SHALAT DALAM KESEHATAN FISIK DAN MENTAL
A.
PENDAHULUAN
Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber
ilmu pengetahuan dan referensi utama dalam membelah lautan keilmuan telah
menjelaskan berbagai macam ilmu, baik ilmu pengetahuan agama maupun umum.
Rumusan dasar yang tertulis dalam dua sumber tersebut banyak menjelaskan
tentang ketauhidan, gambaran hari akhir, akhlak, sejarah dan kisah, dan juga
ibadah.
Manusia khususnya umat Islam pasti
melakukan aktifitas fisik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari ditambah
menjalankan perintah-perintah Allah SWT sebagai kewajiban seorang hamba untuk
mendekatkan diri atau beribadah, seperti berpuasa, berdzikir, tadarus al-Qur’an,
shalat, dan sebagainya. Makalah ini menjadikan shalat sebagai pokok bahasan di
dalamnya, dengan tidak hanya membahas aspek ibadah ritualnya saja, namun aspek
lain yang juga masih berkaitan dengan shalat, seperti kesehatan, dan psikis
manusia setelah melakukan shalat.
Islam tidak hanya memandang satu
aspek kebahagiaan saja, namun Islam memandang dua aspek kebahagiaan, yaitu
kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.Jika Islam mensyariatkan
umatnya untuk mendirikan shalat, maka bukan hanya kebahagiaan akhirat saja yang
mereka dapatkan, namun juga mendapat kebahagiaan dunia, seperti kesehatan tubuh
dikarenakan pergerakan tubuh saat shalat, dan ketenangan jiwa dikarenakan saat
shalat adalah saat dimana seorang hamba bermunajat dengan Sang Pencipta Allah
SWT.Tidak diragukan lagi bahwa taklif dalam ajaran Islam diorientasikan untuk
mencapai kebahagiaan dan kemaslahatan hidup di duina maupun di akhirat.[1]
B.
Shalat dalam Pandangan Agama
1. Pengertian
Shalat
Secara etimologi, kata shalat bermakna doa atas kebaikan. Menurut
pendapat lain asal kata shalat bermakna pengagungan (ta’dzim). Bisa juga
bermakna ibadah yang dikhususkan. Karena di dalamnya terdapat pengangungan
terhadap Allah SWT.[2]
Seperti dalam Firman Allah Ta’ala: “Dan mendoalah untuk mereka” (QS.
At-Taubah: 103). Yakni berdoalah dan beristighfarlah untuk mereka.
Shalat dinamakan shalat (yang berarti doa) adalah karena ia
mengandung doa. Inilah pendapat yang benar dan dipegangi oleh mayoritas ahli
bahasa dan kelompok lainnya dari kalangan ulama peneliti.[3]
Secara terminologi syara (Jumhur Ulama) sahalat berarti ucapan dan
perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam,
sesuai dengan syarat-syarat tertentu.[4]
Takbir pembukaan shalat itu
dinamakan (takbirat al-ihram), yang mengandung arti “takbir yang
mengharamkan” yakni, mengharamkan segala tindakan dan tingkah laku yang tidak
ada kaitannya dengan shalat sebagai peristiwa menghadap Tuhan. Takbir pembukaan
itu seakan suatu pernyataan formal seseorang membuka hubungan diri dengan Tuhan
(hablum minallah), dan mengharamkan atau memutuskan diri dari semua
bentuk hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Disinilah makna
intrisik shalat diisyaratkan dalam arti simbolik takbir pembukaan itu, yang
melambangkan hubungan dengan Allah dan menghambakan diri kepada-Nya. Sikap
menghadap Allah itu kemudian dianjurkan untuk dikukuhkan dengan membaca doa
pembukaan (du’a al iftitah)[5]
Sedangkan shalat dapat dipandang sebagai sarana untuk mencapai sesuatu di luar dirinya sendiri, sebagai sarana pendidikan kearah
nilai-nilai luhur. Dapat
dilihat ketika seseorang menjalankan shalat dhuhur misalnya, maka seseorang
tersebut harus menjalankan sebanyak 4 rakaat, tidak boleh dikurangi (kecuali
bila berpergia bisa di qashar). Maka ketika itu seseorang harus berjiwa jujur
terhadap dirinya bahwa dia menjalankan shalat empat rakaat dan tidak boleh
mencuri rakaat. Disinilah berarti telah mendidik seseorang untuk memiliki sifat
jujur.
Begitulah dalam shalat ada semacam aturan yang perlu dipatuhi guna
mencapai kesempurnaan. Kita tidak bisa melakukan shalat dari tasyahud terlebih
dahulu baru kemudian berdiri untuk membaca doa iftitah. Bila hal ini
dikerjakan, berarti shalatnya tidak sah, hanya akan sia-sia, sebab tidak
mengikuti aturan-aturan shalat. Semua ini menjadi semakin jelas bagi kita,
bahwa shalat mempunyai peranan penting dalam mendidik dan menanamkan jiwa-jiwa
yang taat pada aturan untuk kemudian mereka terapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.[6]
2. Dasar
Hukum Wajibnya Shalat
a. Dalil
dari Al-Qur’an
Shalat hukumnya wajib atas setiap muslim laki-laki maupun perempuan
lima kali sehari semalam. Berikut ini dalil al-Qur’an yang mewajibkan shalat:
An-Nur: 56
Dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi
rahmat. (24:56)
Al-Baqarah: 43
Dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' (2:43).
Yang dimaksud
Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada
perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.
Al-An’am:72
Dan agar
mendirikan sembahyang serta bertakwa kepadaNya". dan Dialah Tuhan yang
kepadaNyalah kamu akan dihimpunkan. (6:72)
Qs. An-Nisa’:
103
Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. (4:103)
Dan masih
banyak ayat lain yang juga menerangkan kewajiban mendirikan shalat.
b. Dalil
dari as-Sunnah
Menerangkan tentang kewajiban mendirikan shalat
di antaranya:
عَن عَبْدِ اللهِ بنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ
ص.م.قَالَ: بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَاإِلهَ إِلَّا
اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الْصَلَاةِ، وَ إِيْتَاءِ
الزَّكَاةِ، وَ الْحَجِ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra,
dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Islam dibangun atas lima fondasi: (1)
Persaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
(2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) haji, dan (5) puasa Ramadhan.”
(Muttafaq ‘alaih).
Dari Anas
bin Malik dari Nabi SAW beliau bersabda: “Allah mewajibkan lima puluh
shalat atas umatku, lalu aku kembali dan berpesan dengan Musa. Ia bertanya,
‘apa yang diwajibkan Allah atas umatmu?’ Aku menjawab, ‘Dia mewajibkan lima
puluh shalat.’ Musa berkata, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu! Umatmu tidak akan
sanggup mengerjakannya... hingga sabdanya... Allah berfirman, ‘Dia lima kali
dengan pahala sama dengan lima puluh kali. keputusanku ini tidak akan perbah
diganti...” dan seterusnya... (Muttafaq ‘alaih).
c. Dalil
dari Ijma’
Umat
Islam telah bersepakat atas wajibnya shalat lima waktu sehari semalam.
Berdasarkan
uraian di atas maka shalat adalah salah satu rukun Islam yang lima dan ia wajib
berdasarkan al-Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’ umat Islam. Dengan demikian, ia
menjadi salah satu hal yang diketahui dari agama secara otomatis.[7]
3. Urgensi
Shalat dan Kedudukannya dalam Islam
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَاإِلهَ إِلَّا
اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الْصَلَاةِ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ،
وَ الْحَجِ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ.
"Islam
dibangun atas lima fondasi: (1) Persaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat,
(4) haji, dan (5) puasa Ramadhan.” (Muttafaq ‘alaih).
Dari
beberapa dasar dibangunnya Islam yang telah disebutkan dalam hadits di atas,
salah satu diantaranya adalah shalat. Sebagai rukun Islam kedua setelah
syahadat, mendirikan shalat adalah kunci seluruh kebaikan dimana saat shalat
adalah saat seorang hamba bermunajat dengan Tuhannya, yang mengingatkan
kehambaannya kepada Sang Pencipta.
Al-Qur’an
dan hadits telah mengatur semuanya tentang shalat. Baik tatacara,
bacaan-bacaan, kekhusyukan, bahkan keutamaan-keutamaan shalat, sehingga umat
Islam dapat menjalankannya sesuai tuntunan syari’at.
Berikut
ini beberapa hal yang menjelaskan urgensi shalat dan kedudukannya dalam Islam[8]:
a. Perintah
Allah untuk mendirikannya dan memeliharanya.
Dalil-dalil
yang menerangkan tentang perintah untuk mendirikan dan menjaga shalat diantaranya
adalah:
Peliharalah
semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah
(dalam shalatmu) dengan khusyu'. (2:238)
Shalat
wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang
berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar.
menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu
dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Selain
dalil tersebut, masih banyak lagi dalil yang menerangkan tentang perintah untuk
mendirikan dan menjaga shalat dalam al-Qur’an dan yang telah disampaikan pada
materi sebelumnya.
b. Kewajiban
shalat atas para nabi dan rasul terdahulu
Tidak
hanya umat Rasulullah saja yang tenyata mendapat perintah shalat, namun nabi
dan rasul terdahulu juga mendapat perintah untuk shalat. Inilah keagungan dan
keistimewaan shalat terhadap amalan-amalan yang lain.
Contoh nabi dan
rasul yang juga menerima kewajiban shalat yaitu nabi Musa. Allah SWT telah
berbicara langsung kepada Musa as tanpa penerjemah:
Sesungguhnya
aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku. (QS.
Thaahaa/20:14)
Dari contoh di atas, dapat
disimpulkan bahwa shalat mempunyai keisimewaan tersendiri dari amalan-amalan
yang lain. Sebab, Allah SWT dalam firmanNya tidak menyampaikan perkara-perkara
fardhu lainnya selain shalat.
c. Urgensi Shalat dan Manfaatnya[9]
1) Al-Qur’an
menyifati orang-orang yang bertakwa dengan mendirikan shalat.
Alif laam
miin(1) Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa(2), (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka(3). (Al-Baqarah:1-3)
Mendirikan
shalat yang dimaksud ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi
syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang
batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
2) Al-Qur’an
menjadikan khusyuk di dalamnya termasuk salah satu sifat orang beriman
Salah
satu sifat orang yang beriman yang dijamin keberuntungannya oleh Allah SWT
adalah yang khusyuk dalam shalatnya.
Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman(1) (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya(2) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna(3).
(Al-Mu’minun/23: 1-3)
3) Shalat
merupakan salah satu amalan yang paling dicintai Allah SWT
Sebagaimana
hadits nabi: Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, ia berkata, “Aku bertanya kepada
Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah, amalan apa yang paling utama?’ Beliau
menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ Aku bertanya, ‘Lalu apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti
kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya, ‘Lalu apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di
jalan Allah.’ Kemudian aku diam. Andaikata aku bertanya lebih banyak lagi tentu
beliau akan menjawabnya.” (Muttafaq ‘alaih)
4) Shalat
adalah wasiat terakhir Nabi SAW
Dari Ummu
Salamah r.a, dari Nabi SAW, “Nabi SAW dalam sakit yang menyebabkan kematiannya berwasiat,
‘Shalat dan budak-budakmu’ dan beliau terus mengucapakannya hingga lidahnya
tidak mampu mengucapkannya.”
5) Shalat
mencegah perbuatan keji dan mungkar
Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut/29: 45)
6) Shalat
merupakan tiang agama
Dalam hadits
Mu’adz bin Jabal disebutkan
“Maukah kamu
aku beritahu pokok semua urusan, tiangnya, dan puncaknya?” Aku menjawab, “Tentu
ya Rasulullah!” Rasulullah SAW bersabda, “Pokok semua urusan adalah Islam,
tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad....”
7) Shalat
adalah sarana Allah menghapus kesalahan dan mengampuni dosa
Dari Abu
Hurairah r.a, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Jika sebuah suangai ada di
pintu salah satu dari kalian lalu ia mandi di sana lima kali setiap hari, apa
mungkin ia masih saja menyisakan sedikit saja kotorannya?” Para sahabat
menjawab, “Tidak, ia sedikit pun tidak menyisakan kotorannya.” Rasulullah SAW
menjelaskan, “Itu adalah perumpamaan shalat lima waktu. Allah menjadikannya
sarana menghapus kesalahan.” (Muttafaq
‘alaih)
8) Wajibnya
shalat dalam semua keadaan.
Shalat
mempunyai keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah
mahdlah lainnya. Seperti yang telah dijelaskan dalam materi sebelumnya. Selain
itu shalat adalah ibadah yang diwajibkan dalam semua keadaan, sedang ibadah
yang lainnya hanya terbatas pada waktu tertentu. Seperti puasa yang hanya
dilakukan setahun sekali selama satu bulan di bulan Ramadhan saja, zakat
diwajibkan hanya untuk mereka yang berkewajiban menunaikan zakat, dan haji
hanya diwajibkan untuk mereka yang mampu mengerjakannya.
Dapat
disimpulkan bahwa urgensi shalat dan kedudukannya dalam Islam sangatlah
penting. Karena shalat dapat menyejukkan hati atau bisa dikatakan menjadikan
hati lebih tenang setelah mendirikan shalat, kekhusyukan saat shalat dapat
mencegah keji dan mungkar, menghilangkan kesedihan dan kedukaan, sebagai
sandaran saat datangnya musibah, serta cara bersyukur saat mendapat kenikmatan.
C.
Kajian
shalat berdasarkan IPTEK
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam,
hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang orang berilmu
dalam posisi tinggi dan mulia, di samping juga hadits-hadits Nabi yang telah
banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Islam pun tidak pernah mendikotomikan ilmu
pengetahuan dan agama, karena dalam inti konsep ke-Islam-an ilmu pengetahuan
dan agama harus dipahami secara totalitas dan integral karena satu sama lain
saling berkaitan.
Seperti yang
akan penulis paparkan dalam makalah ini mengenai pentingnya keterpaduan antara
agama dengan ilmu pengetahuan secara ilmiah akademis sehingga terkesan tidak
ada dikotomi ilmu yang real signifikan dalam Islam. Namun sebelum melangkah pada keterpaduan agama dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terlebih dahulu kita pahami aspek ilmu
pengetahuannya.
Shalat yang biasa kita lakukan sebagai ibadah wajib bukan hanya
memberikan pahala saja bagi orang yang telah menunaikannya, namun para peneliti
mengatakan bahwa shalat dapat menjadikan seseorang lebih tenang dan lebih sejuk
hatinya, terlebih mereka yang mempunyai masalah dan tanggungan pikiran yang
bisa mengakibatkan stres.
1.
Pengertian
stres
Istilah stres bukanlah istilah yang asing bagi manusia, dalam
kehidupan sehari-hari sering kita mendengar istilah ini. Sebenarnya istilah
stres bukan berasal dari psikologi maupun fisiologi melainkan dari fisika.
Istilah ini pertama kali digunakan pada hewan dan manusia pada tahun 1930-an.
Ketika itu, para ilmuwan penganut paham evolusi menunjukkan bahwa pada masa
lalu, dalam situasi tertentu yang mengancam, dapat menyebabkan gerakan tubuh
tertentu. Lingkungan sekitar atau bahaya dapat menyebabkan tubuh menanggapi
dengan “lawan atau lari”. Reaksi
tubuh ini merupakan indikasi adanya stres dalam diri seseorang[10].
Dapat diartikan bahwa stres secara umum adalah kondisi seseorang
dengan rasa tegang dan cemas, takut dan khawatir yang disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan manusia yang disertai dengan
ketegangan emosional dan mempunyai pengaruh terhadap kondisi fisik maupun
psikis (mental) seseorang.
Selain manfaat shalat di atas, manfaat lain yaitu shalat dapat
menjaga kesehatan tulang dan persendian.
Tulang manusia melawati dua tahapan yang terus datang bergantian,
yaitu tahap pembentukan dan tahap pengroposan yang diikuti pembentukan sel
tulang baru. Ketika manusia berada dalam tahap pertumbuhan, tahap yang paling
dominan adalah tahap pebentukan sehingga tulangnya menjadi lebih panang dan
lebih kuat. Setelah memasuki periode dewasa, tulang-tulang yang menegakkan
tubuh memasuki tahap pengroposan. Berbagai zat dan materi yang memebentuk
tulang mulai berkurang sedikit demi sedikit sehingga tulang menjadi lebih mudah
retak dan patah. Tulang punggung semakin hari semakin melengkung karena
berbagai zat yang membentuknya mulai berkurang sementara ia tetap harus menahan
berat tubuh.
Tulang merupakan organ kaku dan keras yang
membentuk bagian endosekeleton semua makhluk bertulang belakang, Tulang
berfungsi menggerakan, mendukung, dan melindungi berbagai organ tubuh,
mereproduksi sel darah merah dan darah putih dan menyimpan berbagai meneral.
Tulang manusia terdiri atas beragam bentuk dan ukuran yang masing-masing memiliki struktur internal dan eksternal yang
sangat rumit. Meskipun ringan, tulang bersifat kuat dan keras untuk menjalankan
fungsinya. Pada tubuh manusia dewasa terdapat sekitar 206 ruas tulang,
sementara pada tubuh anak-anak terdapat 270 ruas tulang.
Tulang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
beberapa mineral yang penting untuk tubuh, yang paling utama diantaranya adalah
kalsium dan fosfor. Tulang juga menyimpang faktor pertumbuhan sepeerti faktor
insulin, protein morfogensi, dan mineral lain. Tulang juga menjadi tempat
penyimpanan lemak, tepatnya di dalam sumsum tulang yang berwarna kuning. Secara
lebih khusus, sumsum tulang menyimpan asam lemak. Fungsi tulang lainnya adalah
membentuk menyeimbangkan kadar asam dalam darah. Tulang membantu darah untuk
melawan perubah Ph berlebihan dengan menyerap atau melepaskan garam-garam
alkalin.
Jaringan tulang juga berfungsi sebagai
perangkat detoksifikasi atau pengeluaran racun dari dalam tubuh sehingga tidak
merusak jaringan tubuh lainnya. Toksin yang mengendap dalam darah itu kemudian
dikeluarkan melalui proses sekresi. Sebagai organ endikrin, tulang
mengendalikan metabolisme fsofat dengan mengeluarkan serat pertumbuhan faktor
-23 (FGF -23), yang mempengaruhi ginjal untuk mengurangi penyerapan fosfat.
Sel-sel tulang juga melepaskan hormonyang disebut osteokalsin yang mempengaruhi
penyimpanan glukosa dan lemak.
Hormon osteokalsin meningkatkan sekresi
dan kepekaan insulin sehingga jumlah sel penghasil insulin meningkat pesat dan
menguragi cadangan lemak. Jaringan utama tulang, yaitu osseous (tulang),
merupakan jaringan komposit material yang keras dan ringan, terbentuk dari
kalsium fosfat. Kendati demikian, tulang memiliki tingkat kelenturan tertentu
karena kandungan kolagen di dalamnya. Setiap tulang tersusun dari sel yang
masih hidup dan sel yang sudah masti.
Secara umum, tulang manusia memiliki
kekuatan mencengkram dan menahan. Kekuatan itu dapat dilatih dengan senantiasa
menggerakan otot-otot tubuh yang meliputi semua bagian tulang. Penelitian
mukhtahir menunjukan bahwa di dalam tulang terdapat aliran listrik dua kutub
yang mempengaruhi proses distribusi tugas dan kerja semua sel penyusun tualang.
Sel-sel itu itu ada yang bertugas melancarkan proses anabolisme dan ada pula
yag melancarkan proses proses katabolisme. Serangkaian peneliti terbaru menunjukkan
bahwa ketika manusia dalam keadaan jamud dan istirahat, aliran listrik dalam
tulang berkurang yang erdampak pada kekurangannya berbagai zat pembentuk
tulang, Akibatnya tulng menjadi lebih rapuh dan keropos.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
jika tubuh teralalu banyak diam untuk jangka waktu yang lama akan menyebabkan
kejumudan pada tulang, Sebab, ketiadaan gerakan tulang pesendian dapat
meningkatkan kerja sel katabolis dan melemahkan sel anabolis sebagai akibat
berkurangnya zat-zat pembentuk tulang[11].
D.
Menilik Shalat dalam Kesehatan Fisik dan Mental
Dari keterangan-keterangan yang telah didapat dalam point
sebelumya, dan telah disebutkan pula mengenai manfaat-manfaat shalat untuk
ketenangan jiwa dan kesehatan tubuh, maka berikut adalah keterpaduan antara
agama dan IPTEK tentang shalat.
Dalam literatur Islam akan kita dapatkan beberapa solusi atau
terapi terhadap gangguan kesehatan jiwa terutama stres, yang merupakan embrio
(sumber utama) munculnya berbagai gangguan kesehatan fisik (jasmani) dan psikis
(ruhani) seseorang. Tentang hal ini, Islam menawarkan beberapa cara atau jalan
untuk menangani dan mengobati stres yang menimpa seseorang.
Islam telah memberikan jalan keluar atau solusi yang sangat tepat,
yakin dengan mnjadikan shalat sebgai penolong pertahanan diri terhadap segala
bentuk ujian dan cobaan yang seringkali menghampiri kehidupan manusia. Allah
berfiman dalam surah Al-Baqarah ayat 45 yang artinya Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.
Selain shalat memiliki dimensi ibadah yang sangat tinggi nilainya,
shalat juga memiliki dmpak positif bagi sisi kejiwaan (psikis) seseorang.
Didalam ritual ibadah shalat juga terkandung perinsip yang selaras dengan upaya
pencegahan (preventif) dan penyembuhan (terapi) terhadap gangguan kesehatan
jiwa(stres). Beberapa faktor pemicu tumbuhnya stres yakni:
Pertama, karena adanya persalahan bersalah,
yang disebabkan melakukan dosa besar dan maksiat. Rasa bersalah itulah yang
kemudian menimbulkan saraf pada otak, kemudian menjadi tegang, karena
ketegangan tersebut seseorang mengalami namanya tekanan jwa dalam diri, yang
kemudian disebut stres. Solusi yang paling tepat untuk menyembuhkan ini adalah
shalat, kerena dengan shalat dapat memberantas dan menghapus penyebab utama
dari adanya perasaaan bersalah, yakni perbuatan makasiat (keji dan mngkar),
sholat dapat merefleksi pikiran agar lebih tenang, dan mengurangi ketegagan
syaraf.
Kedua, orang yang mengalami stres pada
umumnya akan menunjukan indikasi mudah marah tanpa sebab, selalu gelisah, cemas
yang berlebihan, cenderung untuk berlaku buruk (maksiat), otot terasa tegang
dan tidak rileks. Shalat adalah pencegah dan penyembuhan terhadap gangguan
kejiwaan tersebut.
1. Di antara syarat
dan rukun shalat adalah suci dari hadats dan najis yang dapat dilakukan dengan
berwudhu atau tayamum atau mandi besar. Dalam sebuah riwayat diktakan bahwa
Nabi pernah menyatakan bahwa wudlu merupakan terapi terhadap kemarahan. Marah
adalah luapan api neraka yang diembuskan setan kedalam jiwa dan hati manusia,
kemarahan juga terbakar, darah yang mendidih, dan emosi yang tinggi sebab rasa
marah akan mereda dengan sentuhan air yang sejuk dan dingin.
2. Manakala
rasa marah dan jengkel sudah sedikit mereda dengan berwudlu, maka dilanjutkan
dengan mendirikan shalat, yang dimulai dengan takbiratul ikhram. Pada saat inilah seseorang benar-benar dituntut
untuk menunjukkan hatinya kepada Allah, berserah diri kepadaNya, mengosongkan
pikiran dan hatinya dari kepentingan dan urusan duniawi. Hal ini akan
menciptakan perasaan tenang dan damai, menghapuskan perasaan gelisah dan
ketegangan-ketegangan pikiran, emosional yang ditimbulkan oleh berbagai
permasalahan kehidupan. Sementara dengan gerakan-gerakan shalat, berdiri, ruku’
dan sujud yang berulang-ulang akan menjadikan otot-otot yang kaku dan tegang
menjadi rileks dan nornal kembali.
Ketiga, shalat adalah komunikasi
vertikal antara seseorang hamba dengan Tuhannya. Dan sebagaimana tersirat dalam
hadits Rasulullah.
Allah berfirman:”Aku bagi shalat di antara-Ku dan Hamba-Ku menjadi
dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang nereka minta”. Apabila hamba-Ku
memuji-Ku”. Dan apabila HambaKu berkata”Arrahmanirrahim”. Allah menjawab.”HambaKu
menyanjungKu dan apabila hambaKu berkata “Maliki Yaumiddin” Allah menjawab
“Hambaku memuliakan-Ku, bagi hambaku apa yang dia minta”. Dan apabila hambaKu
berkata .”Dan apabila hambaKu berkata”.ihdinas shiratal mustaqim, shiratal
ladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim walladalin “. Allah
menjawab”. Ini semua untuk hambaKu dan bagi hambaKu apa yang ia minta.
Di dalam ritual shalat juga syrat
dengan doa-doa, dari doa mohon keselamatan dunia dan akhirat, doa permohonan
ampunan, doa mohon ditambah rezeki, doa dijauhkan dari fitnah, siksa neraka dan
lain sebagainya. Lebih dari itu, didalamnya juga terdapat, bacaan-bacaan dzikir
yang sangat baik dan utama, seperti bacaan tasbih (dalam sujud dan ruku’), tahmid, takbir dan lain sebagainya. Dzikir
dan doa yang terkandung dalam shalat akan dapat mengatarkan seseorang pada
kedekatan dan pengenalan terhadap Allah. Kedekatan inilah yang akan memunculkan
energi ruhaniah yang sangat besar, yang sangat bermanfaat bagi seseorang untuk
menyembuhkan segala bentuk gangguan kesehatan jiwa.
Keempat, jika seseorang sedang
dilanda kebingungan untuk menentukan satu pilihan di antara dua pilihan yang
penting, maka shalat sunnah istikharah adalah jalan keluarnya, Shalat
istikharah adalah shalat sunnah yang dianjurkan ketika seserang dilanda
kebingungan dan kegelisahan untuk menetukan suatu pilihan atau keputusan. Nabi
bersabda: Apabila seseorang mengalami
kebingungan tentang sesuatu, maka hendaklah ia melakukan shalat dua rakaat
selain shalat fardhu. Dengan kata lain, shalat sunnah istikharah adalah
solusi yang tepat untuk menghilangkan kebimbangan dan kebigungan terhadap
sesuatu.
Manakala seseorag dalam kondisi
ketakutan pada kegagalan, dan kegelisahan dalam menatap masa depan maka sahalat
hajat adalah jalan keluarnya (solusinya). Dalam hal ini Nabi bersabda: Barang siapa yang mempunyai kebuthan atau
keinginan baik dari Allah atau dari manusia ia besegera berwudhu kemudian
shalat dua rakaat.
Shalat sunnah Hajat merupakan sarana
yang sangat tepat bagi seseorang untuk menyampaikan harapan dan cita-citanya
kepada Allah. Dan sesungguhnya Allah tuhan yang maha mengabulkan doa
orang-orang yang berdoa kepadaNya.
Ketika kita sedang di rundung
kesedihan, kegalauan maka Islam memerintahkan untuk ber-taqarub kepada Allah, mengadukan segala beban dan kesedihan,
menyampaikan permasalahan yang sedang dihadapi kepada Tuhan semesta alam
(melalui shalat: shalat Tahajud). Dalam suasana yang hening, sejuk, dan
menyegarkan pada malam hari sehingga seseorang akan khusu’ dalam upaya untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Shalat Tahajud merupakan sarana yang
paling tepat untuk ber-Taqarub kepada
Allah, mengasah serta membersihkan jiwa dari rasa gelisah dan ketakutan.
Rasulullah Saw bersabda, “Shalat
sunah yang utama setelah shalat fardhu adalah shalat tahajjud.” (Abu
Dawud). Sebuah hadits meriwayatkan pula bahwa Rasulullah Saw, tidak pernah
meninggalkan shalat tahajjud hingga Rasul wafat. Dalam Al-Qur’an surat 73; ayat
1-3, Allah telah menyuruh pada orang-orang yang berselimut, bangun di malam
hari untuk melakukan shalat tahajjud. Karena di samping mempunyai makna sebagai
ibadah tambahan, shalat tahajjud dapat menghapuskan dosa, mendatangkan
ketenangan, dan menghindarkan dari penyakit (H.R. Turmudzi), (Al-Sijistani).
Sebuah penelitian membuktikan bahwa
ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko
terkena penyakit jantung, juga meningkatkan usia harapan Selanjutnya, shalat
tahajjud juga mengandung aspek meditasi dan relaksasi yang berguna sebagai coping
mechanism, pereda stres. Fakta ini merupakan masalah penelitian, mengingat
mekanisme shalat tahajjud yang dapat meningkatkan respon ketahanan tubuh imunologik
pada stres dan penyakit kronis lain belum terungkap secara jelas.
Sehingga hal ini seolah menjadi suatu pemantik bagi Dr. Moh Sholeh
dan Imam Musbikin dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait mekanisme
fakta-fakta tersebut, yang akhirnya dituangkan dalam bukunya. Rancangan tahap
dari penelitian pembuktian yang digali antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tahap
pertama, menyeleksi sampel dengan
kriteria inklusi dan ekslusi. Ada dua teknik yang digunakan dalam
penyeleksian ini, yaitu teknik kuesioner dan pemeriksaan laboratorik.
2. Tahap
kedua, pengkondisian. Pada tahap ini sampel yang memenuhi syarat dikondisionalkan
selama 4 minggu dengan cara sampel ditraining tentang cara shalat tahajjud
tanpa harus dipraktekkan. Pelaksanaannya dibantu oleh ketua pondok pesantren
Hidayatullah Surabaya, tempat di Aula pondok pesantren Hidayatullah Surabaya.
3. Tahap
ketiga, pengambilan darah variabel penelitian dilakukan sebanyak tiga kali,
yaitu: (1) pada akhir tahap pengkondisian dan sebelum sampel menjalankan shalat
tahajjud selama empat minggu. (2) Setelah sampel menjalankan shalat tahajjud
selama empat minggu, dan (3) Setelah sampel menjalankan shalat tahajjud selama
delapan minggu. Pengambilan darah dibantu oleh tenaga Paramedis praktek Dr. H.
Kabat dr, SpP. Tempat di pondok pesantren Hidayatullah Surabaya, hari minggu,
jam 07.00-10.00 WIB.
4. Tahap
keempat, analisis data. Analisis data laboratorik dilakukan di Laboratorium
Pramita, Prodia Klinika, Surabaya. Analisis data statistik dibantu oleh tenaga
ahli statistik dari Institut Teknologi Sepuluh November.(ITS) Surabaya.
Kemudian dilanjutkan dengan penulisan laporan hasil penelitian.
Setelah melalui rangkaian dari
beberapa tahap penelitian di atas, peneliti akhirnya tercengang mendapati
kebenaran dari hasil penelitian tersebut, yang membuktikan bahwa shalat
tahajjud berpengaruh terhadap peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik.
Meskipun disadari kebenaran ilmiah bersifat relatif, namun dengan meyakini
wahyu yang bersifat absolut, maka peneliti optimis bahwa hasil penelitian ini
membuktikan akan kebenaran wahyu baik yang tertuang dalam Al-Qur’an maupun
hadits. Sekaligus juga untuk memberikan bahan renungan kepada sinyalemen yang
berpendapat bahwa kebenaran agama mustahil dibuktikan secara ilmiah, ternyata
hasil penelitian ini pun cukup memberikan kejelasan terkait adanya dua fenomena
perbedaan hasil yang dicapai oleh dua kelompok orang setelah menjalankan shalat
tahajjud, yaitu:
1. Bagi
kelompok yang memperoleh manfaat kesehatan setelah menjalankan shalat tahajjud,
mungkin dalam mengamalkan shalat tahajjud disertai dengan niat yang tulus
ikhlas, khusyu’, kontinu dan tepat. Shalat tahajjud yang dilakukan dengan
memenuhi syarat demikian, menurut hasil penelitian ini dapat menumbuhkan
respons emosional positif dan coping yang efektif. Hal tersebut dapat
mengendalikan sekresi kortisol secara berlebihan yang disebabkan oleh adrenal
korteks, dan terkendalinya sekresi kortisol secara berlebihan subyek
akan terhindar dari stres dan akan memperbaiki sistem imun. Baiknya sistem imun
subyek akan terhindar dari infeksi dan kanker.
2. Sebaliknya
bagi kelompok yang tidak memperoleh manfaat kesehatan, bahkan mengeluh
kesakitan, pusing-pusing susah tidur setelah menjalankan shalat tahajjud,
sangat mungkin oleh karena dalam menjalankan shalat tahajjud tidak disertai
dengan niat yang ikhlas, tidak khusyu’, tidak tepat, dan tidak kontinu. Sehingga
shalatnya itu menjadi beban yang menyebabkan subyek terpaksa gagal beradaptasi.
Dalam kondisi reaksi emosional yang negatif ini, sekresi kortisol akan
tinggi, dengan kata lain bahwa shalat tahajjudnya mendatangkan stres. Keadaan
sedemikian rupa akhirnya akan menyebabkan sistem daya tahan tubuh menurun
karena tidak terinduksinya imunoglobulin, dan menurunnya daya tahan
tubuh akan menyebabkan seseorang rentan terkena infeksi juga kanker. [12]
Selain manfaat shalat di atas,
manfaat lain yaitu shalat dapat menjaga kesehatan tulang dan persendian.
Jika dikaitkan dengan umat Islam,
dapat dilihat bahwa nyaris tidak ada waktu untuk membeiarkan tulang tanpa
melakukan kegiatan. Kewajiban Shalat lima waktu dalam sehari semalam
meniscayakan mereka menggerakan tulang dan seluruh persendian. Maka dari itu
maka aliran listrik dalam persendian tidak akan berhenti atau berkurang
sehingga sel-sel yang membentuk dan menguatkan tulang tidak akan berhenti dan
dapat menguatkan tulang yang terus diperbaharui.
Butuh waktu sekitar dua jam dalam
sehari semalam bagi muslim untuk mendirikan tujuh belas rakaat shalat fardu dan
beberapa rakaat shalat sunnah. Tentu saja shalat bukanlah pergerakan tanpa
makna dan faedah. Gerakan-gerakan shalat melibatkan seluruh bagiantulang dan
persendian. Kewajiban shalat yang dijalankan setiap hari oleh umat Islam
sepanjang hidup mereka niscaya dapat menguatkandan menegakkan tulang dan
persendian.
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Dr. Muhammad Walid mengatakan bahwa penyakit yang berhubungan dengan vertebrata
lumbalis banyak menyerang orang dewasa karena semakin berkurangnya kelenturan
pada tulang belakang serta berkurangnya serat yang membentuk jaringan luar.
Ketika berbagai zat yang dibutuhkan tulang itu berkurang, tentu saja kekuatan
tulang berkurang sehingga tulang cenderung menjadi rapuh dan keropos. Gerakan
yang dibutuhkan untuk menjaga keutuhan serat pembentuk tulang adalah gerakan
pada punggung dan lutut.
Dr.Muhammad Walid kemudian
mengadakan penelitian terhadap 881 orang dewasa dan mengajukan kepada mereka
beberapa pertanyaan, yaitu apakah mereka sedang menderita penyakit tulang atau
punya riwayat penyakit tulang, nyeri sendi, atau penyakit lain yang menyerang
tulang, dan apakah mereka selalu menderikan shalat, jarang melaksanakannya,
ataukah tidak pernah melaksanakannya untuk waktu yang cukup lama.
Hasil penelitian menunjukan 2,6%
orang yang terbiasa mendirikan shalat sejak berusia sepuluh tahun ternyata
tidak pernah mendapat serangan penyakit tulang atau persendian, sementara 70%
diantara mereka yang tidak pernah shalat
ternyata mengalami gangguan tulang dan persendian yang sangat parah.
Gangguan atau kelainan tulang dan
persendian disebabkan oleh berkurangnya cairan yang menjaga kelenturan
persendian, berkurangnya berbagai zat kimia pembentuk tulang, dan perubahan
struktur tulang belakang.
Shalat merupakan latian yang sangat
penting untuk menjaga keutuhan cairan didalam sumsum tulang. Cairan yang
terdiri atas mineral dan garam-garam penting itu berfungsi sebagai pelumas
sehingga tulang-tulang yang tersambung pada persendian bisa bergerak dengan
lentur dan fleksible. Peralihan dari diam menuju ruku, kemudian diam lagi, lalu
sujud, duduk diantara sujud, lalu sujud kedua, lalu diam dan seterusnya, akan
mengeluarkan dan memasukan cairan, dari dan kedalam persendian, gerakan
terus-terusan yang dilakukan dalam shalat dapat menjaga keutuhan cairan pelumas
dalam persendian sekaligus melenturkan sambungan antar tulang. Jaringan otot
yang berada disekitar tulang dan persendianpun akan terjaga kelenturan dan
kekuatannya[13].
E.Simpulan
Shalat memiliki peranan besar dalam
menyenangkan, menguatkan, melapangkan, dan memuaskan hati. Melalui shalat
seseorang dapat merasakan hubungan dan kedekatan dengan Allah, dan merasakan
kenikmatan berdzikir kepadaNya, merasa senang bermunajat kepadaNya, berdiri
kokoh dihadapanNya serta menggunakan seluruh anggota badan dan potensinya dalam
menyembahNya, memberikan hak kepada setiap anggota badan dan potensinya dalam
menyembah Allah. Memberikan hak kepada setiap angota tubuh dalam ibadah,
menyibukan diri dari bergantung, berentuhan, dan berhubungan dengan makhluk,
menarik kekuatan hatinya kepada Tuhan yang telah mencitakan semua ini sebagai
obat penawar, sesuatu yang menyenangkan dan nutrisi yang sesuai dengan hati
yang sehat. Untuk itu shalat menjadi penolong terbesar dalam mencapai
kemaslahatan dunia dan akhirat serta menolak kerusakan di dunia dan di akhirat.
Shalat juga dapat mencegah dosa, menolak penyakit-penyakit hati, mengusir
penyakit dari badan, menyinari hati, membuat wajah jadi putih, mengaktifkan
anggota tubuhdan jiwa, membawa rezeki, menolak kezaliman, menolong orang
teraniaya, mencabut syahwat, memelihara nikmat, menolak siksa, menurunkan
rahmat, dan mengusir kegundahan.
Jika kegiatan ritual shalat
dilaksanakan secara kontinu dan istiqomah dalam sehari-hari semalam sebanyak
lima kali ditambah pula dengan shalat-shalat sunnah yang dianjurkan. Sungguh
akan dapat menciptakan pribadi-pribadi yang sehat secara mental dan spiritual,
terbebas dari segala beban penyakit jiwa.
Disusun oleh: Abdullah Syfaul Qolbi Ahada, Dini H.U., dan Atika Rizky Fadillah
Editor: Tomy Muhlisin Ahmad
[1] Ahsin W.
Hafidz, Fikih Kesehatan, (Amzah: Jakarta, 2010, cet.II), hlm.vii.
[2]Fadlolan
Musyaffa’ Mu’thi, Shalat di Pesawat dan angkasa, (Syauqi press:
Semarang, 2007), hlm.25. Mahir Mnsyur Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah,
(Mitra Pustaka: Yogyakarta, 2007), hlm.24.
[3]Mahir Mnsyur
Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah, ( ... ), hlm.24-25.
[4]Fadlolan
Musyaffa’ Mu’thi, Shalat di Pesawat dan angkasa, ( ... ), hlm.25.
[5]Moh. Sholeh dan
Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta,
2005), hlm.172.
[6]. Sholeh dan
Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, ( ... ), hlm.174.
[7]Mahir Mnsyur
Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah, ( ... ), hlm.30-31.
[8]Mahir Mnsyur
Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah, ( ... ), hlm.32.
[9]Mahir Mnsyur
Abdurraziq, Mu’jizat Shalat Berjama’ah, ( ... ), hlm.36.
[10]
Samsul Munir
Amin,Kenapa Harus Stres,hlm46.
[11]Slamet Riyadi,Aspek
Medis dalam Shalat,hlm 154-157.
[12] Moh Sholeh, Agama
Sebagai Terapi, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2005, hlm. 263-264.
[13]
Slamet Riyadi,Aspek
Medis dalam Shalat,hlm162-163.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar