Ayo Sinau...!!!

Minggu, 14 Desember 2014

Shalat Sebagai Media Pencegahan, Penyembuhan, dan Kesehatan

SHALAT SEBAGAI MEDIA PENCEGAHAN, PENYEMBUHAN, DAN KESEHATAN


Oleh: Tomy Muhlisin Ahmad



1.      Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa artinya do’a, atau do’a untuk kebaikan. Dikatakan “shalla shalatan”; ibadah khusus yang sudah dijelaskan batasan waktu dan tata caranya dalam syariat Islam.[1] Shalla yushallu shalatan adalah akar kata yang berasal dari bahasa Arab yang berarti berdo’a dan atau mendirikan shalat, Allah memberikan berkat atas sanjungannya.[2] Sedangkan menurut syariat, shalat adalah sejumlah ucapan dan perbuatan khusus, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dinamakan shalat menurut pengertian syariat karena ia mengandung do’a. Secara dimensi fiqh shalat adalah rangkain ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, hakikatnya pengertian shalat adalah berharap jiwa dan hati kepadaNya, serta menumbuhkan rasa di jiwanya rasa yang keagungan, kebesaran dan kesempurnaan kekuasaanNya.[3]
“Inna sholaata tanha’anil fasha i wal munkar” (Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar).

Shalat merupakan suatu aktivitas jiwa yang termasuk dalam kajian ilmu psikologi transpersonal, karena shalat adalah proses perjalanan spiritual yang penuh makna yang dilakukan seseorang manusia untuk menemui Tuhan Semesta Alam. Shalat dapat menjernihkan jiwa dan mengangkat orang yang mendirikannya untuk mencapai  taraf kesadaran yang lebih tinggi dan pengalaman puncak.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah SWT, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS.Thaha:14).

Sayyid Ali bin Thawus meriwayatkan bahwa panutan seluruh wanita, Fathimah ra, putri panutan seuruh Nabi, bertanya kepada Ayahanda, Muhammad SAW, “Ayahanda, apa yang di dapat oleh orang baik laki-laki ataupun perempuan yang mengabaikan shalatnya?”, Rasulullah SAW pun menjawab, ”Fathimah putriku, Barang siapa baik laki-laki ataupun perempuan mengabaikan shalatnya maka Allah SWT akan mengujinya dengan 15 ujian, 6 diantaranya ditimpakan di dunia, 3 ketika dia mati, 3 di dalam kubur dan 3 lagi ditimpakan pada hari kiamat, tatkala dia keuar dari  kuburnya.
Dr. Bahar Azwar, SpB., Onk., seorang dokter spesialis bedah onkologi (bedah tumor) lulusan FK UI dalam bukunya “Ketika Dokter Memaknai Shalat” mampu menjabarkan makna gerakan shalat.
Selama ini shalat yang kita lakukan lima kali sehari, sebenarnya telah memberikan investasi kesehatan yang cukup besar bagi kehidupan kita. Mulai dari berwudlu (bersuci), gerakan shalat sampai dengan salam memiliki makna yang luar biasa hebatnya baik untuk kesehatan fisik, mental bahkan keseimbangan spiritual dan emosional.
Shalat lebih canggih dari yoga, Dr. Gustafe le Bond mengatakan bahwa Islam merupakan agama yang paling sepadan dengan penemuan-penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan etika sains harus didukung dengan kekuatan iman. Ajaran Nabi Muhammad SAW begitu mulia dan ilmiah, beliau bukan saja dokter ruhani tapi lebih dari itu, dia adalah seorang dokter modern, pemimpin negara, pemimpin dunia dan akhirat, ahli strategi perang. Meski banyak orang yang membenci, menghina, mencemooh (karena kebodohan dan ketidaktahuan tentangmu) tapi itu semua tidak akan mengurangi kemuliaannya.[4]
Shalat lima waktu adalah salah satu kewajiban bagi umat Islam. Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi ternyata gerakan–gerakan shalat adalah gerakan paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sisi medis, shalat adalah gudangnya obat dari berbagai macam penyakit (republika.co.id).
Seorang Doktor di Amerika yaitu Dr. Fidelma telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat di dalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.
Setelah membuat kajian yang memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar shalat lima waktu yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah SWT.
Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang (shalat) maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena Sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah SWT dengan agamanya yang indah ini.
Ibadah shalat merupakan perintah yang ditujukan agar manusia memperoleh kesehatan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Penelitian modern membenarkan bahwa seperangkat perintah di atas adalah obat mujarab bagi semua penyakit.[5] Shalat malam (qiyamu lail) bermanfaat untuk deteksi dini kanker paru, karena 90-95% dari kanker tersebut berasal dari bronkus (jalan udara dari trakea dan alveolus) dan alveolus (pusat pernapasan) sendiri. (Minna, J. D., Higgins, GA. And Glatsrwin, E.J. Cancer of the Lung, 1982). Menurut I. Darmansjah, dkk, (Obat Otonomi, Farmokologi dan Terapi, ed. 4, FKUI, 2003), dikala malam, dibawah pengaruh parasimpatik, terjadi penyempitan bronkus dan peningkatan getah kelenjar. Dengan demikian gerakan shalat akan memperjelas gejala kanker paru seperti batuk berdahak, dan sesak nafas.[6]
Shalat dapat melenturkan urat syaraf. Gerakan shalat sangat bermanfaat untuk menyehatkan tubuh. Madyo Wratsongko, MBA., dalam bukunya yang berjudul Mukjizat Gerakan Shalat, mengungkapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat syaraf dan mengaktifkan sistem keringat dari sistem pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah dibagian dalam tubuh atau arteri jantung.  Shalat secara teratur bisa mengurangi berbagai penyakit, seperti punggung bagian bawah (lower back pain), letak rahim yang miring (cervical misaligments) dan lainnya.
Prof. Dr. Andry dari Paris menyebutkan bahwa gerakan-gerakan shalat dalam shalat bisa menurunkan dan mengurangi penyakit kegemukan, rematik, diabetes, batu empedu, sembelit dan sebagainya. Gerakan otot pada shalat bisa mengakibatkan urat-uat otot menjadi besar dan kuat. Prof. Dr. Kohlrasch dan Prof. Dr. Leube menyebutkan bahwa gerakan shalat dapat mengurangi dan mencegah penyakit jantung, paru-paru, penyakit perut sembelit, penyakit empedu, asma, kegemukan, rematik, dan diabetes.[7]
Keilmuan modern membuktikan bahwa gas O3 (ozon) mengandung presentase O2 (oksigen) tinggi dan mencapai puncak di waktu shalat subuh. Oleh karena itu, udara ini bisa menyegarkan hati, paru-paru, sel-sel mati, mengeluarkan karbon dioksida, membersihkan darah kotor, menrenggangkan urat syaraf, dan menyembuhkan penyakit syaraf, rematik, dan asma. Ilmuan dari Jerman Barat, Dr. Alexander Browis, bahkan menjadi sebagai terapi terbaru untuk menguatkan tubuh para pasien HIV/AIDS.[8]

2.      Aspek Psikologi Shalat
       Shalat dalam bahasa Perancis adalah preiere, atau prayer dalam bahasa Inggris yang berarti mendapatkan sesuatu dengan permintaan yang sanagat serius. Ia adalah sesuatu komunikasi dengan zat supernatural.[9]
Shalat merupakan ibadah yang istimewa dalam agama Islam, baik dilihat dari perintah yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW secara langsung dari Allah SWT maupun dimensi-dimensi yang lain. As-Shiddieqie, seluruh ibadah fardhu selain shalat diperintahkan Allah SWT kepada Jibril untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Hanya perintah shalat ini, Jibril diperintahkan untuk menjemput Nabi Muhammad SAW menghadap kepada Allah SWT.
`      Shalat merupakan sarana penting untuk mensucikan jiwa dan memelihara ruhani. Mengintegrasikan kehidupan manusia ke dalam ruhaniah, dan juga disebut sebagai tiang agama yang amalnya ditimbang pertama kali.
       Terminologi shalat menunjukkan bahwa di dalamnya terdapat hubungan vertikal antara makhluk dengan Sang Khalik. Dengan penuh kekusyukan, seorang muslim berdiri, rukuk dan sujud, memenuhi panggilan Rabbnya sebagai pemberi kekuatan, daya, rezeki, taufik, dan hidayah. Berdirinya seorang muslim di hadapan Allah SWT akan membekali suatu energi spiritual yang menimbulkan rasa kebahagiaan, kenyamanan, ketenangan dan kesehatan mental.[10]
       Menurut Dr. H. Jamaluddin Ancok dan Suroso, ada beberapa aspek terapi yang terdapat dalam ibadah shalat, antara lain: aspek olahraga, aspek meditasi, dan aspek pembinaan sosial kemasyarakatan, serta mengandung aspek relaksasi otot dan aspek relaksasi kesadaran indra.
       Seorang muslim mampu mengungkapkan perasaannya kepada Allah, ia akan berdo’a, memohon dan mengadukan persoalan hidupnya Yang Maha Memahami dan Maha Penyayang. Dengan shalat yang kusyuk itu, semua persoalan yang dihadapinya, yang menghimpit dan menekan dapat diatasi. Psikologisnya akan menjadi bahagia, tenang, nyaman selaras, dan cerah kembali sehingga pikiran memberi penumpuan kepada aktivitasnya.[11]
       Shalat mengantarkan seseorang kepada keamanan, kedamaian dan keselamatan dariNya. Shalat menghubungkan mushali kepada kesuksesan, kemenangan, dan pengampunan dari segala kesalahan.[12] Perilaku ihsan hamba terhadap Tuhannya. Ihsan shalat adalah menyempurnakan dengan membulatkan budi dan hati sehingga pikiran, penghayatan, dan anggota badan menjadi satu tertuju kepada Allah SWT.[13]
       Seorang muslim yang shalat dianjurkan agar tetap kusyuk karena kusyuk merendahkan hati, memerhatikan sepenuhnya dengan serius, dan penuh dengan rasa takut, cemas dan penuh pengharapan karena berhadapan dengan Tuhan Yang Maha Agung. Kusyuk bukan saja sekedar ucapan lidah, tetapi harus diiringi dengan ketundukan anggota badan, tidak bergerak kecuali sesuai dengan perintah Allah SWT dan RasulNya.[14]
       Pendekatan keberagamaan seorangpun mengenal tiga perspektif, yaitu social-historis (dari wacana Islam dan syariat), filosofis (dari wacana iman dan tharekat) dan spiritualistik (dari wacana ihsan dengan makrifat dan hakekat).
       Jika dikaitkan dengan struktur dimensi kemanusiaan dengan konsep ditiupnya roh Ilahi, maka dapat dikatakan bahwa wacana Islam dengan pendekatan syariat dan penalaran social-historisnya merujuk pada dimensi manusia secara fiscal dan biologis. Wacana iman dengan pendekatan tharekat dan penalaran filosofisnya bergerak pada dimensi ruh al-ma’ani manusia. Terakhir adalah wacana ihsan dengan pendekatan spiritualistik dan dengan pendekatan makrifat-hakikatnya bergerak pada domain ruh al-hayat atau roh yang ditiupkan Allah yang diisyaratkan Allah dalam QS. Al-Hijr {15}: 28-29.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr {15}: 28).

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr {15}: 29).

       Konsep trilogi tersebut ternyata juga mewarnai konsepsi konsepsi Islam dalam pola penyembuhan penyakit manusia, atau pandangan Islam terhadap konsepsi kesehatan manusia.
Dalam perspektif kesehatan manusia ini, Islam membagi manusis baik secara jasmani maupun rohani terbagi dalam tiga segmen. Pertama, jasmani dengan penenganan scientific, medical (kedokteran). Kedua, batin dengan penanganan psikologis. Dan ketiga, rohani dengan penanganan spiritual.[15]

       Makna-makna Gerakan Shalat
a.         Takbirotul Ihram (Takbir Pembukaan)
Dengan mengucapkan “Allahu akbar”, kita melemparkan seluruh urusan duniawi di belakang kita dengan tangan kita dan memohon perlindungan dalam kasih sayang Allah SWT. Ia untuk menegaskan bahwa  Allah SWT Maha Besar dengan mengucapkan takbir. Pengawalan segala sesuatu, sebagaimana hidup dimulai kelahiran, sesuatu yang ada pasti ada awalnya. Dengan keimanan kita yakin bahwa semuanya berawal dari Allah SWT. Maka dengan takbir kita mengembalikan kepada segala aktivitas kita adalah karena Allah SWT.
Kebahagiaan dalam shalat sebenarnya adalah kebahagiaan hakiki yang diperoleh karena kedekatan mushalli dengan Tuhannya. Semakin banyak shalatnya, semakin tinggi pula tingkat kebahagiaan yang dicapainya. Selama shalatnya kusyuk, tawadu, dan ikhlas maka kebahagiaanpun semakin permanen dari diri mushalli.[16]
Takbiratul Ihram sebagai starting point shalat, simbol starting perjalan hidup. Bermakna penyerahan totalitas pada yang Maha Awal bahwa karenaNya kita ada dan karenaNya kita melakukan perjalanan hidup. Pikiran dikendalikan oleh akal budi, pandangan difokuskan dengan menghadap ke lantai, tempat sujud. Posisi tangan diangkat tinggi-tinggi membentuk sudut 90 derajat menyamping dengan kedua telapak tangan dihadapkan ke depan.[17]
Punggung lurus sehingga akan memperbaiki postur tubuh. Otot-otot punggung bagian atas dan bawah dilemaskan. Pusat otak bagian atas dan bawah dipadukan membentuk suatu kesatuan tujuan. Takbir merupakan latihan awal pernapasan, Paru-paru adalah alat pernapasan, paru-paru kita terlindung dalam rongga dada yang tersusun dari tulang iga yang melengkung dan tulang belakang yang mencembung. Susunan ini didukung oleh dua jenis otot yaitu yang menjauhkan lengan dari dada (abductor) dan mendekatkannya (adductor). Takbir berarti kegiatan mengangkat lengan dan merenggangkannya, hingga rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan mengangkat tangan berarti meregangnya otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa oksigen menjadi lancar.
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
Berdiri lurus dan mengangkat tangan, meregang seraya mengangkat telapak tangan adalah awal pengaliran getah bening, karena getah bening tidak dapat bergerak sendiri. Ia mengalir dari tangan ke arah leher. Aliran getah bening distimulus oleh dua hal, pertama pompaan regangan otot, dan kedua peninggian anggota tubuh.[18]

b.           Posisi Berdiri Tegak (Qiyam)
Dengan prinsip ini didalam shalat, manusia mempresentasikan para malaikat dan pepohonan yang senantiasa berdiri dan memuji Allah SWT. Qiyam adalah berdirinya manusia di hadapan Zat Yang Maha Kekal dengan raga dan hatinya. Kepala yang tertunduk saat qiyam mencerminkan ketiadaan kesombongan dan kerendahan hati.
Berdiri lambang siap berjalan menjelajahi kehidupan, karena jika duduk dan berdiam kita tidak mungkin bisa berjalan. Tegak artinya kehidupan harus ditegakkan (ditumbuhkan) pada ruang waktu, iman harus ditegakkan, akhlak harus ditegakkan, amalan pribadi dan amalan sosial juga harus ditegakkan. Dalam tegak berdiri, posisi kepala tunduk, artinya dalam perjalanan hidup akan tunduk dan patuh pada segala hukum dan kehendak Allah SWT. Kedua tangan mendekap ulu hati, simbol bahwa hati harus selalu dijaga kebersihannya dalam perjalanan hidup.
 Berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari sebuah latihan pernapasan, pencernaan dan tulang.
Sedekap ini bukan merupakan rukun shalat, bila tak dikerjakan tak membatalkan shalat, yang merupakan rukun adalah berdiri dalam shalat wajib bagi yang mampu dan membaca Al-fatihah. Berdiri lambang siap berjalan menjelajahi kehidupan, karena jika duduk dan berdiam kita tidak mungkin bisa berjalan. Tegak artinya kehidupan harus ditegakkan (ditumbuhkan) pada ruang waktu, iman harus ditegakkan, akhlak harus ditegakkan, amalan pribadi dan amalan sosial juga harus ditegakkan.[19]
Manfaat kesehatan shalat berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari sebuah latihan pernapasan, pencernaan dan tulang. Dr. Bahar Azwar, SpB., Onk., mengatakan bahwa shalat dapat menguatkan tulang belakang, pilar tubuh yang terbungkus dengan daging yang sudah terbentuk sejak manusia berusia 4 minggu pada masa janin. Pada tulang belakang inilah terpancang kepala, rongga dada, tempat lengan tersangkut, dan panggung tempat tungkai.
Ketika seorang dalam posisi berdiri tegak, tubuh merasa dibebaskan dari beban karena pembagian beban yang sama pada kedua kaki. Punggung lurus sehingga akan memperbaiki postur dan pikiran dikendalikan oleh akal budi. Pandangan dipertajam dengan menfokuskan pada lantai, tempat sujud. Otot-otot punggung bagian atas dan bawah dipadukan membentuk suatu kesatuan tujuan yang menjadi resep yang ampuh untuk mengatasi apa yang dinamakan post power syndrome.
Posisi tangan diatas pusar, dalam hal ini ada beberapa perbedaan antar mazdhab, ada yang melakukan dengan tangan terlepas seperti berdiri biasa, ada yang melakukan di bawah pusar, ada yang di atas dada. Efeknya adalah memperpanjang konsentrasi, menyebabkan pengendoran kaki dan punggung, menimbulkan perasaan kerendahan hati, kesederhanaan, dan keshalehan.
Berdiri dengan tangan dilipatkan di atas pusar, gerakan ini akan memberikan efek atau sikap relaks atau istirahat yang paling sempurna dan sendi pergelangan tangan (articulation metacarpalia) serta otot-otot dari kedua tangan ada dalam keadaan istirahat penuh. Sirkulasi darah, terutama aliran darah kembali ke jantung serta produksi getah bening dan jaringan yang terkumpul dalam kantong-kantong kedua persendian itu menjadi lebih baik, sehingga gerakan kedua sendi menjadi lancar dan dapat menghindarkan diri dari timbulnya penyakit persendian, misalnya rematik.[20]

c.         Bacaan Al-Qur’an disaat Shalat
Al-Qu’an memberikan pencerahan bagi pembaca dan pendengarnya, firman Allah yang berbunyi:
“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS. Al-Israa: 82).
Al-Qur’an merupakan obat dan penawar. Penelitian Dr. Ahmed E. Qazi, dkk., menunjukkan bahwa tekanan darah yang tinggi menurun selama mendengar dan membaca bacaan Al-Qur’an. Transmisi suara dan vibrasi dari huruf-huruf Al-Qur’an menstimulasi perasaan akan kekuatan, ketenangan jiwa, kosentrasi pikiran, keagungan, dan lain-lain.[21] Hal ini juga terungkap lewat hadits yang diriwayatkan oleh Abu Syaikh, dari Abu Said Khudri dan Abu Hurairah ra. Keduanya menceritakan bahwa Nabi pernah bersabda: Fatihatul Kitab (yaitu surat Al-Fatihah) itu merupakan Syifa’ (penyembuh) setiap racun (Lihat kita Fathul Baari, jilid IX).[22]
Dalam shalat tidak ada suatu selain zikir, bacaan rukuk, sujud, berdiri, dan duduk. Zikir adalah bermunajat kepada Allah SWT.[23] Kesadaran terhadap ketidakberdayaannya di dalam konflik alam yang abadi, kesadaran akan kerahimanNya,  dengan kata-kata syukur dan kecintaan atau dengan kata taubat dan permohonan kepada yang selamanya sadar dan bermurah hati , yaitu Allah SWT Pencipta alam ini.[24]
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra’(17): 82).[25]

Allah SWT telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah SWT. Itulah petunjuk Allah SWT, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah SWT, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. (QS. Az-Zumar (39): 23).[26]
Dr. Ahmad Al-Qadhi, Direktur Utama Islamic Medicine for Education and Research yang berpusat di Amerika sekaligus konsultan ahli sebuah klinik di Panama City, Florida Amerika Serikat telah melakukan penelitian tentang pengaruh Al-Qur’an pada manusia dalam dua tahapan. Tahap pertama bertujuan untuk menemukan kemungkinan adanya pengaruh Al-Qur’an pada fungsi organ tubuh sekaligus mengukur intensitas pengaruhnya. Hasil eksperimen pertama membuktikan bahwa 97% responden, baik muslim maupun nonmuslim, baik yang mengerti bahasa Arab ataupun tidak, mengalami beberapa perubahann fisiologis yang menunjukan tingkat ketegangan urat saraf reflektif. Hasilnya membuktikan bahwa Al-Qur’an memiliki pengaruh yang mampu merelaksasi ketegangan urat syaraf tersebut. Fakta ini terekam dalam sistem detektor elektronik yang didukung komputer guna mengukur perubahan apapun dalam fisiologi tubuh.
Dari penelitian tersebut juga diketahui bahwa ketegangan urat syarat berpotensi mengurangi daya tahan tubuh yang disebabkan teganggunya keseimbangan fungsi organ dalam tubuh untuk melawan sakit atau membantu proses penyembuhan. Suara vokalnya akan merangsang jantung, kelenjar gondok (thyroid), kelenjar pineal, kelenjar bawah otak, kelenjar adrenal dan paru-paru, serta akan membersihkan dan meringankan semua organ tersebut.[27]
Sementara itu, eksperimen tahap kedua diarahkan guna mengetahui apa efek relaksasi yang ditimbulkan Al-Qur’an pada ketengan syaraf beserta perubahan-perubahan fisiologis yang mengiringinya benar-benar disebabkan oleh kalimat-kalimat Al-Qur’an sendiri secara definitif, tanpa memandang apakah kalimat-kalimat dapat dipahami oleh pendengar atau tidak.
Dalam penelitian tersebut, para responden non-muslim yang tidak memahami bahasa Arab (nonnative speaker) diperdengarkan bacaan Al-Qur’an dan bacaan teks bahasa Arab yang dilantunkan dengan kesamaan instrumental dari aspek lafal, bentuk dan melodi sehingga para responden tidak bisa membedakan keduanya karena memang mereka buta sama sekali dengan bahasa Arab. Eksperimen penyimakan bacaan Al-Qur’an menunjukkan hasil positif hingga 65%. Hal itu berarti bahwa voltase listrik pada otot relatif menurun, sehingga mengindikasikan adanya efek relaksasi Al-Qur’an pada stress. Sementara pada bacaan berbahasa non-Arab atau non- Al-Qur’an, pengaruh ini hanya terlihat 33% saja.
Untuk melakukan hasil ini, pengulangan eksperimenpun dilakukan pada sejumlah responden dengan melakukan pengubahan ulang urutan bacaan dengan bacaan non- Al-Qur’an. Ternyata hasilnya tetap positif.
Hasil penelitian Quranik yang dilakukan oleh Dr. Ahmad Al-Qadhi dalam kajian ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an memiliki pengaruh positif yang cukup signifikan dalam menurunkan ketegangan (stress), dan ia bisa dicatat dan diukur dengan kuantitatif maupun kualitatif. Pengaruh tersebut tampak dalam bentuk perubahan-perubahan yang terjadi pada arus listrik otot, juga perubahan pada daya tangkap kulit terhadap konduksi listrik, perubahan pada sirkulasi darah, serta perubahan pada detak jantung, kadarnya saling terkait dan paralel dengan perubahan-perubahan pada aspek lain.
Semua perubahan ini menunjukan adanya perunahan fungsi dan kinerja sistem syaraf otomatik (reflektif) yang lebih lanjut berpengaruh pada organ-organ tubuh yang lain beserta fungsi-fungsinya. Ditemukan adanya kemungkinan tak terbatas pada pengaruh-pengaruh fisiologis yang bisa dihasilkan Al-Qur’an.
Stress berpotensi menurunkan imunitas (daya kekebalan) tubuh, kemungkinan hal itu disebabkan oleh sekresi cortizol atau zat lain sebagai reaksi antara sistem syaraf dan sistem kelenjar endokrin (endocrine gland). Diambil hipotesa bahwa efek relaksasi Al-Qur’an bagi stress dapat berpotensi mengaktifkan fungsi daya tahan tubuh yang berperan besar dalam melawan penyakit atau membantu proses penyembuhan. Hal itu dapat terjadi pada penyakit-penyakit gangguan pencernaan, infeksi, kanker, dan lain sebagainya. Kalimat-kalimat Al-Qur’an sendiri memiliki pengaruh fisiologis yang bisa meredakan ketegangan otot pada tubuh, tanpa harus mengetahui makna kata-kata itu sendiri.[28]
Kajian yang dilakukan oleh Yusuf Al-Hajj Ahmad seorang pakar dari Suriah menyimpulkan bahwa membaca atau mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an memiliki efek langsung dalam menurunkan perasaan gelisah (depresi), dan efek tidak langsung atau langsung dalam menguatkan sistem kekebalan tubuh yang memberikan andil cukup signifikan dalam proses penyembuhan dan kesehatan.
Efek kuratif yang dihadirkan Al-Qur’an ini dapat dirasakan dengan jelas pada kekuatan pengaruhnya dalam memacu sistem kekebalan tubuh. Terapi ini telah digunakan secara kontinu sebagai bagian dari program yang diterapkan pada para pasien, baik muslim maupun non-muslim.[29]
Shalat subuh dan isya’ serta membaca Al-Qur’an bisa menjadi obat bagi penderita insomnia, gangguan tidur dengan gejala selalu merasa letih dan lelah secara terus-menerus lebih dari sepuluh hari yang mengalami kesulitan tidur atau selalu terbangun pada tengah malam. Dr. Rashid dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penderita insomnia dapat disembuhkan dengan shalat subuh, isya’ dan membaca Al-Qur’an. Sebab, hal itu dapat menyeimbangkan siklus jam tubuh (human body clock).[30]
Dalam shalat menyebutkan kata “aamiin” dalam bacaan setelah Al-Fathihah dengan suara tinggi dan panjang memiliki banyak faedah untuk kesehatan tubuh. Hal ini ternyata dapat menghilangkan segala ketegangan dalam tubuh. Khusunya, jika diucapkan dengan suara tinggi yang dirasakan sampai ke lubuk hati yang terdalam. Mengucapkan merupakan terapi bagi tekanan darah tinggi, lemah jantung, dan syaraf serta dapat memperbarui vitalitas, membersihkan darah dan melegakkan hati. Hal ini diakui para penganjur terapi Yoga.[31]

d.        Posisi Ruku’
Dalam posisi ini manusia mewakili ibadahnya para malaikat yang menyembah Allah SWT dalam posisi ini secara konsisten  dan hewan-hewan yang selalu berdiri dalam ruku’nya di atas empat kaki mereka. Ruku’ artinya mengagungkan Kebesaran Sang Pencipta beserta seluruh alam semesta  yang melihat kelemahan dan kemiskinan manusia dengan melafadzkan “subhana robbial azim…” untuk berusaha menanamkan akarnya di dalam hati kita dan untuk mengangkat kepala kita dari ruku’ dengan harapan memperoleh rahmat Allah SWT dengan cara mengulang-ulang kebesaran Allah SWT SWT. Ruku’ secara bahasa adalah menunduk. Secara Syar’an adalah menundukkan badan hingga kedua telapak tangan meraih (bersandar) pada kedua lututnya, dan bahwa rukunya Rasulullah SAW itu tepat dalam posisi 90 derajat, hingga andai ditaruh sebuah gelas dipunggungnya niscaya tak tumpah, menunjukkan lurusnya posisi punggung beliau dalam 90 derajat.
Rukuk (penghormatan) berarti mengenal Allah SWT melalui hasil ciptaanNya. Dalam perjalanan hidup, pada ruang ciptaan Allah SWT kita menemukan, menyaksikan dan merasakan bermacam- macam hal: tanah, air, gunung, laut, hewan, sistem kehidupan, rantai makanan, rasa senang, rasa sedih, rasa marah, kelahiran, kematian, pertengkaran, percintaan, ilmu alam, pikiran, manusia sekitar kita, Nabi, Rosul, dll. Ini merupakan bukti bahwa Allah SWT itu ada sebagai Pencipta dari semua itu. Dan kita tahu apabila tanpa petunjuk para utusan Allah SWT (Nabi dan Rosul) kita tidak akan tahu jika itu semua ciptaan Allah SWT dan dengan para UtusanNya, kita tahu tujuan hidup serta cara mengisi kehidupan ini agar selamat.
Membengkokkan tulang belakang dan meluruskannya pada saat ruku’ adalah meregang ruang antar tulang dan otot punggung. Meletakkan tangan pada lutut seraya meluruskan tulang belakang dan menahannya akan memperlancar laju darah dan aliran getah bening.[32] Dengan ruku’ memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher oleh karena sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran akan semakin lancar bila ruku’ dilakukan dengan benar yaitu meletakkan perut dan dada lebih tinggi daripada leher. Ruku’ juga mengempiskan pernapasan. Pelurusan tulang belakang pada saat ruku’ berarti mencegah terjadinya pengapuran. Selain itu, ruku’ adalah latihan kemih (buang air kecil) untuk mencegah keluhan prostat. Pelurusan tulang belakang akan mengempiskan ginjal. Sedangkan penekanan kandung kemih oleh tulang belakang dan tulang kemaluan akan melancarkan kemih. Getah bening (limfe) fungsi utamanya adalah menyaring dan menumpas kuman penyakit yang berkeliaran di dalam darah.
Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak.” gerakan ini juga mempunyai makna yaitu pada saat berdiri dengan mengangkat kedua tangan, maka darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini bermanfaat pada menjaga syaraf keseimbangan tubuh yang berguna untuk mencegah pingsan secara tiba-tiba.
Posisi ruku’ sepenuhnya melonggarkan otot punggung bagian bawah, paha dan betis. Darah dipompa ke batang tubuh bagian atas, melonggarkan otot-otot perut, abdomen dan ginjal. Postur ini menambah kepribadian, menimbulkan kebaikan hati dan keselarasan batin. Dengan melakukan ruku’ maka tulang punggung (vertebrae) akan tetap dalam kondisi baik, karena persendian diantara badan-badan ruas tulang belakang (corpus vertebrae) tetap tinggal lembut dan lentur. Akan mempermudah atau menhindari kesulitan persalinan bagi ibu hamil. Menghindari atau menyembuhkan penyakit keretakan atau membengkoknya tulang punggung (scoliose).[33]

e.         I’tidal (Puja-puji pada Allah SWT)
Itidal secara bahasa adalah tegak lurus. Secara syar’an adalah tegak berdiri kembali ke posisi semula sebelum ruku'nya. Setelah ruku’ kemudian berdiri lagi untuk mengisi perjalanan hidup dengan penuh puja dan puji pada Allah SWT serta penuh syukur setiap saat sehingga tercipta kepatuhan dan ketaatan. Dengan mengetahui hasil ciptaan Allah SWT, maka akan tumbuh kekaguman dan kecintaan pada Allah SWT sehingga tumbuh rasa cinta dan iklas atau dengan senang hati akan menjalani menjalani hidup ini sesuai kehendak Allah SWT.
Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga. Variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
Diamlah sebentar dan biarkan tulang-tulang kembali pada posisi semula, dengan i'tidal agak lama, akan memberikan kesempatan agar aliran darah dari otak turun kembali ke seluruh tubuh.
Berdiri rukuk berdiri dan sujud duduk sujud, masing-masing dilakukan kurang lebih 85 kali  sehari, merupakan latihan organ-organ penting dalam tubuh. Jantung yang terletak di dalam rongga dada mendapat latihan pengempisan dan pengembangan. Latiahan itu dapat memakmurkan otot jantung (miokardia) dengan makanan dan oksigen. Pembaruan sel karena itu segera terjadi dan otot dapat menjadi lebih kuat.[34]
Dalam gerakan i’tidal, darah segar bergerak naik ke batang tubuh pada postur sebelumnya kembali ke keadaan semula dengan membawa toksin atau racun. Tubuh santai kembali dan melepaskan ketegangan.[35]

f.         Posisi Sujud
Secara bahasa adalah merendahkan diri serendah rendahnya. Secara syar’an adalah meletakkan 7 anggota sujudnya pada bumi tempat ia melakukan shalat, yaitu kedua telapak tangan, kedua lutut, kedua kaki, dan dahinya, dengan mengangkat belakang tubuhnya lebih tinggi dari posisi dahinya, melambangkan kerendahan yang serendah-rendahnya atas dahi.
Sujud (penyatuan diri dengan kehendak Allah SWT), jika berdiri dianalogikan dengan perjalan jasadi, maka Sujud dengan kaki dilipat, atau setengah berdiri adalah simbol dari perjalanan hati (rohani). Dangan sujud hati dan fikiran kita direndahkan serendahnya sebagai tanda ketundukan total pada atas segala kuasa dan kehendak Allah SWT. Menyatu kan kehendak Allah SWT dengan kehendak kita.
Sujud pertama merupakan penyatuan kehendak Allah SWT dengan kehendak ruhani atau hati atau jiwa kita. Diselangi permohonan pada duduk antara 2 sujud dengan doa, “rabbighfirli (ampuni aku), warhamni (sayangi aku), wajburni (cukupkanlah kekuranganku), warfa’ni (tinggikanlah derajadku), warzuqni (berilah aku rezeki), wahdini (tunjukilah aku), wa’fani (sehatkan aku), wa’fu’anni (maafkan aku).
Sujud kedua merupakan pernyataan pengagungan Allah SWT secara lebih personal antara makhluk dengan Sang Pencipta, pernyataan ingin kembali pada Sang Pencipta akhir dari perjalanan. Pada waktu itu juga, kita dianjurkan untuk memanjatkan doa dalam sujud kita yang panjang. Dengan posisi ini manusia mewakili ibadahnya para malaikat yang secara terus menerus bersujud dan binatang melata yang nampaknya hampir selalu bersujud seumur hidupnya. Sujud adalah meninggalkan segala sesuatu selain dari pada Allah SWT dengan mengucapkan “subhanarobial a’la” dengan kerendahan hati kepada keindahan Allah SWT, asma  Allah SWT dan segala sifatNya.” Seorang hamba menjadi paling dekat dengan Tuhannya ketika bersujud. Maka, perbanyaklah doa dalam sujud” (Muslim).
“kaerna umatku akan diseru pada hari Kiamat dalam keadaan bersinar wajah karena bekas sujud dan bersianar kakinya karena bekas wudhu”[36]

Hendaklah kamu sujud kepada Allah seperti seorang hamba yang tawadhu’, yang mengetahui bahwa dia diciptakan dari tanah yanh diinjak-injak seluruh makhluk, bahwa dia tersusun dari nutfah yang dipandang kotor oleh setiap orang. Jika dia memikirkan asal-usulnya dan memperhatikan susunan substansinya yang terdiri dari air dan tanah, akan bertambah kerendahan hatinya kepada Allah SWT. Dia akan berkata pada dirinya, “Celakalah kamu! Mengapa kamu mengankat kepalamu dari sujudmu? Mengapa kamu tidak mati saja di hadapanNya? Padahal Allah menjadikan sujud itu sebagai wahana bertakarrub kepadaNya?”
Allah SWT berfirman,
“Sujudlah dan dekatlah (dirimu kepada Tuhan).” (QS. Al-Alaq {96}: 19).

Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS. Thahaa {20}: 55).

Menundukkan badan untuk sujud seraya membaca takbir yang dipanjangkan bacaannya hingga sujudnya sempurna dengan meletakkan lutut, dahi, dan telapak tangan di atas lantai. Mula-mula meletakkan kedua lutut, kemudian hidung bersama dahi, merenggangkan siku pada kedua sisi. Sedangkan bagi perempuan sebaliknya yaitu siku tidak direnggankan, dan kemudian renggangkan diantara kak, bagi perempuan sebaliknya tidak direnggangkan.[37]

        Sehari semalam kita diperintahkan sujud minimal 34 kali. Menurut penelitian kedokteran, sujud dapat memperlancar peredaran darah ke area kelapa secara merata, bahkan sampai pada sel-sel yang sempit agar terhindar dari bahaya stroke. Selain itu di waktu malam terjadi relaksasi atau pembukaan anus dan penambahan lendir. Lendir dan berak yang bercampur dengan darah sewaktu bersuci menjelang shalat malam adalah gejala dini kanker rektum. Pada siang hari, tubuh manusia mengalami pengerutan atau penutupan anus dan pengeringan darah. Karena itu sujud di waktu siang hari, yang itu berarti terjadi perpindahan udara ke anus, akan menimbulkan nyeri dubur. Ini dikeluhkan oleh 30 hari 100 penderita kanker rektum.[38]
Sujud Mencegah Wasir, mengalirkan getah bening dari tungkai perut dan dada ke leher karena lebih tinggi. Meletakkan tangan sejajar dengan bahu ataupun telinga, memompa getah bening ketiak ke leher. Selain itu, sujud melancarkan peredaran darah hingga dapat mencegah wasir. Sujud dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak mengalirkan getah bening dan tidak melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau ada disebagian sahabat Rasul menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam bersujud. Selain itu sujud adalah manifestasi ketotalan kita dalam berpasrah diri kepada Allah SWT, bahwa manusia adalah mahluk yang lemah, seorang hamba yang sudah bisa menikmati shalatnya, maka jiwanya dalam titik nol, dalam kondisi yang paling pasrah dan stabil, seseorang yang dilanda stres akan terlepas segala beban di jiwa dalam posisi ini. Selain secara fisik otot-otot leher yang kaku karena stress akan diulur, sehingga seorang hamba yang beriman dan pandai memaknai shalatnya tidak akan pernah dilanda keputusasaan (stress).
Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Bermanfaat mengalirkan getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir.[39]
Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan. Mungkin banyak dikalangan umat Islam tidak sadar mengenai berbagai hikmah yang tersembunyi ketika sujud. Padahal, kita perlu sadari bahwa tiada sesuatupun ciptaan dan perintah Allah SWT yang sia-sia, malah setiap ciptaan itu mempunyai kelebihan yang selalu tidak terjangkau oleh akal manusia.
Kita diperintahkan untuk shalat, dan didalam shalat kita terdapat gerakan-gerakan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Allah SWT yang telah menciptakan kita, maka hanya Dialah Yang Maha Mengetahui bagaimana tubuh kita dan bagaimana cara merawatnya.
Manusia melakukan sujud dalam dua bentuk, yaitu sujud fisik seperti ketika shalat dan sujud spiritual berbentuk ketaatan kepada perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya. Ulama mengatakan sujud ketika shalat adalah waktu dimana manusia berada hampir paling dekat dengan Allah SWT dan mereka menyarankan kita untuk bersujud lebih lama.
Dr. Fidelma O’Leary, Phd Neuroscience dari St Edward’s University, mendapati fakta mengenai manfaat sujud bagi kesehatan. Dalam kajiannya ditemukan ada beberapa urat syaraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah dan urat ini baru bisa dimasuki darah pada saat manusia sujud.
Tetapi urat saraf ini hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja, yaitu pada waktu-waktu shalat yang telah ditetapkan (subuh, zuhur, ashar, maghrib, ‘isya). Subhanallah. Jadi, siapa yang tidak shalat maka urat ini tidak menerima darah, sehingga otaknya tidak berfungsi secara normal.
Karena letak otak di atas jantung, maka kata prof. Hembing, jantung hanya mampu membekalkan 20% darah ke otak manusia, jadi dibantu dengan sujud yang lebih lama agar menambah kekuatan aliran darah ke otak (Nabi SAW menyuruh agar kita sujud lama-lama diraka’at terakhir, sambil banyak meminta semua keinginan kita). Adapun hikmah sujud antara lain, ialah melegakan sistem pernafasan (rilieved congestion for breathing). Mengembalikan kedudukan organ ke tempat asalnya. Bernafas ketika sujud akan membetulkan buah pinggang yang terkeluar sedikit dari tempat asalnya. Membetulkan pundi peranakan yang jatuh (prolapsed uterus or fallen band womb), melegakan sakit hernia, mengurangkan sakit senggugut ketika haid, melegakan bagian paru-paru dari ketegangan ( high parts of the lungs).
Mengurangkan kesakitan pada penyakit appendiks (limpa), kedudukan sujud paling baik untuk berehat dan mengimbang lingkungan bagian belakang tubuh, meringankan bagian pelvis, memberi dorongan untuk mudah tidur, mengerakkan otot bahu, dada, leher, perut, punggung ketika akan sujud dan bangun darinya, gerakan otot-otot itu menjadikannya lebih kuat dan elastik, secara otomatik memastikan kelicinan perjalanan darah yang baik (smooth blood circulation).
Bagi wanita, gerakan otot itu menjadikan buah dadanya lebih baik, mudah berfungsi untuk menyusukan bayi dan terhindar dari sakit buah dada, mengurangkan kegemukkan (obesity), gerakan bagian otot memudahkan wanita bersalin, organ peranakan mudah kembali ke tempat asal serta terhindar dari sakit bergelombang perut (convulsio), otak manusia (organ terpenting) menerima banyak bekalan darah dan oksigen, mengelakkan pendarahan otak jika tiba-tiba menerima pompa darah ke otak secara kuat dan mengejut, terhindarlah penyakit seperti Apoplexia Rupture of Blood Vessels dan Arte Ioseclerosis of Cerebrum, kesan psikologi adalah dengan merasa rendah diri di hadapan pencipta, sifat sombong, ria, takabur dapat dikikiskan.
"Ya Rabb kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran : 250).
Prof. Hembing menjelaskan bahwa pada gerakan sujud semua otot akan berkontraksi, akibatnya bukan hanya otot-otot akan menjadi besar dan kuat, tapi juga membuat pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh darah balik (vena), serta getah bening (limpa) akan terpijat atau terurut, sehingga membuat peredaran darah limpa menjadi lancar. Beliau juga menegaskan bahwa sujud sangat baik untuk membantu pekerjaan jantung dan menghindarkan mengerutnya dinding-dinding pembuluh darah. waktu sujud darah dikirim ke otak, berkumpul di otak dan mengalirkan kebutuhan oksigen ke otak. oksigen ini sangat dibutuhkan otak karena menurut ahli kesehatan otak membutuh kan 20 persen oksigen dari seluruh oksigen yang masuk ke dalam tubuh.
Sujud bikin cerdas, shalat adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Sudut pandang ilmiah menjadikan shalat gudang obat bagi berbagai jenis penyakit. Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan shalat, sejak itulah ia mulai menelisik makna dan manfaatnya. Sebab shalat diturunkan untuk menyempurnakan fasilitasNya bagi kehidupan manusia.
Gerakan sujud dalam shalat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu Psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof. Dr. M. Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.
Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry, USA. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud.[40]
Gerakan-gerakan dalam shalat mirip yoga atau peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan shalat dibandingkan gerakan lainnya adalah shalat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.
Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).
Abdul Ahad dan Mehdi Hassan dalam artikel “Some Medical Aspeck of Shalat” menyatakan bahwa posisi sujud berpengaruh pada sendi intervertebral, mulut rahim, dan tulang belakang. Ketika seorang sujud, otot-otot aktif dalam berbagai derajat yang membantu peredaran pada pembuluh balik, dan terjadi pada otot-otot ini.[41]
Dalam posisi sujud juga apabila lutut yang membentuk sudut yang tepat yaitu 90 derajat akan memberikan efek yang sangat bermanfaat sekali yaitu dapat memungkinkan otot-otot perut dapat berkembang dan mencegah kebuncitan di bagian tengah, menambah aliran darah ke bagian atas tubuh terutama kepala antara lain mata, telinga dan hidung serta paru-paru, memungkinkan toksin-toksin atau racun yang ada di dalam tubuh dibersihkan oleh tubuh. Mempertahankan posisi benar dari janin wanita hamil. Dapat mengurangi tekanan darah tinggi, menambah elastisitas tulang, menghilangkan egoisme dan kesombongan, dapat meningkatkan kesabaran dan kepercayaan kepada Tuhan, serta menghasilkan energi batin yang tinggi di seluruh tubuh.
Pada saat bersujud dengan meletakkan jari tangan atau telapak tangan di smaping lutut dan semua otot akan kontraksi, maka bukan saja otot akan menjadi besar dan kuat, tetapi urat-urat sebagai pembuluh nadi (arteria), dan pembuluh darah baik (venae) serta urat-urat getah bening (limpa) akan terpijit atau terurut, sehingga peredaran darah dan limpa akan lancar. Disamping itu membantu pekerjaan jantung dan menghindarkan pengerutan dinding-dinding pembuluh darah (arterio-sclrosisi) akan menghasilkan energi panas yang diperlukan proses pencernaan makanan yang diperlukan oleh tubuh sebagai zat hidrat arang, zat telur, vitamin, lemak, garam, besi, kapur, dan zat cair serta lainnya. Aliran darah akan semakin lancar untuk membuang zat-zat kotor yang asalnya dari zat makanan tersebut.[42]

g.        Posisi Duduk Tahiyyat
1)        Posisi Duduk diantara Dua Sujud atau Iftirosy (Tahiyyat Awal)
Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. Duduk antara dua sujud secara bahasa adalah duduk sebagaimana yang kita  pahami, dan secara syar’an pun demikian, duduk dalam posisi apapun yang disebut duduk tetap sah shalatnya, misalnya bersila, tetap sah shalatnya, dan sunnah adalah duduk dengan iftirash dengan menegakkan telapak kaki kanan dan menghamparkan kaki kiri sebagaimana kita lihat orang yang melakukan duduk dalam shalat.
Duduk diantara 2 Sujud (permohonan) merupakan pengungkapan berbagai permohonan pada Allah SWT untuk memberikan segala kebutuhan yang diperlukan dalam bekal perjalanan menuju pertemuan denganNya, butuh sumber dukungan hidup jasmani dan ruhani, serta pemeliharaan dan perlindungan jasmani ruhani agar tetap pada jalan Allah SWT.
Dengan posisi ini manusia mewakili ibadahnya para malaikat yang menyembah-Nya sambil duduk dan juga gunung-gunung, bebatuan juga nampak dalam bentuk yang sedang duduk. Manusia menegaskan bahwa segala sesuatu yang dia miliki sebenarnya adalah milik Allah SWT dengan mengucapkan tahiyyat. Dia memperbarui imannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya). Di dalam shalat semacam Mi’raj bagi orang beriman, tasyahud adalah mengingat percakapan antara  Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT pada saat Mi’raj.
Duduk diantara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena bertemunya lipatan paha dan betis sehingga dapat mencegah terjadinya pengapuran. Pembuluh darah balik di atas pangkal kaki jadi tertekan sehingga darah akan memenuhi seluruh telapak kaki mulai dari mata kaki sehingga pembuluh darah di pangkal kaki mengembang. Gerakan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang tubuh kita.
Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf Nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
Duduk diantara dua sujud atau iftirosy (tahiyyat awal) dapat memperbaiki kesuburan khususnya bagi perempuan, pada posisi ini sangat penting dan baik bagi perempuan karena pada posisi tersebut ada kontraksi otot di daerah pirineum. Bagi perempuan, ini daerah paling terlindungi karena terdapat tiga lubang yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.[43]
Posisi duduk pada dua sujud sangat baik untuk kesehatan fungsi hati dan besar sekali manfaatnya bagi tubuh, salah satu untuk menjaga fungsi hati dari penyakit-penyakit adanya gangguan fungsi hati ini dapat dilakukan dengan melakukan posisi yang benar saat duduk diantara dua sujud saat shalat. Bagi laki-laki tumit kanan ditekuk dan bobot kaki serta bagian tubuh bertumpu pada tumit kaki tersebut. Sikap ini dapat membantu menghilangkan efek racun pada hati dan merangsang gerakan peristaltik usus besar. Pada wanitakedua kaki disatukan di bawah tubuhnya. Tubuh kembali pada posisi pengendoran yang besar dan postur ini akan membantu pencernaan dengan mendesak turun isi perut.
Pengulangan sujud yang lama dalam beberapa detik akan membersihkan sistem pernafasan, peredaran darah, dan syaraf. Merasakan keringanan tubuh dan kegembiraan emosional. Penyebaran oksigen ke seluruh tubuh lebih lancar dan menyeimbangkan sistem syaraf simpatik dan parasimpatik.
Pada saat duduk iftirasy (duduk tahiyyat pertama) sebenarnya kita duduk dengan otot-otot pangkal paha (Musc. Glutaeus Maximusmedius, Musc. Obtutator Extermus-Intermus, Musc. Parilormis) di dalamnya terdapat salah satu syaraf pangkal paha yang besar (nervusischiadicus) di atas kedua tumit. Tumit dilapisi oleh sebuah otot (Musc. Tricepssurae) yang berfungsi sebagai bantal. Maka tumit menekan otot-otot pangkal pada syaraf pangkal paha (neuralgia) yang terasa sakit dan nyeri.
Duduk iftirasy seperti ini akan terlidung dan tercegah dari sekumpulan penyakit ringan dan berat, seperti serangan jantung dan problema jantung lainnya, episema (bengkak pada rongga paru-paru), radang sendi (arthritis), problema kandung kemih, ginjal dan usus besar, infeksi virus dan bakteri, penyakit mata, hilang ingatan dan pikun, penyakit pegal pada pinggang dan tulang belakang. Efek lain pada ibu hamil yaitu ketenangan pada bayi, mengatur posisi janin, dan dapat mempermudah proses kelahiaran.
Shalat juga mempunyai sifat isoterik yang mengandung unsur jiwa dan badan, serta menghasilkan bioenergi. Shalat juga mengurasi kecemasan yang nyata dan lebih besar bila dibandingkan dengan olahraga biasa yang sifatnya isometrik, karena olahraga hanya menyangkut unsur badan saja dan mengeluarkan energi. Maka semakin rajin melakukan shalat berarti akan semakin rendah kecemasannya. Syaikh Hakim Abu Abdullah Ghulam M., menyimpulkan bahwa siapapun yang melaksanakan shalat akan terlindung dan tercegah dari berbagai penyakit rinagn dan berat, sepertiserangan jantung dan problema jantung lainnya, episema (bengkak pada rongga paru-paru), radang sendi (arthritis), problema kandung kemih, ginjal dan usus besar, infeksi virus dan bakteri, penyakit mata, hilang ingatan dan pikun, penyakit pegal pada pinggang dan tulang belakang.
Sebagai halnya meditasi, shalat juga mempunyai pengaruh positif, baik secara fisik maupun psikologis. Secara psikologis apabila meditasi bisa menguragi kecemasan maka shalat yang dilakukan dengan kyusu’ dan ikhlas yang mendatangkan ketenangan. Arif Wibowo Adi menjelaskan bahwa shalat juga akan mampu mempengaruhi seluruh sistem yang ada dalam tubuh kita, seperti syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot, kelenjar, dan reproduksi.[44]

2)        Posisi Duduk Tahiyat Akhir (Duduk Tawarruk)
Tasyahhud, secara bahasa adalah mengucapkan syahadat, secara syar’an  adalah terbagi dua, Tasyahhud awal dan Tasyahhud Akhir, tasyahhud awal adalah duduk setelah sujud kedua pada rakaat kedua, lalu membaca doa tasyahhud awal sebagaimana dijalankan oleh muslimin dan yang itu semua telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, demikian pula Tsyahhud Akhir, yaitu ucapan yang merupakan percakapan antara Allah SWT dan Rasulullah SAW di malam Mi’raj beliau, sebagaimana Rasul SAW menceritakannya “Aku bersujud dan berucap: Attahiyyatulmuba..., lalu Allah SWT menjawab Assalaamu alaikua Ayyuhannabiyy.., lalu aku menjawab: Assalaamu alaina.., maka percakapan ini dijadikan kewajiban untuk selalu diucapkan oleh setiap umatnya, karena saat itulah diwajibkannya shalat, maka shalat menyimpan rahasia kemuliaan Mi’raj beliau SAW kepada Allah SWT.
Tahiyyah secara bahasa adalah kemuliaan, secara syar’an adalah Salam kepada Allah SWT, sebagaimana para sahabat mengucapkan salam pada Rasul SAW, salam pada sesama muslim, merekapun mengucapkan salam kepada Allah SWT, maka Rasul SAW bersabda: Jangan ucapkan salam pada Allah SWT, karena Allah SWT adalah Assalaam, tapi ucapkanlah Attahiyyatulillah.[45]
Attahiyat merupakan pernyataan ikrar tahap pemantapan, karena perjalanan hidup itu naik turun dan fitrah manusia tidak lepas dari sifat lupa, maka perlu pemantapan yang di refresh dan diulang untuk semakin kokoh, yaitu dengan ikrar syahadat, dengan simbol pengokohan ikrar melalui telunjuk kanan. Sebelum ikrar, memberikan penghormatan untuk para Utusan Allah SWT dan ruh hamba- hamba sholeh (Auliya) yang melalui merekalah kita mengenal Allah SWT dan melalui ajaranya kita dibimbing ke jalanNya, serta menjadikan mereka menjadi saksi atas Ikrar kita.
Sholawat menjadi pernyataan kebersediaan mengikuti apa yang diajarkan Rosululloh Muhammad SAW, dan menempatkannya sebagai pimpinan dalam perjalanan kita. Salam penghormatan kepada Bapak para Nabi Ibrahim as yang menjadi bapak induk ajaran Tauhid. Kemudian diakhir dengan permohonan doa dan permohonan perlindungan dari kejahatan tipuan Setan dan Jin agar kita dapat tetap istiqomah dan berhasil mencapai Allah SWT.
Hadits Ibn ‘Umar menyatakan:
“Adalah Rasulullah SAW apabila duduk di sembahyang, ia menaruh tangan kanannya, dan ia genggam sekalian jarinya, dan ia isyaratkan dengan jari yang disebelah ibu jari, dan ia menaruh tangan kirinya di atas paha kirinya.” (HR. Muslim).

Lalu membaca lafadz tahiyyat dan tasyahut yang dikehendaki sambil melakukan isyarat dengan jari telunjuk setiap kali mengucap asma Allah dengan menggerakkan telunjuk. Jadi, pada saat mengucap kata “illallah”, jari telunjuk diacungkan lurus, lalu setelah selesai syahadat, jari telunjuk agak dilemahkan (sedikit melengkung ke bawah), untuk digerak-gerakkan setiap kali menyebut nama Allah.[46]
Duduk tawarruk (tahiyyat akhir) yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.
Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.
Pada dasarnya, seluruh gerakan shalat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar.
Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostat) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita. Sedangkan bagi untuk perempuan sangat baik untuk memperbaiki kesuburan, pada saat duduk tawarruk tumit kiri menekan daerah pirineum, punggung kaki harus diletakkan di atas kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan, pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah pirineum, tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah pirineum.[47]



h.        Salam, Menggerakkan Kepala ke Kanan dan ke Kiri
Salam adalah ucapan dari rukun shalat yang terakhir dengan niat selesai dari shalat, ucapan salam yang pertama merupakan rukun shalat, dan salam yang kedua adalah sunnah, mengenai kepada siapa ucapan tersebut memang banyak khilaf, namun bukan itu daripada tujuan utama mengucapkan salam, karena tujuan utama dari salam dan seluruh gerakan shalat adalah ittibar rasul SAW dengan landasan perintah Allah SWT SWT dengan puluhan ayat pada Alqur’anulkarim yang memerintahkan kita taat kepada Rasulullah SAW, dan mengikuti perintah beliau.
Salam adalah ucapan yang mengakui adanya manusia lain yang sama- sama melakukan perjalanan dalam hidup ini (aspek kemasyarakatan). Menunjukkan bahwa hidup ini tidak sendiri, sehingga hendaknya menyebarkan salam dan berkah kepada sesama untuk saling bahu membahu menegakkan kehidupan yang harmonis (selaras) dan tegaknya kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan di bumi. Salam adalah penutup sekaligus awal dari mulainya praktek aplikasi shalat dalam bentuk aktivitas kehidupan di lapangan hingga ke shalat berikutnya. Nah salam itu simbol dari putaran yang dimulai dari kanan ke kiri dengan poros badan. Jika dihubungkan dengan Hukum Kaidah Tangan Kanan berarti arah energi ke atas, simbolisasi bahwa perjalanan digantungkan pada Allah SWT (di atas) sebagai penjamin keselamatan dalam perjalanan.[48]
Gerakan salam yang merupakan penutup shalat, dengan memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat leher. Gerakan ini juga akan mempercepat aliran getah bening di leher ke jantung.
Gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah. Beribadah secara kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar-dalam.
salam dan menengok ke kiri dan kanan punya pengaruh besar pada kekencangan. kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan leher. Yang tak kalah pentingnya, gerakan ini menghindarkan wanita dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya.
Pada dasarnya seluruh gerakan shalat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi bila dilakukan secara rutin, maka sel yang rusak akan segera tergantikan, regenerasipun berlangsung lancar, dan tubuh akan menjadi lebih bugar. Gerakan terakhir yaitu salam dengan menegok ke kanan dan ke kiri memiliki pengaruh besar dalam kesehatan dan kekencangan kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan laher. Gerakan ini menghindarkan wanita dari serangan migrain dan sakit kepala.[49]




DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fatah Tabarahah, Afif, t.th., Ruh Shalat dalam Islam. Semarang: Salam Setia Budi.
Aibak, Kutbuddin, 2012, Fiqih Tradisi Menibak Keragaman dalam Keberagaman. Cetakan I, Yogyakarta: Teras.
Al-Ghazali, 1993, Rahasia-Rahasia Shalat. Bandung: Karisma.
Darajat, Zakiyah, 1990, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna. Jakarta: Ruhama.
Gazalba, Sidi, 1975, Asas Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Kurniawan, Irwan, 2005Imam al-Ghazali Keagungan ShalatCetakan V, Bandung: Rosda.
Khaminuddin, 2013, Fiqh Kesehatan Inspirasi Meraih Hidup Sehat secara Kaffah. Cetakan I, Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Ma’luf, Lois, 1986, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Beirut: Maktabah Syarqiyah.
Mahmudun Nasir, Syed, 1988, Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosda Karya.
Majalah Hidayah, Tim, 2009, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam. Cetakan I, Cibubur: PT. Variapop Group.
Min Kubbar Al-‘Ulama, Lajnah, t.th., Al-Mu’jam Al-Wajiz. Cairo: Majma’ Al-Lughah Al-‘Arabiyyah.
Nashiruddi al-Albani, Muhammad , 2007, Dari Takbiratul Ihram hingga Salam. Cetakan I, Jakarta: Aksara Qalbu.
Rajab, Khairunnas, 2011, Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia. Jakarta: Amzah.
Pelaksana Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tim, 2010, ­Mushaf Aisyah Al-Qur’an dan Terjemahan Untuk Wanita. Bandung: Hilal.
Utsman Najati, M., 1993, al-Haditsun Nabawiy wa Ilmu al-Nafs. Cairo: Darel Syuruq.
Sholikhin, Muhammad, 2011, The Miracle of Shalat Mengungkap Kedasyatan Energi Shalat. Jakarta: Erlangga.
W. Al-Hafidz, Ahsin, 2010,  Fikih Kesehatan. Jakarta: Amzah.
 Zuhaili, Wahbah, t.th , Fiqh al-Islam wa Adillatuhu. Kuala Lumpur: Darul Fikr.

Dari Internet:


[1] Lajnah min Kubbar Al-‘Ulama, Al-Mu’jam Al-Wajiz, (Cairo: Majma’ Al-Lughah Al-‘Arabiyyah, t.t.), hlm. 369.
[2] Lois Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam (Beirut: Maktabah Syarqiyah, 1986), hlm. 434.
[3] Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 103.
[5] Khaminuddin, Fiqh Kesehatan Inspirasi Meraih Hidup Sehat secara Kaffah (Cetakan I, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2013), hlm. 126-127.
[6] Khaminuddin, Fiqh Kesehatan Inspirasi Meraih Hidup Sehat secara Kaffah, hlm. 132.
[7] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam (Cetakan I, Cibubur: PT. Variapop Group, 2009), hlm. 69-74.
[8] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 186.
[9] Khaminuddin, Fiqh Kesehatan Inspirasi Meraih Hidup Sehat secara Kaffah, hlm. 127.
[10] M. Utsman Najati, al-Haditsun Nabawiy wa Ilmu al-Nafs (Cairo: Darel Syuruq, 1993), hlm. 308.
[11] Zakiyah Darajat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna (Jakarta: Ruhama, 1990), hlm. 12.
[12] Wahbah Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu (Kuala Lumpur: Darul Fikr, t.th), hlm. 544.
[13] Sidi Gazalba, Asas Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 179.
[14] Afif Abdul Fatah Tabarahah, Ruh Shalat dalam Islam (Semarang: Salam Setia Budi, t.th), hlm. 54.
[15] Muhammad Sholikhin, The Miracle of Shalat Mengungkap Kedasyatan Energi Shalat (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 502-503.
[16] Khairunnas Rajab, Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 101. 
[17] Kutbuddin Aibak, Fiqih Tradisi Menibak Keragaman dalam Keberagaman (Cetakan I, Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 53.
[18] Khaminuddin, Fiqh Kesehatan Inspirasi Meraih Hidup Sehat secara Kaffah, hlm. 131.
[20] Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, hlm. 107-109.
[21] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 149.
[22] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 185.
[23] Al-Ghazali, Rahasia-Rahasia Shalat (Bandung: Karisma, 1993), hlm. 57.
[24] Syed Mahmudun Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Bandung: Rosda Karya, 1988), hlm. 76.
[25] Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, ­Mushaf Aisyah Al-Qur’an dan Terjemahan Untuk Wanita (Bandung: Hilal, 2010), hlm. 290.
[26] Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, ­Mushaf Aisyah Al-Qur’an dan Terjemahan Untuk Wanita, hlm. 460.
[27] Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, hlm. 109.
[28] Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, hlm. 10-14.
[29] Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, hlm. 29.
[30] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 70.
[31] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 186.
[32] Khaminuddin, Fiqh Kesehatan Inspirasi Meraih Hidup Sehat secara Kaffah, hlm. 131.
[33] Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, hlm. 109-110.
[34] Khaminuddin, Fiqh Kesehatan Inspirasi Meraih Hidup Sehat secara Kaffah, hlm. 131.
[35] Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, hlm. 110.
[36] Muhammad Nashiruddi al-Albani, Dari Takbiratul Ihram hingga Salam (Cetakan I, Jakarta: Aksara Qalbu, 2007), hlm. 417.
[37] Imam al-Ghazali dialihbahasakan oleh Irwan Kurniawan, Imam al-Ghazali Keagungan Shalat (Cetakan V, Bandung: Rosda, 2005), hlm. 85-86.
[38] Khaminuddin, Fiqh Kesehatan Inspirasi Meraih Hidup Sehat secara Kaffah, hlm. 132-133.
[40] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 78.
[41] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 70.
[42] Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, hlm. 110-111.
[43] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 74.
[44] Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, hlm. 111-115.
[46] Muhammad Sholikhin, The Miracle of Shalat Mengungkap Kedasyatan Energi Shalat, hlm. 279.
[47] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 73.
[49] Tim Majalah Hidayah, Tahukah Anta? Informasi Unik dan Menarik Seputar Dunia Islam, hlm. 73.