Ayo Sinau...!!!

Selasa, 24 Mei 2016

Makalah Tafsir Tarbawy: Tujuan Pendidikan

TUJUAN PENDIDIKAN

Oleh: Tomy Muhlisin Ahmad


               
        I.            PEMBAHASAN
A.    Teks Ayat dan Terjemahannya
1.      Q.S Al Baqarah ayat 30-32
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ -٣٠- وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ -٣١- قَالُواْ سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ -٣٢-
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat, sesungguhanya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “ Mereka berkata, “Mengapa hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan menbuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Rabb berfirman, “Sesungguhnya mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”  (30).
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!.” (31).
“Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (32).

2.      Q.S Ali Imran ayat 138-139
هَـذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ -١٣٨- وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ -١٣٩-
“Al Qur’an ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (138). “Dan janganlah kamu merasa lemah dan janganlah kamu bersedih hati. Padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman.” (139).

3.      Q.S Al Dzariyah ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ -٥٦-
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.”

4.      Q.S Al Fath ayat 29
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً -٢٩-
“Muhammad Rasul Allah! Dan orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Engkau melihat nereka ruku’ dan sujud mencari kurnia daripada Allah dan Keridhoan, tanda-tanda mereka pada wajah mereka daripada bekas sujud. Demikianlah perumpamaan (sifat-sifat) mereka dalam Taurat dan perumpamaan (sifat-sifat) mereka dalam Injil, seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka ia menguatkannya, lalu ia menjadi besar, maka ia tegak diatas batangnya, menakjubkan penanam-nya karena Dia (Allah) hendak menjengkelkan orang kafir kepada mereka. Allah menjanjikan kepada orang yang beriman dan beramal shalih antara mereka keampunan dan pahala yang besar.”

5.      Q.S Al Hajj ayat 41
الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ -٤١-
“(yaitu) orang-orang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
                                                                                                        
6.      Q.S Hud ayat 61
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحاً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ -٦١-
“Dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidk ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampun kepada-Nya, kemdian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).”[1]

B.     Penjelasan Isi Tafsir Ayat Terkait
1.      Q.S Al Baqarah ayat 30-32
Munasabah
Ayat-ayat yang lalu mengingatkan manusia pada nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kedapa nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan mengingkari nikmat-nikmatNya itu. Kemudian pada ayat-ayat ini Allah swt, menerangkan nikmatNya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam a.s dengan cara menaati perintah-perintahNya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadapNya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khlaifah di bumi.[2]
Tafsir
(30) ketika Allah swt memberitahukan kepada para MalaikatNya bahwa Dia akan menjadikan Adam a.s sebagai khalifah di bumi, maka para Malaikat ikut bertanya, mengapa Adam a.s yang akan diangkat menjadi khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah dimuka bumi. Para Malaikat menganggap diri mereka lebih patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji dan menyucikan Allah swt
Allah swt tidak membenarkan anggapan mereka itu, dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh para Malaikat. Segala yang akan dilakukan Allah swt adalah berdasarkan pengetahuan dan hikmahNya Yang Maha Tinggi walaupun tak dapat diketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam menjadi khalifah di bumi.
Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s di bumi adalah kedudukannya sebgai khalifah di bumi ini, untuk melaksanakan perintah-perintahNya, dan memakmurkan bumi serta memnfaatkan segala apa yang ada padanya. Pengertian ini dapat di kuatkan dengan firman Allah dalam Q.S Sad/38:26:

“... wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi...
Sebagaimana kita ketahui Daud a.s disamping menjadi Nabi juga menjadi raja bagi kaumnya. Ayat ini merupakan dalil tentang wajibnya kaum muslimin memilih dan mengangkat seorang pimpinan tertinggi sebagai tokoh pemersatu antara seluruh kaum muslimin yang dapat memimpin umat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah di bumi ini.
Para ulam telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertinda sebgai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmaniah serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah.
(31) Ayat ini menerangkan bahwa Allah mengajarkan kepada Adam a.s nama-nama, fungsi dan tugasnya seperti Nabi dan Rasul, tugas dan fungsinya sebagai pemimpin umat. Manusia memang makhluk yang dapat di didik, bahkan harus di didik, karena ketika baru lahir bayi manusia tidak dapat berbuat apa-apa, anggota badan dan otak serta akalnya masih lemah. Tetapi setelah melalui proses pendidikan bayi manusia yang tidak dapat berbuat apa-apa itu kemudian berkembang dan melalui pendidikan yang baik apa saja dapat dilakukan manusia.[3]
Setelah mengajarkan nama-nama tersebut kepada Adam a.s, Allah menyakan benda-benda tersebut kepada para malaikat. Yakni, dalam rangka menjalankan sunnahNya yang menetapkan bahwa kehormatan akan di dapat setelah pengujian dan kemuliaan akan diperoleh setelah penyobaan. Allah berfirman kepada para malaikat, “beritahukanlah kepadaKU nama-nama makhluk ini, jika memang kalian benar bahwa kalian memiliki keutamaan dan kelebihan atas Adam a.s dan keturunannya.[4]
(32) tatkala Allah memerintahkan mereka agar menyebutkan nama-nama tersebut, para malaikat berkata, “Wahai Rabb kami, Mahatinggi dan Mahasuci namaMu, kami tidak mampu menyebutkan nama-nama semua ini kecuali bila Engkau mengajarkannya kepada kami, karena ilmuMu Maha luas lagi maha meliputi. Dan Engkau dengan ilmuMu itu Mahabijaksana. Sesungguhnya ilmuMu dan kebijaksanaanmu itu merupakan salah satu sifatMu yang sangat mulia.
Penjelasan ini mengisyaratkan kepada kita bahwa orang yang pantas menyandang gelar (pemuka agama) adalah orang yang berilmu dan bijaksana dalam tindakannya. Artinya, barang siapa tidak memiliki kedua sifat tersebut atau salah satu darinya, niscaya iya tidak layak menjadi pemuka agama. Dan lihatlah bagaimana para malaikat itu menyatakan bahwa ilmu dan hikmah hanya milik Allah semata, karena Dialah yang paling mengetahui, paling bijaksana, dan Maha suci namaNya.[5]
2.      Q.S Ali Imran ayat 138-139
Kosa kata :
a.       Bayanun    : penjelasan tentang akibat jelek yang mereka lakukan, berupa kebohongan
b.      Hudan       : penjelasan tentang akibat jelek yang mereka lakukan, berupa kebohongan
c.       Al- Mau’izah         : suatu hal yang bisa melunakan hati dan mengajak berpegang kepada ketaatan yang ada padanya
d.       Al- Wahnu           : lemah dalam beramal, berpikir dan dalam menjalankan perkara
e.       Al- Hajnu              : perasaan yang menimpa jiwa bila kehilangan sesuatu yang dicintainya. 
   Munasabah        
                        Munasabah ayat ini terdpat pada Q.S Al-Baqarah: 2

“Kitab (AlQuran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Ketiga ayat ini memeberi penjelasan bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk dan petuah yang khusus bagi orang-orang yang bertakwa, karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk dengan kenyataan-kenyataan seperti ini.
Mereka juga mau mengembilnya sebagai pelajaran dalam menghadapi kenyataan-kenyataan yang sedang mereka alami. Berkat petunjuk ini, mereka berjalan lurus sesuai dengan metode yang benar, dan menjauh dari hal-hal yang mengekibatkan kelalaian yang sudah tampak jelas akibatnya, yakni membahayakan diri mereka.
Penjelasan :
 Pada ayat 138 menjelaskan bahwa penuturan yang telah lalu tersebut merupakan penjelasan tentang keadaan umat manusia sekaligus sebagai petuah dan nasehat bagi orang yang bertakwa dari kalangan mereka. Petunjuk ini sifatnya umum bagi seluruh umat manusia dan merupakan hujjah atau bukti bagi orang mukmin dan kafir, orang yang bertakwa atau fasik.
Ahmad Musthafa Al-Maraghy dalam tafsirnya menjelaskan, ini (Al-Qur’an) adalah sebagai petunjuk dan petuah yang khusus bagi orang-orang yang bertakwa karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk dengan kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya sebagai pelajaran dalam menghadapi kenyataan yang sedang mereka alami. Orang mukmin sejati adalah orang yang mau mengambil hidayah dari Al-kitab dan mau menerima penyuluhan nasehat-nasehatNya, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh firmanNya.[6]
3.      Q.S Al Dzariyah ayat 56
Asbabun Nuzul
Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
Surat Adz-Dzariyat Ayat
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُون
Makna Mufrodat dan Kandungan Ayat:
Didahulukannya penyebutan kata (الجن) Jin dari kata (الإنس) manusia karena jin memang lebih dahulu diciptakan Allah dari pada manusia. Huruf (ل) pada kata (ليعبدون) bukan berarti agar supaya mereka beribadah atau agar Allah disembah, sedangankan Menurut Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam tasirnya, Al-Misbah, penafsiaran ayat di atas adalah sebagai berikut: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali pada diri-Ku. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan atau kesudahan aktivitas meraka adalah beribadah kepada-Ku.
Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku), karena memang penekannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain Allah swt, huruf lam disini sama dengan huruf lam dalam firman Allah SWT:
 “ Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya Dia menjadi musuh dan Kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.”
Bila huruf lam pada liyakuna dipahami dalam arti agar supaya, maka di atas seperti: maka dipungutlah dia oleh keluarga fir’aun agar supaya dia Musa yang dipungut itu menjadi musuh dengan kesedihan bagi mereka.[7]
Thabathaba’i memahami huruf lam pada ayat yang ditafsirkan dalam arti agar supaya, yakni tujuan penciptaan manusia dan jin adalah untuk beribadah. Ulama ini menulis bahwa tujuan apapun bentuknya adalah sesuatu yang digunakan oleh yang bertujuan untuk menyempurnakan apa yang belum sempurna baginya atau menanggulangi kebutuhan/ kekurangannya. Tentu saja hal ini mustahil bagi Allah SWT, karena dia tidak memiliki kebutuhan. Dengan demikian tidak ada lagi baginya yang perlu disempurnakan. Namun disisi lain, suatu perbuatan yang tidak memiliki tujuan adalah perbuatan sia-sia yang perlu dihindari.[8]
Mengapa, hai Muhammad, kamu diperintahkan untuk memperingatkan umat manusia? Kamu diperintahkan untuk memperingatkan bahwa jin dan manusia tidak diciptakan kecuali untuk beribadat kepada-Ku.
     Jin dan manusia dijadikan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Tegasnya, Allah menjadikan kedua makhluk itu sebagai makhluk-makhluk yang mau beribadah, diberi akal dan panca indera yang mendorong mereka menyembah Allah, untuk beribadahlah tujuan mereka diciptakan. Dengan demikian, ibadah yang dimaksud disini lebih luas jangkauannya daripada ibadah dalam bentuk ritual. Tugas kekahlifahan termasuk dalam makna ibadah dan dengan demikian hakekat ibadah mencakup dua hal pokok.
Pertama : kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan.
Kedua : mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan dan setiap gerak dalam hidup.[9]
Beberapa ulama berpendapat bahwa ayat ini hanya khusus mengenai orang yang telah diketahui oleh Ilmu Allah bahwa ia pasti akan menyembah-Nya, oleh karena ayat ini menggunakan lafadz yang umum dengan makna yang khusus. Perkiraan yang dimaksud adalah tidak Aku ciptakan penduduk surga dari jin dan manusia kecuali untuk menyembahnya.
4.      Q.S Al Fath ayat 29
Munasabah
Munasabah ayat ini terdapat dalam Q.S Al-Maidah: 54
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä `tB £s?ötƒ öNä3YÏB `tã ¾ÏmÏZƒÏŠ t$öq|¡sù ÎAù'tƒ ª!$# 5Qöqs)Î/ öNåk:Ïtä ÿ¼çmtRq6Ïtäur A'©!ÏŒr& n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# >o¨Ïãr& n?tã tûï͍Ïÿ»s3ø9$# šcrßÎg»pgä Îû È@Î6y «!$# Ÿwur tbqèù$sƒs sptBöqs9 5OͬIw 4 y7Ï9ºsŒ ã@ôÒsù «!$# ÏmŠÏ?÷sム`tB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur íOŠÎ=tæ ÇÎÍÈ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.[10]
Pada Q.S Al-Maidah dijelaskan akan dating suatu kaum dimana mereka akan bersikap lemah lembut terhadap kaum mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir, sedangkan pada ayat selanjutnya allah memberi penjelasan ini lah kaum yang telah dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah. Para sahabat Rasulullah yang sepeninggalannya menjadi pemimpin terhadap kaum muslim yang tidak bersikap lemah dan bersikap sedemikian keras terhadap orang-orang kafir dan bersikap lemah lembut terhadap sesame mukmin.[11]
Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad itu adalah Rosul yang di utus Allah kepada seluruh umat.Para sahabat dan pengikut Rosul itu bersikap keras terhadap orang-orang kafir,tetapi lemah lembut terhadap sesama mereka. Orang-orang yang beriman itu selalu mengerjakan solat dengan khusu’, tunduk, ikhlas, mencari pahala, karunia Allah dan keridhoan –Nya.
Tampak diwajah mereka terlihat bekas sujud.Yang dimaksud dengan bekas sujud disini ialah air muka yang cemerlang, tidak ada gambaran kedengkian dan niat buruk kepada orang lain, penuh ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT. Bersikap dan berbudi pekerti yang halus sebagai gambaran keimanan mereka. Sifat-sifat yang demikan itu adalah sifat-sifat yang terlukis dalam taurat.
Sifat-sifat mereka yang terlukis dalam injil adalah para sahabat dan para pengikut beliau semula sedikit, kemudian bertambah dan berkembang dalam waktu singkat seperti bijian yang tumbuh mengeluarkan batangnya, lalu batang bercabang dan beranting, kemudian menjadi besar dan berbuah sehingga menakjubkan orang yang menanamnya, karena kuat dan indahnya sehingga menambah panasnya hati orang-orang kafir. Demikianlah agama Islam, Rosulullah dan para pengikutnya pada permulaan tumbuh dan berkembangnya.
Kemudian kepada pengikut Rosulullah itu baik yang dahulu maupun yang sekarang, Allah SWT menjanjikan pengampunan dosa-dosa mereka, memberi mereka pahala yang banyak dan menyediakan surga sebagai tempat yang abadi bagi mereka. Janji Allah SWT yang demikian itu pasti ditepati.[12]
5.      Q.S Al Hajj ayat 41
Munasabah
Munasabah ayat ini teradapat dalam Q.S Al-Kahfi: 110
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqム¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_ötƒ uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ Ÿwur õ8ÎŽô³ç ÍoyŠ$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ
“Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".[13]
Pengertian Secara Umum
Dalam ayat-ayat terdahulu Allah mengetengahkan bahwa kaum musyrikin menghalang-halangi manusia dari memeluk agama Allah dan berziarah ke Masjidil Haram. Kemudian, menerangkan perbuatan-perbuatan ibadah haji, dan menjelaskan bahwa ibadah itu terdapat berbagai manfaat diniyah dan duniawiyah. Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan apa yang menghilangkan penghalang itu, dan memberi jaminan untuk dapat melaksanakan kewajiban tersebut secara sempurna.[14]
Penjelasan
Allah menyifati orang-orang yang diusir dari kampung halamannya:
الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ
Orang-orang yang diusir dari kampung halamannya ialah orang-orang yang apabila Kami meneguhkan kedudukan mereka di dalam negeri, lalu mereka mengalahkan kaum musyrikin. Lalu, mereka taat kepada Allah, mendirikan shalat seperti yang mereka perintahkan kepada mereka, mengeluarkan zakat harta yang telah diberikan kepada mereka, menyeru manusia untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya, menyuruh orang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh syari’at, dan melarang melakukan kemusyrikan serta kejahatan.
Ringkasan: Mereka adalah orang-orang yang menyempurnakan dirinya dengan menghadirkan Tuhan dan menghadapkan diri kepada-Nya di dalam shalat menurut kemampuannya, dan mereka menjadi penolong umat-umat mereka dengan menolong orang-orang fakir dan yang butuh pertolongan di antara mereka. Di samping itu, mereka menyempurnakan orang lain dengan memberikan sebagian ilmu dan adabnya, serta mencegah berbagai kerusakan yang menghambat orang lain untuk mencapai akhlak dan adab yang luhur.
Kemudian, Allah menjanjikan akan meninggikan kalimat-Nya dan menolong para penolong agama-Nya:
وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan, apakah Dia akan membalasnya dengan pahala ataukah dengan siksa di negeri akhirat.
Senada dengan ayat tersebut, ialah firman Allah:

“Dan kesudahan yang baik adalah baik bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-A’raf, 7: 128).[15]
6.      Q.S Hud ayat 61
Munasabah
Munasabah ayat ini terdapat dalam Q.S Al-Hijr: 82

“Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.[16]
Sesungguhnya Allah-lah yang telah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan menganugrahkan kepadamu sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan di atas bumi. Maka, tidaklah takut kamu menyembah Allah, karena Allah-lah yang berjasa dan memberi anugerah kepada kalian. Oleh karena itu, bersyukur kepada-Nya adalah kewajibanmu dengan cara beribadah kepada-Nya semata-mata dengan ikhlas.[17]
Pengertian secara umum
Kisah ini tercantum dalam Al-Qur’an yang menerangkan seruan Nabi Shalih kepada kaumnya, Samud, dengan tolakan mereka terhadap dakwah, setelah beliau memberikan hujjah-hujjah kepada mereka. Nabi Shalih adalah seorang Rasul kedua dari bangsa Arab dan kabilahnya. Samud, bertempat tinggal di ‘Al-Hijr, suatu tempat antara Hijaz dan Syam. Kisah mereka akan kita dapatkan pula dalam surat Asy-Syu’ara, An-Naml, Al-Qamar, Al-Hijr dan surat-surat lainnya, yang masing-masing akan didapatkan pelajaran dan nasihat, yang juga diperlukan oleh selain kaum Samud itu.
Penjelasan
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحاً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ
Dan kepada kaum Samud, kami utus saudara mereka, Shalih. Shalih berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.”
Kata-kata ini, seperti halnya kata-kata semisalnya yang telah kita baca, yaitu mengenai penyampaian dakwah yang dilakukan oleh Nabi Hud as.
هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الأَرْضِ
         Allah-lah yang telah memulai penciptaan kalian dari tanah. Yaitu, pertama yang daripadanya Allah menciptakan Adam, nenek moyang umat manusia, kemudian menciptakan kalian dari sari pati yang berasal dari tanah. Juga melewati bermacam-macam perantara karena sperma (nutfah) yang berubah menjadi sesuatu yang melekat pada uterus (‘alaqah), kemudian berubah pula menjadi gumpalan daging (mudghah), kemudian menjadi kerangka tulang yang dibalut dengan daging. Asal semuanya adalah darah, sedang darah yang itu berasal dari makanan. Makanan itu kadang terdiri dari tumbuhan yang hidup di atas tanah, kadang terdiri dari daging yang berasal dari tetumbuhan setelah melewati satu tahapan atau lebih.
وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
            Dan Allah menjadikan kalian orang-orang yang memakmurkan tanah itu. Artinya, bahwa kaum Nabi Shalih itu ada yang menjadi petani, pengrajin dan ada pula tukang batu, sebagaimana tercantum dalam QS. al-Hijr : 82, yang artinya:
            “Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.” (Al-Hijr, 15 : 82).
            Kesimpulannya: Sesungguhnya Allah-lah yang telah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan menganugrahkan kepadamu sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan di atas bumi. Maka, tidaklah takut kamu menyembah Allah, karena Allah-lah yang berjasa dan memberi anugerah kepada kalian. Oleh karena itu, bersyukur kepada-Nya adalah kewajibanmu dengan cara beribadah kepada-Nya semata-mata dengan ikhlas.
فَاسْتَغْفِرُوه ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ
            Maka, mohonlah kepada Allah supaya mengampuni kalian atas dosa-dosamu yang lalu karena kemusyrikanmu dengan mempersekutukan Allah kepada yang lain, juga atas kejahatn-kejahatan yang telah kamu lakukan. Kemudian, kembalilah kalian kepada-Nya dengan memohon taubat tiap kali kamu terlanjur melakukan suatu dosa, semoga Dia mengampuni kalian.
إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
            Sesungguhnya, Tuhanku Maha Dekat kepada hamba-hamba-Nya, tidak samar bagi-Nya permohonan ampun mereka maupun dorongan yang membangkitkan untuk melakukan permohonan ampun. Allah juga Maha Pengampun dan mengabulkan do’a bagi siapa pun yang berdo’a kepada-Nya dan memohon, apabila dia seorang Mu’min yang ikhlas.[18]
C.    Kesimpulan
            Kesimpulannya, bahwa di dalam surat Ali Imran ayat 138-139 mengandung perintah untuk melakukan persiapan, menyediakan segala sesuatunya termasuk dengan tekad dan semangan yang benar, di samping keteguhan hati dan tawakkal kepada Allah. Supaya kita bisa meraih keberhasilan dan mendapatkan apa yang kita inginkan, serta dapat mengembalikan kerugian atau kegagalan-kegagalan yang telah diderita.
            Pada surat Al-Fath ayat 29 ini mengandung perintah untuk mewujudkan rasa hormat dan rasa kasih sayang sesama manusia, menunjukkan bahwa seorang hamba haruslah selalu sujud dan taubat kepada Allah Swt., serta mengingatkan kepada manusia untuk selalu menyenangkan orang lain.
            Al-Hajj ayat 41 ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan kemenangan, serta mencerminkan ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun. Kemudian telah dibuktikan dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
            Hud ayat 61 menjelaskan bahwa Allah telah mengutus seorang utusan kepada kaum Samud namanya Saleh. Ia menyeru mereka supaya hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan sembahan-sembahan yang telah membawa mereka kepada jalan yang salah dan menyesatkan.
     II.            PENUTUP     
Demikian Makalah Ini kami selesaikan, semoga dengan adanya makalah ini mampu memberi pengetahuan pembaca terkait tujuan pendidikan. Akhirnya tiada sebuah karya yang sempurna karna kesempurnaan hanya milik Allah semata. Kami mengharap kritik dan saran dari para pembaca supaya dalam menulis makalah lebih baik lagi untuk kedepannya.


















DAFTAR PUSTAKA
Al- Qur’an al-Karim dan terjemahnya
Al-Qarni, ‘Aidh. Tafsir Muyassar. Jakarta: Qisthi Press. 2007
Departemen  Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro. 2001
Kementerian Agama Islam. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1. Jakarta: Lentera Abadi. 2010
Mustafa, Ahmad. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4, 12. Semarang: Toha Putra. 1989
Musthafa, Ahmad. Tafsir Al-Maraghi. Semarang :Toha Putra. 1993
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an”. Jakarta: Lentera Hati.  2002
                                                            



[1] Al- Qur’an al-Karim dan terjemahnya.
[2] Kementerian Agama Islam, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Hlm. 75.

[3] Kementerian Agama Islam, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1, . . . , Hlm. 76.
[4] ‘Aidh al-Qarni, Tafsir Muyassar, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), Hlm. 27.
[5] Ahmad  Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi  jilid  4, (Semarang :Toha Putra, 1993), Hlm. 76.

[6] Ahmad  Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi  jilid  4, . . . Hlm. 132-133.

[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hlm. 356.
[8] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, . . . , Hlm.357.
[9] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, . . . , Hlm.360.
[10] Departemen  Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2001), Hlm. 93.
[11] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4, (Semarang: Toha Putra, 1989), Hlm.194.
[12] AhmadMusthafa Al-Maraghi, Al-Qur’an dan tafsirnya,(Semarang :Toha Putra, 1993),Hlm.412-413.
[13]Departemen  Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2001), Hlm.243.

[14] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,(Semarang :Toha Putra, 1993),Hlm.202.


[15] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, . . . ,Hlm.209-210.
[16] Departemen  Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, . . . , Hlm.212.
[17] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 12, (Semarang: Toha Putra, 1989), Hlm.98.

[18] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 12, Hlm. 99.



Oleh: Fauzul Muna, Nur Wachid, Imro’atul Latifah, Siti Nur Hidayah

Tidak ada komentar: