Ayo Sinau...!!!

Sabtu, 21 Mei 2016

Artikel al-Qur'an dan IPTEK: Shalat dalam Kesehatan Fisik dan Mental

SHALAT DALAM KESEHATAN FISIK DAN MENTAL





A.    PENDAHULUAN

Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan dan referensi utama dalam membelah lautan keilmuan telah menjelaskan berbagai macam ilmu, baik ilmu pengetahuan agama maupun umum. Rumusan dasar yang tertulis dalam dua sumber tersebut banyak menjelaskan tentang ketauhidan, gambaran hari akhir, akhlak, sejarah dan kisah, dan juga ibadah.
Manusia khususnya umat Islam pasti melakukan aktifitas fisik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari ditambah menjalankan perintah-perintah Allah SWT sebagai kewajiban seorang hamba untuk mendekatkan diri atau beribadah, seperti berpuasa, berdzikir, tadarus al-Qur’an, shalat, dan sebagainya. Makalah ini menjadikan shalat sebagai pokok bahasan di dalamnya, dengan tidak hanya membahas aspek ibadah ritualnya saja, namun aspek lain yang juga masih berkaitan dengan shalat, seperti kesehatan, dan psikis manusia setelah melakukan shalat.
Islam tidak hanya memandang satu aspek kebahagiaan saja, namun Islam memandang dua aspek kebahagiaan, yaitu kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.Jika Islam mensyariatkan umatnya untuk mendirikan shalat, maka bukan hanya kebahagiaan akhirat saja yang mereka dapatkan, namun juga mendapat kebahagiaan dunia, seperti kesehatan tubuh dikarenakan pergerakan tubuh saat shalat, dan ketenangan jiwa dikarenakan saat shalat adalah saat dimana seorang hamba bermunajat dengan Sang Pencipta Allah SWT.Tidak diragukan lagi bahwa taklif dalam ajaran Islam diorientasikan untuk mencapai kebahagiaan dan kemaslahatan hidup di duina maupun di akhirat.[1]

B.     Shalat dalam Pandangan Agama
1.  Pengertian Shalat
Secara etimologi, kata shalat bermakna doa atas kebaikan. Menurut pendapat lain asal kata shalat bermakna pengagungan (ta’dzim). Bisa juga bermakna ibadah yang dikhususkan. Karena di dalamnya terdapat pengangungan terhadap Allah SWT.[2] Seperti dalam Firman Allah Ta’ala: “Dan mendoalah untuk mereka” (QS. At-Taubah: 103). Yakni berdoalah dan beristighfarlah untuk mereka.
Shalat dinamakan shalat (yang berarti doa) adalah karena ia mengandung doa. Inilah pendapat yang benar dan dipegangi oleh mayoritas ahli bahasa dan kelompok lainnya dari kalangan ulama peneliti.[3]
Secara terminologi syara (Jumhur Ulama) sahalat berarti ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, sesuai dengan syarat-syarat tertentu.[4]
Takbir pembukaan shalat itu dinamakan (takbirat al-ihram), yang mengandung arti “takbir yang mengharamkan” yakni, mengharamkan segala tindakan dan tingkah laku yang tidak ada kaitannya dengan shalat sebagai peristiwa menghadap Tuhan. Takbir pembukaan itu seakan suatu pernyataan formal seseorang membuka hubungan diri dengan Tuhan (hablum minallah), dan mengharamkan atau memutuskan diri dari semua bentuk hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Disinilah makna intrisik shalat diisyaratkan dalam arti simbolik takbir pembukaan itu, yang melambangkan hubungan dengan Allah dan menghambakan diri kepada-Nya. Sikap menghadap Allah itu kemudian dianjurkan untuk dikukuhkan dengan membaca doa pembukaan (du’a al iftitah)[5]
Sedangkan shalat dapat dipandang sebagai sarana untuk mencapai sesuatu di luar dirinya sendiri, sebagai sarana pendidikan kearah nilai-nilai luhur. Dapat dilihat ketika seseorang menjalankan shalat dhuhur misalnya, maka seseorang tersebut harus menjalankan sebanyak 4 rakaat, tidak boleh dikurangi (kecuali bila berpergia bisa di qashar). Maka ketika itu seseorang harus berjiwa jujur terhadap dirinya bahwa dia menjalankan shalat empat rakaat dan tidak boleh mencuri rakaat. Disinilah berarti telah mendidik seseorang untuk memiliki sifat jujur.
Begitulah dalam shalat ada semacam aturan yang perlu dipatuhi guna mencapai kesempurnaan. Kita tidak bisa melakukan shalat dari tasyahud terlebih dahulu baru kemudian berdiri untuk membaca doa iftitah. Bila hal ini dikerjakan, berarti shalatnya tidak sah, hanya akan sia-sia, sebab tidak mengikuti aturan-aturan shalat. Semua ini menjadi semakin jelas bagi kita, bahwa shalat mempunyai peranan penting dalam mendidik dan menanamkan jiwa-jiwa yang taat pada aturan untuk kemudian mereka terapkan dalam kehidupan bermasyarakat.[6]
2.  Dasar Hukum Wajibnya Shalat
a.  Dalil dari Al-Qur’an
Shalat hukumnya wajib atas setiap muslim laki-laki maupun perempuan lima kali sehari semalam. Berikut ini dalil al-Qur’an yang mewajibkan shalat:
An-Nur: 56
Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. (24:56)
     Al-Baqarah: 43
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' (2:43).
Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.
Al-An’am:72

Dan agar mendirikan sembahyang serta bertakwa kepadaNya". dan Dialah Tuhan yang kepadaNyalah kamu akan dihimpunkan. (6:72)
Qs. An-Nisa’: 103
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (4:103)
Dan masih banyak ayat lain yang juga menerangkan kewajiban mendirikan shalat.
b.  Dalil dari as-Sunnah
        Menerangkan tentang kewajiban mendirikan shalat di antaranya:
عَن عَبْدِ اللهِ بنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ ص.م.قَالَ: بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَاإِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الْصَلَاةِ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ الْحَجِ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Islam dibangun atas lima fondasi: (1) Persaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) haji, dan (5) puasa Ramadhan.” (Muttafaq ‘alaih).

Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW beliau bersabda: “Allah mewajibkan lima puluh shalat atas umatku, lalu aku kembali dan berpesan dengan Musa. Ia bertanya, ‘apa yang diwajibkan Allah atas umatmu?’ Aku menjawab, ‘Dia mewajibkan lima puluh shalat.’ Musa berkata, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu! Umatmu tidak akan sanggup mengerjakannya... hingga sabdanya... Allah berfirman, ‘Dia lima kali dengan pahala sama dengan lima puluh kali. keputusanku ini tidak akan perbah diganti...” dan seterusnya... (Muttafaq ‘alaih).
c.   Dalil dari Ijma’
Umat Islam telah bersepakat atas wajibnya shalat lima waktu sehari semalam.
Berdasarkan uraian di atas maka shalat adalah salah satu rukun Islam yang lima dan ia wajib berdasarkan al-Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’ umat Islam. Dengan demikian, ia menjadi salah satu hal yang diketahui dari agama secara otomatis.[7]
3. Urgensi Shalat dan Kedudukannya dalam Islam
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَاإِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الْصَلَاةِ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ الْحَجِ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ.
"Islam dibangun atas lima fondasi: (1) Persaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) haji, dan (5) puasa Ramadhan.” (Muttafaq ‘alaih).
Dari beberapa dasar dibangunnya Islam yang telah disebutkan dalam hadits di atas, salah satu diantaranya adalah shalat. Sebagai rukun Islam kedua setelah syahadat, mendirikan shalat adalah kunci seluruh kebaikan dimana saat shalat adalah saat seorang hamba bermunajat dengan Tuhannya, yang mengingatkan kehambaannya kepada Sang Pencipta.
Al-Qur’an dan hadits telah mengatur semuanya tentang shalat. Baik tatacara, bacaan-bacaan, kekhusyukan, bahkan keutamaan-keutamaan shalat, sehingga umat Islam dapat menjalankannya sesuai tuntunan syari’at.
Berikut ini beberapa hal yang menjelaskan urgensi shalat dan kedudukannya dalam Islam[8]:
a. Perintah Allah untuk mendirikannya dan memeliharanya.
Dalil-dalil yang menerangkan tentang perintah untuk mendirikan dan menjaga shalat diantaranya adalah:

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. (2:238)
Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Selain dalil tersebut, masih banyak lagi dalil yang menerangkan tentang perintah untuk mendirikan dan menjaga shalat dalam al-Qur’an dan yang telah disampaikan pada materi sebelumnya.
b.  Kewajiban shalat atas para nabi dan rasul terdahulu
Tidak hanya umat Rasulullah saja yang tenyata mendapat perintah shalat, namun nabi dan rasul terdahulu juga mendapat perintah untuk shalat. Inilah keagungan dan keistimewaan shalat terhadap amalan-amalan yang lain.
Contoh nabi dan rasul yang juga menerima kewajiban shalat yaitu nabi Musa. Allah SWT telah berbicara langsung kepada Musa as tanpa penerjemah:
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku. (QS. Thaahaa/20:14)
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa shalat mempunyai keisimewaan tersendiri dari amalan-amalan yang lain. Sebab, Allah SWT dalam firmanNya tidak menyampaikan perkara-perkara fardhu lainnya selain shalat.
c.  Urgensi Shalat dan Manfaatnya[9]
1) Al-Qur’an menyifati orang-orang yang bertakwa dengan mendirikan shalat.
Alif laam miin(1) Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa(2), (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka(3). (Al-Baqarah:1-3)
Mendirikan shalat yang dimaksud ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
2) Al-Qur’an menjadikan khusyuk di dalamnya termasuk salah satu sifat orang beriman
Salah satu sifat orang yang beriman yang dijamin keberuntungannya oleh Allah SWT adalah yang khusyuk dalam shalatnya.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman(1) (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya(2) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna(3). (Al-Mu’minun/23: 1-3)
3)  Shalat merupakan salah satu amalan yang paling dicintai Allah SWT
Sebagaimana hadits nabi: Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah, amalan apa yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ Aku bertanya, ‘Lalu apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya, ‘Lalu apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.’ Kemudian aku diam. Andaikata aku bertanya lebih banyak lagi tentu beliau akan menjawabnya.” (Muttafaq ‘alaih)
4)  Shalat adalah wasiat terakhir Nabi SAW
Dari Ummu Salamah r.a, dari Nabi SAW, “Nabi SAW dalam sakit yang menyebabkan kematiannya berwasiat, ‘Shalat dan budak-budakmu’ dan beliau terus mengucapakannya hingga lidahnya tidak mampu mengucapkannya.”
5)  Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut/29: 45)
6)  Shalat merupakan tiang agama
Dalam hadits Mu’adz bin Jabal disebutkan
“Maukah kamu aku beritahu pokok semua urusan, tiangnya, dan puncaknya?” Aku menjawab, “Tentu ya Rasulullah!” Rasulullah SAW bersabda, “Pokok semua urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad....”
7)  Shalat adalah sarana Allah menghapus kesalahan dan mengampuni dosa
Dari Abu Hurairah r.a, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Jika sebuah suangai ada di pintu salah satu dari kalian lalu ia mandi di sana lima kali setiap hari, apa mungkin ia masih saja menyisakan sedikit saja kotorannya?” Para sahabat menjawab, “Tidak, ia sedikit pun tidak menyisakan kotorannya.” Rasulullah SAW menjelaskan, “Itu adalah perumpamaan shalat lima waktu. Allah menjadikannya sarana menghapus kesalahan.” (Muttafaq ‘alaih)
8)  Wajibnya shalat dalam semua keadaan.
Shalat mempunyai keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah mahdlah lainnya. Seperti yang telah dijelaskan dalam materi sebelumnya. Selain itu shalat adalah ibadah yang diwajibkan dalam semua keadaan, sedang ibadah yang lainnya hanya terbatas pada waktu tertentu. Seperti puasa yang hanya dilakukan setahun sekali selama satu bulan di bulan Ramadhan saja, zakat diwajibkan hanya untuk mereka yang berkewajiban menunaikan zakat, dan haji hanya diwajibkan untuk mereka yang mampu mengerjakannya.
Dapat disimpulkan bahwa urgensi shalat dan kedudukannya dalam Islam sangatlah penting. Karena shalat dapat menyejukkan hati atau bisa dikatakan menjadikan hati lebih tenang setelah mendirikan shalat, kekhusyukan saat shalat dapat mencegah keji dan mungkar, menghilangkan kesedihan dan kedukaan, sebagai sandaran saat datangnya musibah, serta cara bersyukur saat mendapat kenikmatan.

C.     Kajian shalat berdasarkan IPTEK
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi tinggi dan mulia, di samping juga hadits-hadits Nabi yang telah banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Islam pun tidak pernah mendikotomikan ilmu pengetahuan dan agama, karena dalam inti konsep ke-Islam-an ilmu pengetahuan dan agama harus dipahami secara totalitas dan integral karena satu sama lain saling berkaitan.
Seperti yang akan penulis paparkan dalam makalah ini mengenai pentingnya keterpaduan antara agama dengan ilmu pengetahuan secara ilmiah akademis sehingga terkesan tidak ada dikotomi ilmu yang real signifikan dalam Islam. Namun sebelum melangkah pada keterpaduan agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlebih dahulu kita pahami aspek ilmu pengetahuannya.
Shalat yang biasa kita lakukan sebagai ibadah wajib bukan hanya memberikan pahala saja bagi orang yang telah menunaikannya, namun para peneliti mengatakan bahwa shalat dapat menjadikan seseorang lebih tenang dan lebih sejuk hatinya, terlebih mereka yang mempunyai masalah dan tanggungan pikiran yang bisa mengakibatkan stres.
1.      Pengertian stres
Istilah stres bukanlah istilah yang asing bagi manusia, dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar istilah ini. Sebenarnya istilah stres bukan berasal dari psikologi maupun fisiologi melainkan dari fisika. Istilah ini pertama kali digunakan pada hewan dan manusia pada tahun 1930-an. Ketika itu, para ilmuwan penganut paham evolusi menunjukkan bahwa pada masa lalu, dalam situasi tertentu yang mengancam, dapat menyebabkan gerakan tubuh tertentu. Lingkungan sekitar atau bahaya dapat menyebabkan tubuh menanggapi dengan “lawan atau lari”. Reaksi tubuh ini merupakan indikasi adanya stres dalam diri seseorang[10].
Dapat diartikan bahwa stres secara umum adalah kondisi seseorang dengan rasa tegang dan cemas, takut dan khawatir yang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan manusia yang disertai dengan ketegangan emosional dan mempunyai pengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis (mental) seseorang.
Selain manfaat shalat di atas, manfaat lain yaitu shalat dapat menjaga kesehatan tulang dan persendian.
Tulang manusia melawati dua tahapan yang terus datang bergantian, yaitu tahap pembentukan dan tahap pengroposan yang diikuti pembentukan sel tulang baru. Ketika manusia berada dalam tahap pertumbuhan, tahap yang paling dominan adalah tahap pebentukan sehingga tulangnya menjadi lebih panang dan lebih kuat. Setelah memasuki periode dewasa, tulang-tulang yang menegakkan tubuh memasuki tahap pengroposan. Berbagai zat dan materi yang memebentuk tulang mulai berkurang sedikit demi sedikit sehingga tulang menjadi lebih mudah retak dan patah. Tulang punggung semakin hari semakin melengkung karena berbagai zat yang membentuknya mulai berkurang sementara ia tetap harus menahan berat tubuh.
      Tulang merupakan organ kaku dan keras yang membentuk bagian endosekeleton semua makhluk bertulang belakang, Tulang berfungsi menggerakan, mendukung, dan melindungi berbagai organ tubuh, mereproduksi sel darah merah dan darah putih dan menyimpan berbagai meneral. Tulang manusia terdiri atas beragam bentuk dan ukuran yang masing-masing  memiliki struktur internal dan eksternal yang sangat rumit. Meskipun ringan, tulang bersifat kuat dan keras untuk menjalankan fungsinya. Pada tubuh manusia dewasa terdapat sekitar 206 ruas tulang, sementara pada tubuh anak-anak terdapat 270 ruas tulang.
      Tulang berfungsi sebagai tempat penyimpanan beberapa mineral yang penting untuk tubuh, yang paling utama diantaranya adalah kalsium dan fosfor. Tulang juga menyimpang faktor pertumbuhan sepeerti faktor insulin, protein morfogensi, dan mineral lain. Tulang juga menjadi tempat penyimpanan lemak, tepatnya di dalam sumsum tulang yang berwarna kuning. Secara lebih khusus, sumsum tulang menyimpan asam lemak. Fungsi tulang lainnya adalah membentuk menyeimbangkan kadar asam dalam darah. Tulang membantu darah untuk melawan perubah Ph berlebihan dengan menyerap atau melepaskan garam-garam alkalin.
      Jaringan tulang juga berfungsi sebagai perangkat detoksifikasi atau pengeluaran racun dari dalam tubuh sehingga tidak merusak jaringan tubuh lainnya. Toksin yang mengendap dalam darah itu kemudian dikeluarkan melalui proses sekresi. Sebagai organ endikrin, tulang mengendalikan metabolisme fsofat dengan mengeluarkan serat pertumbuhan faktor -23 (FGF -23), yang mempengaruhi ginjal untuk mengurangi penyerapan fosfat. Sel-sel tulang juga melepaskan hormonyang disebut osteokalsin yang mempengaruhi penyimpanan glukosa dan lemak.
      Hormon osteokalsin meningkatkan sekresi dan kepekaan insulin sehingga jumlah sel penghasil insulin meningkat pesat dan menguragi cadangan lemak. Jaringan utama tulang, yaitu osseous (tulang), merupakan jaringan komposit material yang keras dan ringan, terbentuk dari kalsium fosfat. Kendati demikian, tulang memiliki tingkat kelenturan tertentu karena kandungan kolagen di dalamnya. Setiap tulang tersusun dari sel yang masih hidup dan sel yang sudah masti.
      Secara umum, tulang manusia memiliki kekuatan mencengkram dan menahan. Kekuatan itu dapat dilatih dengan senantiasa menggerakan otot-otot tubuh yang meliputi semua bagian tulang. Penelitian mukhtahir menunjukan bahwa di dalam tulang terdapat aliran listrik dua kutub yang mempengaruhi proses distribusi tugas dan kerja semua sel penyusun tualang. Sel-sel itu itu ada yang bertugas melancarkan proses anabolisme dan ada pula yag melancarkan proses proses katabolisme. Serangkaian peneliti terbaru menunjukkan bahwa ketika manusia dalam keadaan jamud dan istirahat, aliran listrik dalam tulang berkurang yang erdampak pada kekurangannya berbagai zat pembentuk tulang, Akibatnya tulng menjadi lebih rapuh dan keropos.
      Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika tubuh teralalu banyak diam untuk jangka waktu yang lama akan menyebabkan kejumudan pada tulang, Sebab, ketiadaan gerakan tulang pesendian dapat meningkatkan kerja sel katabolis dan melemahkan sel anabolis sebagai akibat berkurangnya zat-zat pembentuk tulang[11].

D.    Menilik Shalat dalam  Kesehatan Fisik dan Mental
Dari keterangan-keterangan yang telah didapat dalam point sebelumya, dan telah disebutkan pula mengenai manfaat-manfaat shalat untuk ketenangan jiwa dan kesehatan tubuh, maka berikut adalah keterpaduan antara agama dan IPTEK tentang shalat.
Dalam literatur Islam akan kita dapatkan beberapa solusi atau terapi terhadap gangguan kesehatan jiwa terutama stres, yang merupakan embrio (sumber utama) munculnya berbagai gangguan kesehatan fisik (jasmani) dan psikis (ruhani) seseorang. Tentang hal ini, Islam menawarkan beberapa cara atau jalan untuk menangani dan mengobati stres yang menimpa seseorang.
Islam telah memberikan jalan keluar atau solusi yang sangat tepat, yakin dengan mnjadikan shalat sebgai penolong pertahanan diri terhadap segala bentuk ujian dan cobaan yang seringkali menghampiri kehidupan manusia. Allah berfiman dalam surah Al-Baqarah ayat 45 yang artinya Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.
Selain shalat memiliki dimensi ibadah yang sangat tinggi nilainya, shalat juga memiliki dmpak positif bagi sisi kejiwaan (psikis) seseorang. Didalam ritual ibadah shalat juga terkandung perinsip yang selaras dengan upaya pencegahan (preventif) dan penyembuhan (terapi) terhadap gangguan kesehatan jiwa(stres). Beberapa faktor pemicu tumbuhnya stres yakni:
Pertama, karena adanya persalahan bersalah, yang disebabkan melakukan dosa besar dan maksiat. Rasa bersalah itulah yang kemudian menimbulkan saraf pada otak, kemudian menjadi tegang, karena ketegangan tersebut seseorang mengalami namanya tekanan jwa dalam diri, yang kemudian disebut stres. Solusi yang paling tepat untuk menyembuhkan ini adalah shalat, kerena dengan shalat dapat memberantas dan menghapus penyebab utama dari adanya perasaaan bersalah, yakni perbuatan makasiat (keji dan mngkar), sholat dapat merefleksi pikiran agar lebih tenang, dan mengurangi ketegagan syaraf.
Kedua, orang yang mengalami stres pada umumnya akan menunjukan indikasi mudah marah tanpa sebab, selalu gelisah, cemas yang berlebihan, cenderung untuk berlaku buruk (maksiat), otot terasa tegang dan tidak rileks. Shalat adalah pencegah dan penyembuhan terhadap gangguan kejiwaan tersebut.
1.  Di antara syarat dan rukun shalat adalah suci dari hadats dan najis yang dapat dilakukan dengan berwudhu atau tayamum atau mandi besar. Dalam sebuah riwayat diktakan bahwa Nabi pernah menyatakan bahwa wudlu merupakan terapi terhadap kemarahan. Marah adalah luapan api neraka yang diembuskan setan kedalam jiwa dan hati manusia, kemarahan juga terbakar, darah yang mendidih, dan emosi yang tinggi sebab rasa marah akan mereda dengan sentuhan air yang sejuk dan dingin.
2.  Manakala rasa marah dan jengkel sudah sedikit mereda dengan berwudlu, maka dilanjutkan dengan mendirikan shalat, yang dimulai dengan takbiratul ikhram. Pada saat inilah seseorang benar-benar dituntut untuk menunjukkan hatinya kepada Allah, berserah diri kepadaNya, mengosongkan pikiran dan hatinya dari kepentingan dan urusan duniawi. Hal ini akan menciptakan perasaan tenang dan damai, menghapuskan perasaan gelisah dan ketegangan-ketegangan pikiran, emosional yang ditimbulkan oleh berbagai permasalahan kehidupan. Sementara dengan gerakan-gerakan shalat, berdiri, ruku’ dan sujud yang berulang-ulang akan menjadikan otot-otot yang kaku dan tegang menjadi rileks dan nornal kembali.
Ketiga, shalat adalah komunikasi vertikal antara seseorang hamba dengan Tuhannya. Dan sebagaimana tersirat dalam hadits Rasulullah.
Allah berfirman:”Aku bagi shalat di antara-Ku dan Hamba-Ku menjadi dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang nereka minta”. Apabila hamba-Ku memuji-Ku”. Dan apabila HambaKu berkata”Arrahmanirrahim”. Allah menjawab.”HambaKu menyanjungKu dan apabila hambaKu berkata “Maliki Yaumiddin” Allah menjawab “Hambaku memuliakan-Ku, bagi hambaku apa yang dia minta”. Dan apabila hambaKu berkata .”Dan apabila hambaKu berkata”.ihdinas shiratal mustaqim, shiratal ladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim walladalin “. Allah menjawab”. Ini semua untuk hambaKu dan bagi hambaKu apa yang ia minta.
Di dalam ritual shalat juga syrat dengan doa-doa, dari doa mohon keselamatan dunia dan akhirat, doa permohonan ampunan, doa mohon ditambah rezeki, doa dijauhkan dari fitnah, siksa neraka dan lain sebagainya. Lebih dari itu, didalamnya juga terdapat, bacaan-bacaan dzikir yang sangat baik dan utama, seperti bacaan tasbih (dalam sujud dan ruku’), tahmid, takbir dan lain sebagainya. Dzikir dan doa yang terkandung dalam shalat akan dapat mengatarkan seseorang pada kedekatan dan pengenalan terhadap Allah. Kedekatan inilah yang akan memunculkan energi ruhaniah yang sangat besar, yang sangat bermanfaat bagi seseorang untuk menyembuhkan segala bentuk gangguan kesehatan jiwa.
Keempat, jika seseorang sedang dilanda kebingungan untuk menentukan satu pilihan di antara dua pilihan yang penting, maka shalat sunnah istikharah adalah jalan keluarnya, Shalat istikharah adalah shalat sunnah yang dianjurkan ketika seserang dilanda kebingungan dan kegelisahan untuk menetukan suatu pilihan atau keputusan. Nabi bersabda: Apabila seseorang mengalami kebingungan tentang sesuatu, maka hendaklah ia melakukan shalat dua rakaat selain shalat fardhu. Dengan kata lain, shalat sunnah istikharah adalah solusi yang tepat untuk menghilangkan kebimbangan dan kebigungan terhadap sesuatu.
Manakala seseorag dalam kondisi ketakutan pada kegagalan, dan kegelisahan dalam menatap masa depan maka sahalat hajat adalah jalan keluarnya (solusinya). Dalam hal ini Nabi bersabda: Barang siapa yang mempunyai kebuthan atau keinginan baik dari Allah atau dari manusia ia besegera berwudhu kemudian shalat dua rakaat.
Shalat sunnah Hajat merupakan sarana yang sangat tepat bagi seseorang untuk menyampaikan harapan dan cita-citanya kepada Allah. Dan sesungguhnya Allah tuhan yang maha mengabulkan doa orang-orang yang berdoa kepadaNya.
Ketika kita sedang di rundung kesedihan, kegalauan maka Islam memerintahkan untuk ber-taqarub kepada Allah, mengadukan segala beban dan kesedihan, menyampaikan permasalahan yang sedang dihadapi kepada Tuhan semesta alam (melalui shalat: shalat Tahajud). Dalam suasana yang hening, sejuk, dan menyegarkan pada malam hari sehingga seseorang akan khusu’ dalam upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Shalat Tahajud merupakan sarana yang paling tepat untuk ber-Taqarub kepada Allah, mengasah serta membersihkan jiwa dari rasa gelisah dan ketakutan.
Rasulullah Saw bersabda, “Shalat sunah yang utama setelah shalat fardhu adalah shalat tahajjud.” (Abu Dawud). Sebuah hadits meriwayatkan pula bahwa Rasulullah Saw, tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud hingga Rasul wafat. Dalam Al-Qur’an surat 73; ayat 1-3, Allah telah menyuruh pada orang-orang yang berselimut, bangun di malam hari untuk melakukan shalat tahajjud. Karena di samping mempunyai makna sebagai ibadah tambahan, shalat tahajjud dapat menghapuskan dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan dari penyakit (H.R. Turmudzi), (Al-Sijistani).
Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung, juga meningkatkan usia harapan Selanjutnya, shalat tahajjud juga mengandung aspek meditasi dan relaksasi yang berguna sebagai coping mechanism, pereda stres. Fakta ini merupakan masalah penelitian, mengingat mekanisme shalat tahajjud yang dapat meningkatkan respon ketahanan tubuh imunologik pada stres dan penyakit kronis lain belum terungkap secara jelas.
Sehingga hal ini seolah menjadi suatu pemantik bagi Dr. Moh Sholeh dan Imam Musbikin dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait mekanisme fakta-fakta tersebut, yang akhirnya dituangkan dalam bukunya. Rancangan tahap dari penelitian pembuktian yang digali antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama, menyeleksi sampel dengan  kriteria inklusi dan ekslusi. Ada dua teknik yang digunakan dalam penyeleksian ini, yaitu teknik kuesioner dan pemeriksaan laboratorik.
2. Tahap kedua, pengkondisian. Pada tahap ini sampel yang memenuhi syarat dikondisionalkan selama 4 minggu dengan cara sampel ditraining tentang cara shalat tahajjud tanpa harus dipraktekkan. Pelaksanaannya dibantu oleh ketua pondok pesantren Hidayatullah Surabaya, tempat di Aula pondok pesantren Hidayatullah Surabaya.
3.  Tahap ketiga, pengambilan darah variabel penelitian dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu: (1) pada akhir tahap pengkondisian dan sebelum sampel menjalankan shalat tahajjud selama empat minggu. (2) Setelah sampel menjalankan shalat tahajjud selama empat minggu, dan (3) Setelah sampel menjalankan shalat tahajjud selama delapan minggu. Pengambilan darah dibantu oleh tenaga Paramedis praktek Dr. H. Kabat dr, SpP. Tempat di pondok pesantren Hidayatullah Surabaya, hari minggu, jam 07.00-10.00 WIB.
4. Tahap keempat, analisis data. Analisis data laboratorik dilakukan di Laboratorium Pramita, Prodia Klinika, Surabaya. Analisis data statistik dibantu oleh tenaga ahli statistik dari Institut Teknologi Sepuluh November.(ITS) Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan penulisan laporan hasil penelitian.
Setelah melalui rangkaian dari beberapa tahap penelitian di atas, peneliti akhirnya tercengang mendapati kebenaran dari hasil penelitian tersebut, yang membuktikan bahwa shalat tahajjud berpengaruh terhadap peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik. Meskipun disadari kebenaran ilmiah bersifat relatif, namun dengan meyakini wahyu yang bersifat absolut, maka peneliti optimis bahwa hasil penelitian ini membuktikan akan kebenaran wahyu baik yang tertuang dalam Al-Qur’an maupun hadits. Sekaligus juga untuk memberikan bahan renungan kepada sinyalemen yang berpendapat bahwa kebenaran agama mustahil dibuktikan secara ilmiah, ternyata hasil penelitian ini pun cukup memberikan kejelasan terkait adanya dua fenomena perbedaan hasil yang dicapai oleh dua kelompok orang setelah menjalankan shalat tahajjud, yaitu:
1. Bagi kelompok yang memperoleh manfaat kesehatan setelah menjalankan shalat tahajjud, mungkin dalam mengamalkan shalat tahajjud disertai dengan niat yang tulus ikhlas, khusyu’, kontinu dan tepat. Shalat tahajjud yang dilakukan dengan memenuhi syarat demikian, menurut hasil penelitian ini dapat menumbuhkan respons emosional positif dan coping yang efektif. Hal tersebut dapat mengendalikan sekresi kortisol secara berlebihan yang disebabkan oleh adrenal korteks, dan terkendalinya sekresi kortisol secara berlebihan subyek akan terhindar dari stres dan akan memperbaiki sistem imun. Baiknya sistem imun subyek akan terhindar dari infeksi dan kanker.
2. Sebaliknya bagi kelompok yang tidak memperoleh manfaat kesehatan, bahkan mengeluh kesakitan, pusing-pusing susah tidur setelah menjalankan shalat tahajjud, sangat mungkin oleh karena dalam menjalankan shalat tahajjud tidak disertai dengan niat yang ikhlas, tidak khusyu’, tidak tepat, dan tidak kontinu. Sehingga shalatnya itu menjadi beban yang menyebabkan subyek terpaksa gagal beradaptasi. Dalam kondisi reaksi emosional yang negatif ini, sekresi kortisol akan tinggi, dengan kata lain bahwa shalat tahajjudnya mendatangkan stres. Keadaan sedemikian rupa akhirnya akan menyebabkan sistem daya tahan tubuh menurun karena tidak terinduksinya imunoglobulin, dan menurunnya daya tahan tubuh akan menyebabkan seseorang rentan terkena infeksi juga kanker.  [12]
Selain manfaat shalat di atas, manfaat lain yaitu shalat dapat menjaga kesehatan tulang dan persendian.
Jika dikaitkan dengan umat Islam, dapat dilihat bahwa nyaris tidak ada waktu untuk membeiarkan tulang tanpa melakukan kegiatan. Kewajiban Shalat lima waktu dalam sehari semalam meniscayakan mereka menggerakan tulang dan seluruh persendian. Maka dari itu maka aliran listrik dalam persendian tidak akan berhenti atau berkurang sehingga sel-sel yang membentuk dan menguatkan tulang tidak akan berhenti dan dapat menguatkan tulang yang terus diperbaharui.
Butuh waktu sekitar dua jam dalam sehari semalam bagi muslim untuk mendirikan tujuh belas rakaat shalat fardu dan beberapa rakaat shalat sunnah. Tentu saja shalat bukanlah pergerakan tanpa makna dan faedah. Gerakan-gerakan shalat melibatkan seluruh bagiantulang dan persendian. Kewajiban shalat yang dijalankan setiap hari oleh umat Islam sepanjang hidup mereka niscaya dapat menguatkandan menegakkan tulang dan persendian.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Muhammad Walid mengatakan bahwa penyakit yang berhubungan dengan vertebrata lumbalis banyak menyerang orang dewasa karena semakin berkurangnya kelenturan pada tulang belakang serta berkurangnya serat yang membentuk jaringan luar. Ketika berbagai zat yang dibutuhkan tulang itu berkurang, tentu saja kekuatan tulang berkurang sehingga tulang cenderung menjadi rapuh dan keropos. Gerakan yang dibutuhkan untuk menjaga keutuhan serat pembentuk tulang adalah gerakan pada punggung dan lutut.
Dr.Muhammad Walid kemudian mengadakan penelitian terhadap 881 orang dewasa dan mengajukan kepada mereka beberapa pertanyaan, yaitu apakah mereka sedang menderita penyakit tulang atau punya riwayat penyakit tulang, nyeri sendi, atau penyakit lain yang menyerang tulang, dan apakah mereka selalu menderikan shalat, jarang melaksanakannya, ataukah tidak pernah melaksanakannya untuk waktu yang cukup lama.
Hasil penelitian menunjukan 2,6% orang yang terbiasa mendirikan shalat sejak berusia sepuluh tahun ternyata tidak pernah mendapat serangan penyakit tulang atau persendian, sementara 70% diantara mereka yang tidak pernah shalat  ternyata mengalami gangguan tulang dan persendian yang sangat parah.
Gangguan atau kelainan tulang dan persendian disebabkan oleh berkurangnya cairan yang menjaga kelenturan persendian, berkurangnya berbagai zat kimia pembentuk tulang, dan perubahan struktur tulang belakang.
Shalat merupakan latian yang sangat penting untuk menjaga keutuhan cairan didalam sumsum tulang. Cairan yang terdiri atas mineral dan garam-garam penting itu berfungsi sebagai pelumas sehingga tulang-tulang yang tersambung pada persendian bisa bergerak dengan lentur dan fleksible. Peralihan dari diam menuju ruku, kemudian diam lagi, lalu sujud, duduk diantara sujud, lalu sujud kedua, lalu diam dan seterusnya, akan mengeluarkan dan memasukan cairan, dari dan kedalam persendian, gerakan terus-terusan yang dilakukan dalam shalat dapat menjaga keutuhan cairan pelumas dalam persendian sekaligus melenturkan sambungan antar tulang. Jaringan otot yang berada disekitar tulang dan persendianpun akan terjaga kelenturan dan kekuatannya[13].


E.Simpulan
Shalat memiliki peranan besar dalam menyenangkan, menguatkan, melapangkan, dan memuaskan hati. Melalui shalat seseorang dapat merasakan hubungan dan kedekatan dengan Allah, dan merasakan kenikmatan berdzikir kepadaNya, merasa senang bermunajat kepadaNya, berdiri kokoh dihadapanNya serta menggunakan seluruh anggota badan dan potensinya dalam menyembahNya, memberikan hak kepada setiap anggota badan dan potensinya dalam menyembah Allah. Memberikan hak kepada setiap angota tubuh dalam ibadah, menyibukan diri dari bergantung, berentuhan, dan berhubungan dengan makhluk, menarik kekuatan hatinya kepada Tuhan yang telah mencitakan semua ini sebagai obat penawar, sesuatu yang menyenangkan dan nutrisi yang sesuai dengan hati yang sehat. Untuk itu shalat menjadi penolong terbesar dalam mencapai kemaslahatan dunia dan akhirat serta menolak kerusakan di dunia dan di akhirat. Shalat juga dapat mencegah dosa, menolak penyakit-penyakit hati, mengusir penyakit dari badan, menyinari hati, membuat wajah jadi putih, mengaktifkan anggota tubuhdan jiwa, membawa rezeki, menolak kezaliman, menolong orang teraniaya, mencabut syahwat, memelihara nikmat, menolak siksa, menurunkan rahmat, dan mengusir kegundahan.
Jika kegiatan ritual shalat dilaksanakan secara kontinu dan istiqomah dalam sehari-hari semalam sebanyak lima kali ditambah pula dengan shalat-shalat sunnah yang dianjurkan. Sungguh akan dapat menciptakan pribadi-pribadi yang sehat secara mental dan spiritual, terbebas dari segala beban penyakit jiwa.



Disusun oleh: Abdullah Syfaul Qolbi Ahada, Dini H.U., dan Atika Rizky Fadillah
Editor: Tomy Muhlisin Ahmad


[1] Ahsin W. Hafidz, Fikih Kesehatan, (Amzah: Jakarta, 2010, cet.II), hlm.vii.
[2]Fadlolan Musyaffa’ Mu’thi, Shalat di Pesawat dan angkasa, (Syauqi press: Semarang, 2007), hlm.25. Mahir Mnsyur Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah, (Mitra Pustaka: Yogyakarta, 2007), hlm.24.
[3]Mahir Mnsyur Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah, ( ... ), hlm.24-25.
[4]Fadlolan Musyaffa’ Mu’thi, Shalat di Pesawat dan angkasa, ( ... ), hlm.25.
[5]Moh. Sholeh dan Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2005), hlm.172.
[6]. Sholeh dan Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, ( ... ), hlm.174.
[7]Mahir Mnsyur Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah, ( ... ), hlm.30-31.
[8]Mahir Mnsyur Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah, ( ... ), hlm.32.
[9]Mahir Mnsyur Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah, ( ... ), hlm.36.
[10] Samsul Munir Amin,Kenapa Harus Stres,hlm46.
[11]Slamet Riyadi,Aspek Medis dalam Shalat,hlm 154-157.
[12] Moh Sholeh, Agama Sebagai Terapi, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2005, hlm. 263-264.
[13] Slamet Riyadi,Aspek Medis dalam Shalat,hlm162-163.

Tidak ada komentar: