LAPORAN
PENELITIAN HADIS TENTANG KURMA AJWA’
Oleh: Tomy Muhlisin Ahmad
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H.
M. Erfan Soebahar, M. Ag.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hadis merupakan segala sesuatu apa yang dilakukan oleh Nabi saw.
baik perkataan, perbuatan, maupun takhrirnya. Dilihat dari fungsinya hadis
merupakan sebagai penerjemah dan penjelas dari wahyu Allah swt. yakni
al-Qur’an. Sebagai penerapan dan contoh dari al-Qur’an yang mana nabi Muhammad
saw. memiliki guru langsung dari Allah swt.
Merihat realitas tersebut, maka hadis menjadi sesuatu yang sangat
urgen karena menyangkut dengan hidup manusia dan sebagai jalan hidup serta
pegangan dalam kehidupan manusia yang hakiki.
Inti dari permasalahan di atas karena hadis sebagai pegangan umat
muslim khususnya maka pemecahan masalah tersebut adalah dengan melihat atau
menganalisis dan meneliti apakah hadis tersebut benar-benar dari Rasul saw.
ataukah dari seseorang yang bukan dari Nabi saw. karena faktor kepentingan pribadi.
Dapat ditarik benang merah, melakukan penelitian guna mengecek
ulang apakah hadis tersebut shahih atau dhaif. Dalam penelitian ini bukan
berarti hadis yang sudah diriwayatkan oleh para perawi diragukan keshahihannya atau sebaliknya, tetapi
semata-mata sebagai tradisi keilmuan khususnya dalam dunia pendidikan dan check
and balance. Karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana naqd
al-sanad hadis tentang kurma ajwa’?
2.
Bagaimana naqd
al-matn hadis tentang kurma ajwa’?
II.
PEMBAHASAN
Status
hadis shahih atau dhaif, perlu dilihat sanad dan matan hadis sebagai objek
penelitian.
A.
Naqd al-Sanad Hadis
tentang Kurma Ajwa
1.
Takhrijul al-Hadis
Penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber
asli hadis dari hadis yang bersangkutan yang akan diteliti sanad dan matannya
yang dikemukakan secara jelas dan lengkap. Metode takhrij ada dua macam, yaitu takhrij
al-hadits bil lafs (penelusuran hadis melalui lafal) dan takhrij al-hadits
bil maudu’(penelusuran hadis melalui topik masalah).[1]
Dalam penelitian ini, untuk menemukan hadis melalui pencarian sembilan
kitab yang diakui atau melalui metode takhrij al-hadits bil lafs melalui
lafal matannya yang berbunyi مَنْ
تَصَبَّحَ sehingga
akan ditemukan banyak periwayat.
Selain itu, penelusuran juga melalui metode topik masalah, sebagai
contoh dengan kata kunci “kurma ajwa, tujuh butir, sihir dan racun”. Kemudian ditemukan
hadis, di sini diambil Shahih Bukhari dan Muslim sebagai objek penelitian dari
sekian periwayat yang lain:
a.
Shahih Bukhari,
bab Keutamaan Kurma Ajwa, hadis nomor 5445
b.
Shahih Muslim,
bab Keutamaan Kurma Madinah, hadis nomor 5338, 5339, 5340, dan 5341.
c.
Musnad Ahmad
bin Hanbal, bab Kurma Ajwa, hadis nomor 1508
d.
Al-Adab Baihaqiy,
bab Kurma Ajwa, nomor 692
e.
Dan lain
sebagainya
2.
Al-I’tibar
Sanad
a.
Hadis dari
Shahih al-Bhukhari, bab keutamaan kurma ajwa, nomor 5445
ثَنَا جُمُعَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ،
ثَنَا مَرْوَانُ ،
أَنَا هَاشِمُ بْنُ هَاشِمٍ ،
أَنَا عَامِرُ بْنُ سَعْدٍ ،
عَنْ أَبِيهِ ،
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَنْ تَصَبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ
سَبْعَ تَمْرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ سُمٌّ وَلا سِحْرٌ
"
Artinya:
Jum’ah
bin Abdullah menyampaikan kepada kami dari Marwan yang mengabarkan dari Hasyim
bin Hasyim, dari Amir bin Sa’d, dari ayahnya bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“siapa yang makan tujuh butir kurma ajwa setiap pagi, maka racun atau sihir
tidak akan memberikan mudarat kepadanya pada hari itu.”[2]
b.
Hadis Shahih
Muslim, bab keutamaan kurma Madinah, nomor 5339
حَدَّثَنَا أَبُو
بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا أَبُو
أُسَامَةَ ، عَنْ هَاشِمِ
بْنِ هَاشِمٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ عَامِرَ
بْنَ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ ، يَقُولُ :
سَمِعْتُ سَعْدًا ، يَقُولُ :
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ :
" مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ
الْيَوْمَ سُمٌّ وَلَا سِحْرٌ "
Artinya:
Abu Bakar bin Syuibah menyampaikan kepada kami dari Abu Usamah, dari Hasyim
bin Hasyim yang mengatakan, aku mendengar dari Amir bin Sa’d bin Abu Waqqash,
dari Sa’d bahwa Rasulullah saw. bersabda, “siapa yang makan tujuh butir kurma
ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu dia tidak akan celaka oleh racun
maupun sihir.”[3]
c.
Musnad Ahmad
bin Hanbal, bab kurma ajwa, hadis nomor 1508
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ، حَدَّثَنَا هَاشِمٌ ، عَنْ عَائِشَةَ
بِنْتِ سَعْدٍ ، عَنْ سَعْدٍ ، قَالَ :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَنْ
تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةٍ لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ
سُمٌّ ، وَلَا سِحْرٌ "
d.
Al-Adab Baihaqiy, bab Kurma Ajwa, Hadis nomor 692
أَخْبَرَنَا أَبُو
الْحُسَيْنِ بْنُ بِشْرَانَ ،
أَنْبَأَنَا إِسْمَاعِيلُ
بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّفَّارُ ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْمُنَادِي ،
حَدَّثَنَا أَبُو
بَدْرٍ شُجَاعُ بْنُ الْوَلِيدِ ،
حَدَّثَنَا هَاشِمُ
بْنُ هَاشِمٍ ، عَنْ عَامِرِ
بْنِ سَعْدٍ ، أَنَّ سَعْدًا ، قَالَ :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَنْ
تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمْرَاتٍ مِنْ عَجْوَةٍ لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ
سُمٌّ وَلا سِحْرٌ "
*Skema
I’tibar Sanad terlampir
e.
Jam’ur Ruwah
Sanad
Jam’ur
ruwah diambil dari dua hadis shahih yaitu
shahih al-Bukhari nomor 5445 dan Muslim nomor 5339.
ثَنَا جُمُعَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ،
ثَنَا مَرْوَانُ ،
أَنَا هَاشِمُ بْنُ هَاشِمٍ ،
أَنَا عَامِرُ بْنُ سَعْدٍ ،
عَنْ أَبِيهِ ،
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَنْ تَصَبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ
سَبْعَ تَمْرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ سُمٌّ وَلا سِحْرٌ
"
Artinya:
Jum’ah bin Abdullah menyampaikan kepada kami dari Marwan yang
mengabarkan dari Hasyim bin Hasyim, dari Amir bin Sa’d, dari ayahnya bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “siapa yang makan tujuh butir kurma ajwa setiap pagi,
maka racun atau sihir tidak akan memberikan mudarat kepadanya pada hari itu.”
No
|
Nama
Periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
1
|
Sa’d bin Abu Waqqash
|
I
|
VI
|
2
|
Amir bin Sa’d
|
II
|
V
|
3
|
Hasyim bin Hasyim
|
III
|
IV
|
4
|
Marwan
|
IV
|
III
|
5
|
Jum’ah bin Abdullah
|
V
|
II
|
6
|
Al-Bukhari
|
VI
|
Mukharrij Hadis
|
Tabel urutan sanad dan periwayatan hadis Shahih Muslim nomor 5339
حَدَّثَنَا أَبُو
بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا أَبُو
أُسَامَةَ ، عَنْ هَاشِمِ
بْنِ هَاشِمٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ عَامِرَ
بْنَ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ ، يَقُولُ :
سَمِعْتُ سَعْدًا ، يَقُولُ :
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ :
" مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ
الْيَوْمَ سُمٌّ وَلَا سِحْرٌ "
Artinya:
Abu Bakar bin Syuibah
menyampaikan kepada kami dari Abu Usamah, dari Hasyim bin Hasyim yang
mengatakan, aku mendengar dari Amir bin Sa’d bin Abu Waqqash, dari Sa’d bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “siapa yang makan tujuh butir kurma ajwah pada pagi
hari, maka pada hari itu dia tidak akan celaka oleh racun maupun sihir.”
No
|
Nama
Periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
1
|
Sa’d bin Abu Waqqash
|
I
|
VI
|
2
|
Amir bin Sa’d bin Abu Waqqash
|
II
|
V
|
3
|
Hasyim bin Hasyim
|
III
|
IV
|
4
|
Abu Usamah
|
IV
|
III
|
5
|
Abu Bakar bin Syuibah
|
V
|
II
|
6
|
Muslim
|
VI
|
Mukharrij Hadis
|
*Tabel Jam’ur ruwah hadis
shahih al-Bukhari (5445) dan Muslim (5339) terlampir
f.
Ittisal
al-Sanad
Dalam ittisal al-sanad diambil dari kedua hadis yakni Buhari
dan Muslim:
1)
Sa’d bin Abu
Waqqash
Nama Sa’d bin Abi
Waqqash dan yang terkenal Ibnu Abi Waqqash, mendapat julukan Abu Ishaq. Tinggal
di Madinah dan wafat di al-Akiq pada tahun 55 H. ada juga yang mengatakan pada
tahun 51, 56, 57, 58. Sisilahnya bertemu dengan Rasululllah saw. di kakeknya yaitu
Kilab bin Murrah. Sa’d bin Abi Waqqash termasuk orang yang pertama kali masuk
Islam dan hijrah ke Madianah sebelum Rasulullah saw., dia termasuk sahabat nabi
saw. yang terkenal
Menurut Ibnu Hajar
al-Asqolaniy Sa’d bin Abi Waqqash merupakan salah satu dari sepuluh sahabat
yang akan dijamin masuk surga, berjuang dijalan Allah dan banyak sejarah yang
menerangkannya dirinya.
Guru-gurunya:
Rasulullah saw., dan Khiwalah binti
Hakim
Murid-murinya: Ibnuhu
Amir bin Abi Waqqash, Ibnu Abi Umar, Ibnuhu Ibrahim bin Sa’d bin Abi Waqqash,
Ibrahim bin Abdurrahman bin Waqos, dll.
2)
Amir bin Sa’d
Nama
lengkap Amir bin Sa’d bin Abi Waqqash al-Qurasiy al-Zuhriy al-Madaniy Terkenal
dengan Sa’d al-Qurasiy dengan julukan Ibnu Abi Waqqash. Tinggal dan meninggal
di Madinah tahun 103 H. menurut Yahya bin Abdullah bin Bukhair, sedangkan
pendapat lain mengatakan wafatnya pada tahun 96 H., pada masa kekhalifahan
Walid bin Abdul Malik.
Guru-gurunya:
Abihi Sa’d Abi Waqqash, Usamah bin Zaid bin Haritsah, Jabar bin Samroh,
Wakhubab Sohibul al-Maqsuroh, Abbas bin Abdu Muthalib, dll.
Murid-muridnya:
Hasyim bin Hasyim bin Utbah bin Abi Waqqash, As’at bin Ishaq bin Sa’d bin Abi
Waqqash, Ayyub bin Salamah bin Abdullah bin al-Walid al-Makhzumiy, Ibnu Akhihi
bin Musa bin Sa’d bin Abi Waqqash, Bakir bin Abdullah bin al-Asaj, dll.
Dalam
periwayatan hadis, komentar dari para ulama antara lain; Ahmad bin Sholih
al-Jaililiy, Ibnu Hajar al-Asqolaniy, ad-Dahabiy, Muhammad bin Sa’d Khattib
al-Waqdiy tidak keberatan semua mengatakan bahwa Ibnu Abi Waqqash tsiqah.
3)
Hasyim bin
Hasyim
Nama
lengkap Hasyim bin Hasyim bin Utbah Abi Waqqash al-Qurosiy al-Zuhriy
al-Madaniy, mashur dengan nama Ibnu Abi Waqqash. Ia tinggal di Madinah dan
meninggal tahun 144 H.
Dia
seorang yang tsiqah komentar dari Ahmad bin Syuaib an-Nasa’i, Ahmad bin
Sholeh al-Jaililiy, Ibnu Hajar al-Asqolaniy, ad-Dahabiy, dan Yahya bin Mu’in.
Gurunya
antara lain: Umar bin Sa’d bin Abi Waqqash, Ishaq bin Abdullah bin Harits bin
Kinanah al-Madaniy, sa’id al-Musayyab, dll. Murid-muridnya: Abu Usamah Hammad
Ibnu Usamah, Ibrahim bin Hamid al-Rowasiy, dll.[4]
4)
Marwan bin
Muawiyah
Nama
lengkap Marwan bin Muawiyah al-Fazariy dengan julukan Abu Abdullah dan gelar ثقة حافظ وكان يدلس أسماء الشيوخ. Ia pernah tinggal Damaskus, Kuffah, dan
terakhir di Makkah dan wafat di sana pada tahun 193 H. Berkerabat dekat dengan
Ibnu ‘Am Abi Ishaq al-Fazariy.
Komentar
ulama yang diberikan kepada Marwan bin Muawiyah antara lain; Abu Hatim bin
Hiban al-Bastiy, Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Syuaib an-Nasai, Ahmad bin Sholeh
al-Jailiy, Ibnu Hajar al-Asqolaniy, ad-Dahabiy, Muhammad bin Sa’d Khatib
al-waqidiy, Yahaya bin Said al-Qotan, Yahya bin Muin, Yaqub bin syuibah
as-sadusiy semua berkomentar tsiqah.
Guru-gurunya:
Ibnu Umar, Ibrahim bin Ziyad al-Khuziy, Ishaq bin Yahya bin Tolhah bin
Abdullah, Ismail bin Abi Khalid, Ismail bin Sami’, Aiman bin Nabil, Hasyim bin
Hasyim Utbah, dll
Murid-muridnya:
Jum’ah bin Abdullah al-Balaghiy, Ahmad bin Abdullah bin al-Hakam bin al-Kurdiy,
Abu Walid Ahmad bin Abdurrahman bin Bakar al-Basariy.[5]
5)
Jum’ah bin
Abdullah
Nama lengkap
Jum’ah bin Abdullah bin Ziyad al-Salamiy, nama panggilan Jum’ah itu sebagai
julukan, sedangkan nama aslinya adalah Yahya. Ia bersaudara dengan bin
Abdullah. Dari Abu Qosim al-Lalakaiy mengatakan bahwa Jum’ah meninggal pada
tahun 233 H.
Beliau memiliki
guru antara lain: Asad Umar al-Bajaliy al-Qodiy, Marwan bin Muawiyah
al-Fazariy, Abi Muqotil Hafiz bin Salim, al-Samaroqandiy, Umar bin Harun
al-Lakhiy, dan Hasyim bin Basyir. Sedangkan murid-muridnya yaitu: al-Bukhari,
al-Hasan bin Sofyan as-Saniy, al-Hasan bin Tayyib al-Balaghiy, dan Muhammad bin
Ishaq bin Utsman al-Bukhari al-Samasariy.
Abu Hakim
menuturkan dalam kitab As-Tsiqat beliau mengatakan bahwa hadis yang disanadkan
beliau (Jum’ah bin Abdullah) itu hadisnya mustaqim. Ia mengikuti madzhab perawi
hadis terdahulu, dan hadis-hadis darinya sanadnya kuat serta menjaga keaslian
hadisnya hingga Ahmad bin Harb. Masuk ke negeri Wasajird (واشجرد) kemudian beliau berdakwah di sana hingga orang-orang atau
penduduk di sekitar menyebutnya sebagai seorang yang ahli hadis. Tatkala Jum’ah
bin abdullah sebelum sampai di negeri واشجرد itu, orang-orang sebelum di negeri واشجرد akan memberitahukan kedatangannya.[6]
6)
Abu Usamah
Nama lengkap Hammad bin Usamah bin Zaid al-Qursiy
Abu Usamah al-Kufiy. Tinggal dan meninggal di Kuffah pada bulan November tahun
201 H. pada bulan Dzulqaidah di usia 80 tahun. Bersaudara dengan Maula Bani
Hasyim.
Menurut
Abu Bakar al-Baihaqiy, Abu Abdullah al-Hakim An-Naisaburi, Ahmad bin Hanbal,
Ahmad bin Solih al-Jailili, Ibnu Hajar al-Asqolaniy, ad-Daruqutniy, Muhammad
bin Sa’d Katib al-Wakidi dan Yahya bin Mu’in mengatakan bahwa Abu Usamah orang
yang tsiqah. Dhabit dalam periwayatan hadis
Seorang
yang sholihul hadis. Orang yang dapat dipercaya dalam periwayatan hadis.
Diakui kebenaran kitab dan hadisnya. Dia menulis seratus ribu hadis dengan jari
tangannya.
Gurunya antara lain Hasyim bin Hasyim al-Zuhri, Abi Ishaq
Ibrahim bin Muhammad al-Fazariy, dan lainnya. Sedangkan murinya: Abu Bakar
Abdullah bin Muhammad bin Abi Saibah, Ibrahim bin Sa’id al-Juhariy, Ahmad bin
Ibrahim ad-Duroqiy, dan lain sebagainya.
7)
Abu Bakar bin Abi Syuibah
Nama lengkap Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim bin Utsman bin
Khawasitiy al-Absiy maulahum Abu Bakar bin Abi Syuaibah, mashur dipanggil
dengan Ibnu Abi Syuibah al-Abasiy. Pernah tinggal di Wasit, Damaskus, dan
terakhir Kuffah. Meninggal pada bulan Muharram tahun 235 H. Saudara dekat
dengan Ahmad dan Utsman. Dari Utsman bin Said al-Daromiy berkata saya mendengar
dari Yahya al Hamaniy berkata, “anak-anaknya Ibnu Abi Syuaibah itu ahli ilmu.
Abu Bakar adalah orang yang sangat jujur, dia suka meniru akhlak Utsman.
Al-Ajali
mengemukakan bahwa ia seorang hafidzul hadis. Dari Abu Hatim bin Hiban
mengatakan bahwa Abu Bakar merupakan seorang yang pandai dalam masalah agama,
mencatat, menulis, mengumulkan, menyusun dan menuturkan dan orang yang hafal
serta ahli pada zamannya.
Menurut
komentar Ahmad bin Syuaib an-Nasa’i, Ahmad bin Sholih al-Jiliy, Ibnu Abi Hatim
ar-Raziy, Ibnu Hajar al-Asqolaniy, dan al-Dzahabiy; Abu Bakar adalah orang yang
tsiqah.
Guru-gurunya:
Abu Usamah, Ahmad bin
Ishaq, al-Hadromiy, Ahmad bin Abdullah bin Yunus, Ahmad bin Abdul Malik bin
Waqid al-Haraniy, Ahmad, bin al-Mafadzal al-Hafariy, Ishaq bin Mansur
as-Saluliy, dll.
Murid-muridnya: al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibrahim bin
Ishaq, al-Harbiy.[7]
g.
Natijah Sanad
Dalam melakukan natijah sanad, unsur-unsur kaedah keshahihan
sebuah hadis dapat dilihat dari sanad dan matannya. Adapun kaidah-kaidah sanad
sebagai berikut:
1)
Sanad hadis
harus bersambung dari mukharrijnya sampai kepada Nabi saw. hal ini bisa
dilihat dari posisi masing-masing periwayatnya sebagai guru dan murid.
Dari penelitian tersebut, maka dapat ditarik benang merahnya dalam
telaah naqd al-sanad, dilihat dari aspek ittisal sanad dan jam’ur
ruwah ketersambungan antara guru dan murid yakni mulai dari nabi Muhammad
saw. sampai mukharrij hadis-nya dapat dipertanggungjawabkan.
2)
Seluruh
periwayat harus mempunyai sifat adil dan dhabit.
Seseorang yang dapat dikatakan sebagai periwayat hadis harus
memiliki syarat salah satu yaitu adil dan dhabit. Dapat dilihat dari قول
النقاد (komentar
para ulama ahli hadis) menunjukkan
bahwa hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim seluruh periwayatnya
memiliki predikat tsiqah. Adapun yang tidak ada komentar tsiqah[8]
namun para ulama hadis tidak mencela maupun mendapatkan cacat pada periwayatnya.
3)
Terhindar dari syuzuz
(kejanggalan) dan ‘illat (cacat).[9]
Pendapat para ulama mengenai syuzuz antara lain adalah pendapat
dari Imam Syafi’i: hadis yang diriwayatkan orang yang siqah, tetapi riwayatnya
bertentangan dengan riwayat yang diriwayatkan oleh banyak periwayat yang siqah
juga. Kemudian pendapat yang dikemukakan oleh al-Hakim an-Naisaburi: hadis yang
diriwayatkan oleh orang yang siqah, tetapi orang-orang siqah lainnya tidak
meriwayatkan hadis itu. Selanjutnya pendapat dari Abu Ya’la al-Khalili: hadis
yang sanadnya hanya satu buah saja, baik periwayatnya bersifat siqah maupun
tidak siqah.
Dari ketiga pendapat tersebut, pendapat Imam Syafi’i-lah yang
banyak diikuti oleh ulama hadis sampai saat ini. Kemungkinan suatu sanad
mengandung syuzuz bila sanad diteliti lebih dari satu buah. Hadis yang
memiliki satu buah saja, tidak dikenal adanya kemungkinan mengandung syuzuz.
Salah satu penelitian yang sangat penting untuk meneliti adanya syuzuz
suatu sanad hadis ialah dengan membanding-bandingkan semua sanad yang ada untuk
matan yang topik pembahasannya sama atau memiliki segi kesamaan.
‘Illat yakni cacat
hadis yang oleh ulama dinyatakan mudah untuk diketahui yang biasa disebut
sebagai ta’nul hadis. Cara menelitinya antara lain dengan
membanding-bandingkan semua sanad yang ada untuk matan yang isinya semakna.[10]
B.
Naqd al-Matan Hadis
tentang Kurma Ajwa
Dalam
penelitian matan hadis ada beberapa langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Meneliti matan
sesudah meneliti sanad
Melakukan
penelitian matan dilakukan setelah meneliti sanad, dan setiap matan harus
bersanad serta kualitas sebuah matan tidak mengharuskan sejalan dengan
sanadnya.
2.
Meneliti
susunan lafal matan yang semakna
Hadis yang disampaikan oleh Rasulullah saw. kepada penerimanya (mukharrij)
memiliki banyak keragaman, karena manusia satu dengan yang lainnya berbeda,
tetapi pada esensinya sama. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis dan telaah
terhadap beberapa hadis yang telah diriwayatkan. Penyebat perbedaan dalam
menyampaikan sebuah matan hadis yang sampai kepada mukharrij lebih
bersifat pada maknanya (bil ma’na) daripada lafanya (bi al-lafzi).
Biasanya para mukharrij dalam meriwayatkan hadis terdapat sedikit
perbedaan kata maupun susunan bahasanya, tapi dalam hal ini masih dapat
ditoleransi sehingga masih dapat diterima dengan pengecualian sama-sama shahih.
Sebagai contoh matan hadis dari jalur riwayat yang berbeda; al-Bukhari
“siapa yang makan tujuh butir kurma ajwa
setiap pagi, maka racun atau sihir tidak akan memberikan mudarat kepadanya pada
hari itu.” (5445) dan Muslim “siapa yang makan tujuh butir kurma ajwah pada pagi hari, maka pada hari
itu dia tidak akan celaka oleh racun maupun sihir.” Dari kedua hadis tersebut, terdapat perbedaan susunan kata tetapi pada
intinya mempunyai maksud yang sama.
3.
Meneliti
kandungan matan
Menurut Salahud-Din al-Adlabi, tolok ukur dalam sebuah matan hadis
ada empat macam yang harus diperhatikan, yakni:
a.
Tidak
bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’an
Dalam
al-Qur’an tentang kurma banyak disebutkan sebagai contoh QS. Al An`Am : 99 dan
141, Al Kahfi : 32, Thaha : 71, Asy Syu`Ara : 148, Qamar : 20, Ar Rahman : 11
dan 68, Al Haqqah : 7, Abasa : 27-29, Maryam : 23 dan 25, Al Baqarah : 266, Ar
Ra`D : 4, An Nahl : 11 dan 67, Al Isra` : 91, Al Mu`Minun : 19, Yasin : 34, dan
Ibrahim : 24.
b.
Tidak
bertentangan dengan hadis yang lebih kuat (shahih)
Derajat hadis shahih yang paling tinggi adalah hadis yang bersanad ashahul
asanid. Urutan hadis dari tingkat keshahihan antara lain:
1)
Hadis yang
disepakati oleh Bukhari dan Muslim
2)
Hadis yang
hanya diriwayatkan oleh Iman Bukhari sendiri
3)
Hadis yang
hanya diriwayatkan oleh Iman Muslim sendiri
4)
Hadis shahih
yang diriwayatkan menurut syarat-syarat oleh Imam Bukhari dan Muslim, sedangkan
dari keduanya tidak mentakhrijnya.
5)
Hadis shahih
yang tidak menurut salah satu syarat dari kedua Imam (al-Bukhari dan Muslim)
tersebut.
c.
Tidak
bertentangan dengan akal sehat dan sejarah[11]
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan masa kontemporer saat ini,
maka hadis-hadis nabi saw. dapat dibuktikan dengan penelitian ilmiah,
sebagaimana dijelaskan oleh prof. Najjar dalam bukunya Sains dan Hadis, disebutkan kurma dapat menghilangkan racun dan
berbagai penyakit karena kandungannya yang sangat banyak dan bermanfaat bagi
manusia.
Dalam hal ini, berarti hadis nabi tidak bertentangan dengan akal,
sebagaimana berjalannya kemajuan ilmu modern untuk membuktikannya secara ilmiah
atau medis.
d.
Susunan pernyataannya
menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.
C.
Kandungan Kurma
secra Ilmiah
Pohon kurma merupakan salah satu pohon yang berusia panjang dan
hijau. Pada dasarnya pohon kurma hanya bisa tumbuh di kawasan panas, namun ia
dapat beradaptasi dengan kawasan yang beriklim sedang dan kering. Pohon kurma
juga memiliki peluang terbanyak untuk hidup dan tertanam di kawasan beriklim
kering dan asin, serta tandus sekalipun. Mampu bertahan melawan suhu yang
sangat dingin dan rasa sangat asin.
Komposisi kimia pada buah kurma, setiap buah kurma mengandung zat
gula, karbohidrat, protein, lemak, dan sejumlah unsur lain yang penting, dan
vitamin yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Analisis-analisis
kimiawi telah membuktikan bahwa setiap buah kurma kering mengandung 70,6%
karbohidrat, 2,5% lemak, 1,32% garam mineral yang mengandung komposisi kalsium,
zat besi, fosfor, magnesium, potasium, tembaga, asam, kobalt, zinc (seng), dan
lainnya. Kurma kering juga mengandung 10% serat (polyester) dan vitamin A, B1,
B2, dan C, dan dengan kadar gula dan protein yang berbeda-beda.
Adapun banyak manfaat kurma secara medis, kurma merupakan makanan
yang penting untuk sel-sel saraf, pembasmi racun, dan bermanfaat untuk orang
yang mengalami gagal ginjal, cholecystitis, darah tinggi, wasir atau
ambien, dan encok. Selain itu buah kurma merupakan pelembut alami, penguat
pendengaran, pemberi sinyal aktivitas rahim, dan pengencang oto-otot rahim
sehingga mempermudah kelahiran secara alami.[12]
III.
KESIMPULAN
Dari sekian rangkaian penelitian mulai dari naqd al-sanad (takhrijul
al-hadis, ittibar sanad, jam’ur ruwah sanad, ittisal al-sanad, dan
natijah sanad) dan naqd al-matan dapat ditarik kesimpulan bahwa
hadis yang diriwayatkan berstatus shahih. Adapun penyebab keshahihan hadis
tersebut, karena antarperawi saling keterkaitan (bersambung) yakni antara guru
dan murid tidak saling menyangkal.
Komentar yang diberikan ulama ahli hadis kepada perawi hadis
tentang Kurma Ajwa’ khususnya yang diriwayatkan oleh Iman al-Bukhari dan Imam
Muslim, kebanyakan mengatakan tsiqah dan keunggulan-keunggulan dari para perawi
serta tidak ditemukan oleh Pemakalah komentar ulama yang mengatakan cacat
kepada perawi. Jadi, hadis tersebut shahih dan dapat dijadikan pedoman hidup
manusia.
IV.
PENUTUP
Demikian makalah
laporan penelitian hadis ini kami susun. Penulis menyadari dalam karya ini
masih banyak sekali kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
dan kontruktif sangat diharapkan untuk koreksi dan perbaikan karya ilmiah
selanjutnya. Semoga dalam makalah ini dapat dijadikan sumber referensi dan
bermanfaat bagi pembaca yang budiman, Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Muhammad bin Ismail
al-Bukhari, Abu. 2012. Ensiklopedia Hadits 2: Shahih al-
Bukhari. Terj. Subhan Abdullah,
dkk. Jakarta: Almahira.
Bin al-Hajjaj al-Qusyairi
an-Naisaburi, Muslim. 2012. Ensiklopedia Hadits 4: Shahih Muslim
2. Terj. Masyhari dan
Tatam Wijaya. Jakarta: Almahira.
Islamweb.com,
Mausu’ad al-Hadis
Al-Muttaqim Jamaluddin Abi
al-hajjaj, Al-Hafidz. 1983. Tadzhibul al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal
Juz 5, 27, 30. Beirut: Muassanah
ar-Risalah.
An-Najjar, Zaghlul. 2011. Sains dalam Hadis: Mengungkap Fakta
Ilmiah dari
Kemukjizatan Hadis Nabi. Jakarta: Amzah.
Sholahudin
dan Agus Suyadi, Agus. 2013. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.
Syuhudi
Ismail, M. 1992. Metodologi
Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang.
[1] M. Syuhudi
Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 43-46.
[2] Abu Abdullah
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, terj. Subhan Abdullah, dkk., Ensiklopedia
Hadits 2: Shahih al-Bukhari, (Jakarta: Almahira, 2012), hlm. 418.
[3] Muslim bin
al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, terj. Masyhari dan Tatam Wijaya, Ensiklopedia
Hadits 4: Shahih Muslim 2, (Jakarta: Almahira, 2012), hlm. 307-308.
[4] Al-Hafidz
al-Muttaqim Jamaluddin Abi al-hajjaj, Tadzhibul al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal
Juz 30, (Beirut: Muassanah ar-Risalah, 1983), hlm. 137-138.
[5] Al-Hafidz
al-Muttaqim Jamaluddin Abi al-hajjaj, Tadzhibul al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal
Juz 27,... , hlm. 403-410.
[6] Al-Hafidz
al-Muttaqim Jamaluddin Abi al-hajjaj, Tadzhibul al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal
Juz 5,... , hlm. 120-121.
[7] Islamweb.com, Mausu’ad
al-Hadis
[8] Dimungkinkan
karena kurangnya penelusuran oleh pemakalah
[9] M. Syuhudi
Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi,... , hlm. 64.
[10] M. Syuhudi
Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi,... , hlm. 85-87.
[11] Agus
Sholahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia,
2013), hlm. 144-145.
[12] Zaghlul
An-Najjar, Sains dalam Hadis: Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan
Hadis Nabi, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 235-240.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar