnya secara sangat baik”. [8]
Selain itu, Ibu Eni dari Jakarta
sudah satu tahun menderita kanker payudara stadium III, sudah berobat ke mana-mana
belum juga sembuh. Beliau kemudian berobat ke Jogja dengan cara menjalani
terapi selama 3 hari. Salah satu resep penyembuhan dengan al-Qur'an. Beliau berkata “tahap pertama saya disuruh membaca:
Qs. al-Isroh ayat 1-98/Qs. al-Kahfi (18) ayat 1-74 dibaca seminggu sekali
sebanyak 4x. Setelah selesai membaca bacaan di atas, saya membaca bacaan : Qs.
al-Ma'un (67) ayat 1-7/Qs. al-Hasyr (59) ayat 1-21/Qs. al-Qomar (55) ayat
1-55/Qs. al-Hasyr (59) ayat 22-24/Qs. al-Hujurat (49) ayat 1-18/Qs. al-Fatihah
(1) ayat 17 dibaca seminggu sekali sebanyak 4 kali. Alhamdulillah baru satu
bulan seluruh penyakit lenyap dan saya terbebas dari kanker payudara. Sungguh
luar biasa, al-Qur'an itu”.[9]
H.
Keterpaduan Islam Dengan IPTEK Terkait Tadarus
Al-Qur’an
1. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
berdasarkan Al-Qur’an
Islam
sebagai agama terakhir di antara agama-agama samawi (Yahudi-Nasrani-Islam)
sering digambarkan secara keliru oleh orang-orang Barat sebagai agama yang
kolot, penuh kekerasan, tanpa kasih sayang, dan tidak berdasarkan akal sehat. Padahal peradaban yang dibangun umat Islam
dengan berdasarkan Kitab Suci Al-Qur’an merupakan peradaban yang mencerahkan.
Bagi para pemikir, ilmuwan modern dan orang-orang besar dari kalangan mana pun
yang meneliti Islam dengan seksama mengakui bahwa Islam tidaklah disebarkan
melalui pemaksaan, kekerasan, ataupun pedang seperti yang dituduhkan. Seperti
Napoleon Bonaparte yang sangat dikagumi dunia, pernah mengungkapkan harapannya
yang hendak menyatukan orang-orang terpelajar dan cendekia bijak dari seluruh
negeri untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip berdasarkan Al-Qur’an sehingga
membawa kebahagiaan bagi manusia.
Al-Qur’an
secara gamblang memang memberikan ruang yang luas dan dorongan bagi pemeluk
agama Islam untuk menggunakan akal sehat dan hati nuraninya dalam menerima
kebenaran yang dijelaskannya. Dengan atau tanpa pengakuan dari orang-orang
kafir sekalipun, Al-Qur’an tetap sebagai kitab suci yang amat logis dalam
memberikan petunjuk ke arah kejayaan umat Islam yang mengimaninya. Dalam banyak
ayat, Al-Qur’an menggalakkan umat Islam untuk memikirkan dan merenungkan
tanda-tanda yang ditebarkan oleh Allah SWT agar manusia dapat benar-benar yakin
dalam menerima kebenaran. Baru setelah keyakinan itu melekat dalam kalbunya,
kepatuhan total atau penyerahan diri akan bermakna. Syariat Islam yang
seolah-olah penuh dengan formalitas yang amat membatasi akan mudah dipahami dan
dipatuhi. Al-Qur’an pun menegaskan bagaimana Allah meninggikan derajat orang
yang berilmu disbandingkan dengan orang yang tidak berpengetahuan. Sebagaimana
firman Allah dalm QS. A-Mujadilah ayat 11
Hai orang-orang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS.
Al-Mujadilah: 11)
Al-Qur’an
juga menegaskan bahwa setiap individu
Muslim dikehendaki memiliki kesadaran dan pengetahuan dalam menyikapi dan
menerima sesuatu yang datang kepadanya, berupa penemuan, informasi, maupun
pengetahuan. Ikut-ikutan adalah sikap mental yang tidak Qurani, yang harus
dijauhi umat Islam. Apa saja yang akan dilakukan seorang Muslim harus
berdasarkan pertimbangan akal budi dan hati nuraninya yang telah mendapat
masukan dari apa yang dilihat dan didengar. Sikap kritis yang tidak menerima
begitu saja informasi apa pun yang datang
kepadanya dan cerdas memutuskan apa yang akan dilakukannya adalah sikap yang
saintifik. Islam begitu menghargai sikap saintifik ini seperti ditegaskan dalam
QS. Al-Isra’ ayat 36
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Maka
tidaklah mengejutkan apabila Dr. Maurice Bucaille mengambil kesimpulan bahwa: “it comes as no surprise to learn that
religion and science have always been considered to be twin sisters by Islam”.
Apabila beliau menyadari bahwa Islam memberi tempat tinggi kepada ilmu
pengetahuan, dan hal ini sebenarnya lumrah saja bagi umat Muslim.[10]
2. Hubungan antara Al-Qur’an, Ilmu
Pengetahuan serta Agama
Di
dalam agama Islam segala aspek kehidupan dibahas, dengan Al-Qur’an sebagai
kitab yang menjadi sumbernya. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang jelas
bagi kaum yang mau menggunakan akalnya. Al-Quran tidak meninggalkan yang kecil
ataupun yang besar kecuali mencatatnya, bahkan memperhatikan segala hal pada
wilayah kerajaannya baik secara zhahir maupun batin, memaparkan dalil
tentangnnya. Tiada satu pun perkara baru yang diperbuat manusia, demikian pula
ilmu pengetahuan manusia kecuali pasti ada dalilnya. Manusia akan memperoleh
kejelasan tentang hal-hal itu dengan kemajuan ilmu pengetahuannya, ijtihadnya,
dan pertambahan pengetahuan serta ilmunya terhadap alam semesta, menurut
kemampuan masing-masing dan sesuai zamannya sendiri-sendiri. Namun betapun
kemampuan bertambah dan ilmu berkembang cepat, dia tetap saja tidak dapat
menggapai kesempurnaan yang dimiliki oleh Allah SWT, sungguh Maha Besar Allah.
Sekarang
kita melihat manusia sebagaimana yang dijelaskan oleh QS. Ar-Rahman ayat 33
bahwa terbang menembus antariksa, menjelajahnya dan berjalan berdasar
pengetahuannya tentang ruang angkasa itu. Sesungguhnya batas meluas atau
menyempit, bertambah atau berkurang itu hanyalah batas penjuru langit dan bumi,
tidak mungkin manusia dapat menghitungnya, kecuali dengan izin Allah. Alam
semesta ini sangatlah luas, tiada yang mengetahui akhir kesudahannya kecuali
Allah semata. Setiap ilmu kita bertambah maka seolah akhir kesudahannya semakin
jauh dari kita.[11]
I.
Kesimpulan
Tadarus
Al-Qur’an yaitu mempelajari secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan
Al-Qur’an. Adapun tentang keutamaan membaca Al-Qur’an,
diantaranya: menjadi manusia yang terbaik, mendapatkan kenikmatan tersendiri,
derajat yang tinggi, bersama para malaikat, syafa’at Al-Qur’an, kebaikan
membaca Al-Qur’an dan keberkahan Al-Qur’an.
Al-Qur’an bukan hanya kitab agama, melainkan sebuah kitab yang
komprehensif, yang menghimpun semua bidang ilmu pengetahuan, semua aspek
kehidupan, dan segala bentuk kebijaksanaan, sekaligus keagungan dan kemuliaan
akhlak, serta keindahan dan kemegahan karya sastra. Di antara bidang ilmu
pengetahuan yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah kedokteran atau ilmu
pengobatan, Al-Qur’an sejatinya merupakan obat yang menyembuhkan dan
menyehatkan manusia. Energi penyembuhan dengan Al-Qur’an baik secara mental
maupun fisik dapat ditunjukkan karena adanya beberapa hal yang terdapat di
dalamnya, antara lain: keserasian yang sempurna pada kata dan huruf Al-Qur’an,
keseimbangan dan keserasian irama dalam ayat-ayat Al-Qur’an, setiap ayat sarat
dengan makna, dan pengalaman nyata yang tak terbantahkan. Selain itu, ditinjau
dari sudut pandang medis atau tinjauan ilmu kedokteran dan fisiologi, suara
lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan dengan tajwid yang benar dan
disertai kekhusyukan niscaya akan berpengaruh besar kepada kesehatan dan
kebugaran tubuh. Terutama pada sel-sel tubuh, jantung, otak, kulit dan
pertumbuhan janin. Bahkan banyak orang yang menunjukkan kesaksiannya terhadap
penyembuhan baik fisik maupun mental yang didapatkan dari Al-Qur’an.
Al-Qur’an juga menegaskan bahwa setiap orang Islam dikehendaki memiliki
kesadaran dan pengetahuan dalam menyikapi dan menerima sesuatu yang datang
kepadanya, berupa penemuan, informasi, maupun pengetahuan. Ikut-ikutan adalah
sikap mental yang tidak Qurani, yang harus dijauhi umat Islam. Apa saja yang
akan dilakukan seorang Muslim harus berdasarkan pertimbangan akal budi dan hati
nuraninya yang telah mendapat masukan dari apa yang dilihat dan didengar. Sikap
kritis yang tidak menerima begitu saja informasi apa pun yang datang kepadanya dan cerdas memutuskan apa
yang akan dilakukannya adalah sikap yang saintifik. Maka dari itu, Islam
memberi tempat tinggi kepada ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,
Ahmad Musthafa. 1987. Tafsir Al-Maraghi
26. Semarang: Toha Putra.
Dhaim Al-Kaheel Abdul.
2012. Lantunan Qur’an untuk Penyembuhan. Yogyakarta:
Pustaka Pesantren.
Mahran, Jamaluddin dan ‘Abdul ‘Aziz
H. M.. 2015. Al-Qur’an Bertutur Tentang
Makanan dan Obat-obatan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Majid
Khon, Abdul. 2011. Praktikum Qira’at. Jakarta:
Amzah.
Muhammad Elzaky, Jamal. 2011. Buku
Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta: Zaman.
S. Djamil, Agus. 2004. Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan. Bandung:
PT Mizan Pustaka.
http://dakwahsyariah.blogspot.com/2014/01/dalil-membaca-dan-menghafal-al-quran.html#ixzz3mpx7jzxe
diakses tanggal 28 September 2015 Pukul 18.15 WIB.
https://www.quranic-healing.com/2012/08/mukjizat-getaran-suara-tilawah-al-quran.html Diakses
pada tanggal 17 November 2015 pukul
20.02 WIB
http://keajaibanbioenergi.blogspot.co.id/2011/10/ibu-eni-pengidap-kanker-payudara.html
Diakses pada tanggal 17 November 2015
pukul 20.12 WIB
(Oleh: Fatonah Gian Zahara, M.
Rukhun Nur, dan Ida Puji Rusmiati)
[1] Agus
S. Djamil, Al-Qur’an Menyelami Rahasia
Lautan, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), hlm. 49-58.
[2] http://dakwahsyariah.blogspot.com/2014/01/dalil-membaca-dan-menghafal-al-quran.html#ixzz3mpx7jzxe diakses tanggal 28
September 2015 Pukul 18.15 WIB.
[3] Abdul
Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Jakarta:
Amzah, 2011), hlm. 55-60.
[4] Jamal
Muhammad Elzaky, Buku
Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2011), hlm. 393-405.
[5] Ahmad Musthafa
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 26,
(Semarang: Toha Putra, 1987 ), hlm. 217-219.
[6] Abdul
Dhaim Al-Kaheel, Lantunan Qur’an untuk
Penyembuhan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2012), hlm. 49-61.
[7] Jamal
Muhammad Elzaky, Buku
Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, … , hlm. 406-417.
[8] https://www.quranic-healing.com/2012/08/mukjizat-getaran-suara-tilawah-al-quran.html
Diakses
pada tanggal 17 November 2015 pukul 20.02
WIB
[9]http://keajaibanbioenergi.blogspot.co.id/2011/10/ibu-eni-pengidap-kanker-payudara.html Diakses pada tanggal 17 November 2015 pukul 20.12 WIB
[10] Agus
S. Djamil, Al-Qur’an Menyelami Rahasia
Lautan, … , hlm. 45-49.
[11] Jamaluddin Mahran dan
‘Abdul ‘Aziz H. M., Al-Qur’an Bertutur
Tentang Makanan dan Obat-obatan,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), hlm.
35-37.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar